Sabtu, 10 November 2012

" Filsafat Sains &Tekhnologi " By Hz


Kajian  Filsafat  dan Tekhnologi
For : Drs.H.Mahyudin  MM
No. 7.  Objek  kajian ilmu  adalah  hal-hal  yang dapat  di amati dan terukur “  Apakah anda  setuju  dengan kajian  tersebut ? jelaskan alasan  Anda.
Kemampuan manusia  dalam mengembangkan sesuatu   tidak  mungkin  tanpa  dasar dasar yang  kuat.  Secara ontologis, objek kajian ilmu adalah sesuatu yang dapat diamati dan diukur.  
Saya setuju bahwa objek kajian ilmu adalah sesuatu yang dapat diamati dan diukur.  Sesuatu yang ilmiah dapat disebut sebagai ilmu apabila hal tersebut objektif, yang mana ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya.
Dengan adanya syarat itu, maka objek kajian ilmu harus dapat diamati.  Selanjutnya adalah metodis, yang mana ini adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah, sehingga membutuhkan observasi, eksperimen, survai, ataupun studi kasus. Sehingga objek kajian ilmu itu harus bisa diamati dan diukur.
Sebagai ilustrasi adalah seorang peneliti akan mencari jawaban tentang perlakuan orang tua mempengaruhi tingkat kecerdasan siswa, meskipun permasalahan yang diteliti bersifat abstrak, peneliti tersebut tetap membutuhkan objek kajian ilmu yang dapat diamati dan terukur.  Objek tersebut antara lain sikap orang tua yang bisa diamati dan kecerdasan siswa yang bisa diukur dari beberapa tes. 
Dalam  sesian   yang  lain, mislanya  dalam  Metodology  Study  Islam, pada  saat  manusia  ingin melakukan suatu  pendekatan yang maksimal kepada  Tuhan-Nya, maka  akan  di  berikan beberapa  variable  atau  jalan untuk  menuju  ke sana.  Mislanya  pendekatan Teologi, Pendekatan  Sejarah, Pendekatan Antropologis, Pendekatan Sosiologis, Pendekatan Filosofis, Pendekatan Kebudayaan  dan Pendekatan Psiskologi dll.
Dalam  proses  pendekatan-pendekatan tersebut  tentunya akan di lakukan oleh manusia  apa  yang di namakan “ Research “  atau  penelitian , penyelidikan. Dalam  proses perjalanan  research inilah  arti   dari  pelaksanaan mengamati dan mengukur akan di  dapati  oleh  manusia.( Rosihan  Anwar : 2009 ).

No.9. Bagaimana  Pandangan Agamawan menempatkan  keyakinan (belief )  dengan   fakta  ilmiah ?
Ketika  kita  membicarakan keyakinan ( belief ),  tentunya  tidak  akan terbatas pada  segmen seorang  agamawan saja.  Setiap  manusia  yang  sehat  akalnya akan  mengalami proses  keyakinan tersebut.  Dalam mencermati konsep sains, Bruno Guiderdoni (2004:41) mengemukakan pendapat yang disertai pula penalaran terhadap konsep agama. Dia membedakan istilah sains dan agama dalam banyak definisi.
1.    Bahwa sains menjawab pertanyaan  “bagaimana”, sedangkan  agama menjawab pertanyaan  “mengapa”.
2.      Sains berurusan dengan fakta, sedangkan agama berurusan dengan nilai atau makna.
3.      Sains mendekati realitas secara analisis, sedangkan agama secara sintesis.
4.      Sains merupakan upaya manusia untuk memahami alam semesta yang kemudian akan mempengaruhi cara hidup kita, tetapi tidak membuat kita  menjadi manusia yang lebih baik. Sedangkan agama adalah pesan yang diberikan Tuhan untuk membantu manusia mengenal Tuhan dan mempersiapkan  manusia untuk menghadap Tuhan.

Armahedi Mahzar ( 2004 : 213 ) mencermati pandangan ini, bahwa dalam hubungan integratif memberikan wawasan yang lebih besar mencakup sains dan agama sehingga dapat bekerja sama secara aktif. Bahkan sains dapat meningkatkan keyakinan umat beragama dengan memberi bukti ilmiah atas wahyu atau pengalaman mistis. Sebagai contohnya adalah Maurice Bucaille yang melukiskan tentang kesejajaran deskripsi ilmiah modern tentang alam dengan deskripsi Al Qur’an tentang hal yang sama. Kesejajaran inilah yang dianggap memberikan dukungan obyektif ilmiah pada pengalaman subyektif keagamaan. Pengakuan keabsahan klaim sains maupun agama ini atas dasar kesamaan keduanya dalam memberikan pengetahuan atau deskripsi tentang alam.
Pada  dasarnya, pada  langkah  yang sangat  panjang kedepan Agama  itu  bertujuan untuk membuktikan sain  tersebut.Fakta  ilmiah adalah wujud  dari sains itu  sendiri. Melalui tipologi posisi perbincangan tentang hubungan sains dan agama, dia berusaha menunjukkan keberagaman posisi yang dapat diambil berkenaan dengan hubungan sains dan agama. Tipologi ini berlaku pada disiplin-disiplin ilmiah tertentu, salah satunya adalah biologi. Tipologi ini terdiri dari empat macam pandangan, yaitu: Konflik, Independensi, Dialog, dan Integrasi yang tiap-tiap variannya berbeda satu sama lain.
Adalah sebuah kepastian bahwa sains tidak dapat menjelajahi seluruh realitas karena sifatnya yang relatif, membuat pencarian pengetahuan tak akan ada habisnya dan fenomena baru akan muncul terus-menerus. Akhirnya mayoritas manusia akan lebih disibukkan dengan pengetahuan-pengetahuan tentang dunia daripada kontemplasi tentang Pencipta.
Dimana realitas sains memiliki konvergensi dengan realitas yang diungkapkan Al-Qur’an mengenai fenomena alam dan manusia. Tanpa integritas keduanya, manusia akan terus menghadapi problematika modernitas sains ditengah pesatnya perkembangan teknologi. ( Dr  Azis  Helmi :  Kajian Telaah  Ilmiah : 1998 )
No.13. Jelaskan maksud  gambar  di bawah  ini  :
Untuk  memahami  diagram  ini  setidaknya  kita  perlu  mengungkapkan  3 hal yang berpengaruh pada  diagram di atas. Deduksi dan Induksi.
Deduksi adalah pola berfikir dari umum ke khusus. Pola ini sering kita pakai dalam kehidupan sehari-hari. Kita melihat gambaran besar sebelum ke gambaran yang lebih spesifik. Kita misal kita memikirkan soal anjing. Anjing memiliki ciri-ciri berkaki empat, berekor dan bertaring. Maka kesimpulannya, anjing Budi seharusnya memiliki kaki empat, berekor dan bertaring.
Induksi sebaliknya adalah pola pikir dari khusus ke umum. Artinya, berkebalikan dari umum ke khusus dia melihat sesuatu secara kasus-kasus sebelum menyimpulkan gambaran umum. Misalnya kita masuk ke sebuah ruang, lalu kita melihat dokter, lalu melihat tempat tidur putih dan kemudian melihat rak jendela, kita lalu menyimpulkan bahwa kita berada di rumah sakit. Contoh lainnya yang klasik adalah masalah logam. Kita meneliti mengenai logam. Lalu kita mengetes bagaimana logam logam itu bereaksi terhadap panas. Logam emas, memuai, logam perak memuai, logam besi memuai. Kesimpulannya logam memuai.
Hipotesi adalah alat yang sangat besar kegunaannya dalam penyelidikan ilmiah. Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan teori dengan pengamatan dan sebaliknya pengamatan dengan teori.
Hipotesis harus dibuat karena alasan sebagai berikut:
1).Hipotesis yang mempunyai dasar kuat menunjukkan bahwa penelitian telah mempunyai cukup pengetahuan untuk melakukan penelitian dibidang itu.
2).Hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran data. Hipotesis dapat menunjukkan kepada peneliti prosedur apa yang harus diikuti dan jenis data apa yang harus dikumpulkan.Dengan demikian, dapat dicegah terbuang sia-sianya waktu dan jerih payah peneliti.
Analisa akhir  dari  diagram yang  ada  dan permaslahan yang  muncul,  fakta  1 jika  tombol  di tekan  tetapi  lampu  tidak menyala berarti  telah terjadi kesalahan  perangkat hubungan  hipotesis  yang semestinya.  Maka  Fakta  2,  lampu  akan  menyala   sudah tercipta  dengan baik  perangkat atau  hubungan  yang  berpengaruh  pada  fakta  2  dengan hipotesis.
Jelasnya,  terciptanya  sebuah  hubungan yang berkorelasi  akan  memudahkan proses  deduksi yang di ambil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar