Manusia Mengalami Ujian Keimanan
Oleh : H Hamzah Ahmad
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ.
Oleh : H Hamzah Ahmad
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ.
لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ
فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّابَعْدُ؛
فَإِنْ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
فَإِنْ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Kehidupan kemulyaan beragama pada dasarnya di landasi oleh apa nyang di namakan Iman,
Iman inilah sebenrnya sebagai
alat atau barometer
seseorang dalam upaya a mencapai titik
kedekatan kepada sang kholiq
Permaslahannya, mengapa
manusia mengalami ujian keimanan dalam kehidupannya ?
Untuk
kondisi tersebut secara analisis alqur,an marilah kita merenungkan salah satu
firman Allah dalam surat Al-‘Ankabut ayat 2 dan 3:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا
وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ
اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Artinya : Apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan (saja) mengatakan : "Kami telah beriman", sedang mereka
tidak diuji lagi?
Dan sesungguhnya kami telah menguji
orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang
yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. ( QS Al
'Ankabuut (29) ayat 2 dan 3 )
Ayat
ini menjelaskan kepada kita bahwa salah satu konsekuensi pernyataan iman kita
adalah, kita harus siap menghadapi ujian yang diberikan Allah Subhannahu wa
Ta'ala kepada kita, untuk membuktikan sejauh mana kebenaran dan kesungguhan
kita dalam menyatakan iman, apakah iman kita itu betul-betul bersumber dari
keyakinan dan kemantapan hati, atau sekedar ikut-ikutan serta tidak tahu arah
dan tujuan, atau pernyataan iman kita didorong oleh kepentingan sesaat, ingin
mendapatkan kemenangan tetapi tidak mau menghadapi kesulitan seperti yang
digambarkan Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam surat Al-Ankabut ayat 10:
وَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ فَإِذَا أُوذِيَ فِي اللَّهِ جَعَلَ
فِتْنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ اللَّهِ وَلَئِنْ جَاءَ نَصْرٌ مِنْ رَبِّكَ
لَيَقُولُنَّ إِنَّا كُنَّا مَعَكُمْ أَوَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِمَا فِي
صُدُورِ الْعَالَمِينَ (١٠)
Artinya : dan di antara manusia ada orang yang
berkata: "Kami beriman kepada Allah", Maka apabila ia disakiti
(karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab
Allah[1145]. dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan
berkata: "Sesungguhnya Kami adalah besertamu". Bukankah Allah lebih
mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia?
Bila kita sudah menyatakan iman dan kita mengharapkan manisnya buah iman yang kita miliki yaitu Surga
Maka marilah kita bersiap-siap untuk menghadapi ujian berat yang akan diberikan Allah kepada kita, dan bersabarlah kala ujian itu datang kepada kita. Allah memberikan sindiran kepada kita, yang ingin masuk Surga tanpa melewati ujian yang berat.
Apakah
kalian mengira akan masuk Surga sedangkan belum datang kepada kalian (cobaan)
sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa
malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan)
sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersama-nya: “Kapankah
datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguh-nya pertolongan Allah itu
amat dekat”. (Al-Baqarah 214).
Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa salam mengisahkan betapa beratnya perjuangan orang-orang
dulu dalam perjuangan mereka mempertahankan iman mereka, sebagaimana dituturkan
kepada shahabat Khabbab Ibnul Arats Radhiallaahu anhu.
لَقَدْ
كَانَ مَنْ قَبْلَكُمْ لَيُمْشَطُ بِمِشَاطِ الْحَدِيْدِ مَا دُوْنَ عِظَامِهِ
مِنْ لَحْمٍ أَوْ عَصَبٍ مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِيْنِهِ وَيُوْضَعُ
الْمِنْشَارُ عَلَى مِفْرَقِ رَأْسِهِ فَيَشُقُّ بِاثْنَيْنِ مَا يَصْرِفُهُ
ذَلِكَ عَنْ دِيْنِهِ. (رواه البخاري).
...
Sungguh telah terjadi kepada orang-orang sebelum kalian, ada yang di sisir
dengan sisir besi (sehingga) terkelupas daging dari tulang-tulangnya, akan
tetapi itu tidak memalingkannya dari agamanya, dan ada pula yang diletakkan di
atas kepalanya gergaji sampai terbelah dua, namun itu tidak memalingkannya dari
agamanya... (HR. Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari
dengan Fathul Bari, cet. Dar Ar-Royyan, Juz 7 hal. 202).
Cobalah kita renungkan, apa yang telah kita lakukan untuk membuktikan keimanan kita? cobaan apa yang telah kita alami dalam mempertahankan iman kita? Apa yang telah kita korbankan untuk memperjuangkan aqidah dan iman kita? Bila kita memper-hatikan perjuangan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam dan orang-orang terdahulu dalam mempertahankan iman mereka, dan betapa pengorbanan mereka dalam memperjuangkan iman mereka, mereka rela mengorbankan harta mereka, tenaga mereka, pikiran mereka, bahkan nyawapun mereka korbankan untuk itu. Rasanya iman kita ini belum seberapanya atau bahkan tidak ada artinya bila dibandingkan dengan iman mereka. Apakah kita tidak malu meminta balasan yang besar dari Allah sementara pengorbanan kita sedikit pun belum ada?
Ujian
yang diberikan oleh Allah kepada manusia adalah berbeda-beda. Dan ujian dari
Allah bermacam-macam bentuknya, setidak-nya ada empat macam ujian yang telah
dialami oleh para pendahulu kita:
Yang pertama: Ujian yang berbentuk perintah untuk dilaksanakan.
Begitu banyak
ayat ayat Allah
dalam alqur;an yang memberikan
pengingatan kepada manusia
untuk melakukan berbagai amal
kebaikan.
Amal dalam analisis kami
bisa bemakna :
AMAL
:
A
: Aktifitas Agamis
M
: Melahirkan Nilai Kesholehan
A
: Agama sebagai Koridornya
L
: Lintasan Sejarah untuk menghadap sang
Kholiq
Salah satu
perintah dari Allah adalah apa
yang Allah firmankan
Dalam alqur,an
surat albaqoroh ayat 208.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ
كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ
مُّبِينٌ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu
ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. ( QS Al Baqarah (2) -Verse 208 )
Asbabul Wurud
ayat ini dari Ibnu Jarir,
ketika sekelompok Yahudi ingin
beriman kepada Allah dan Rasulallah, tetapi mereka
meminta tetapi di izinkan untuk
merayakan hari Sabtu dan mengamalkan
kitab taurat pada
malam hari sabtu. Sehingga akhirnya Allah
menurunkan ayat ini.
Prof.
Dr.Quraish Shihab dalam
Almisbah juz I, mengemukakan, bahwa langkah langkah syaithan pada era
global saat ini, seperti
: system, tehnologi, yang bisa
menjauhkan manusia dari hakikat
keimanan kepada Allah.
Lebih dalam : Prof Sayuti
Pulungan dalam buku “
Universalisme Islam “ mengemukakan,
terjadinya pergerseran pada manusia sehingga tidak totalitas menjalankan
nilai-nilai agamanya di sebabkan oleh beberapa factor :
1.
Alienasi : perenggangan
hubungan
2.
Dehumanisasi :Mengabaikan rasa kemanusiaan
3.
Westernisasi :
berpola kehidupan ke Barat (
Nasrani )
Yang
kedua: Ujian yang berbentuk larangan untuk ditinggalkan
Dari
sekian banyaknya larangan Allah dalam
koridor Agama,Larangan yang sangat keras
dari Allah dalam analisis
alqur’an adalah larangan Syirik
لاَّ تَجْعَل مَعَ اللّهِ إِلَـهًا آخَرَ فَتَقْعُدَ
مَذْمُومًا مَّخْذُولاً
Artinya : Janganlah
kamu adakan Tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela
dan tidak ditinggalkan (Allah). ( QS Al Israa' (17) -Verse 22 )
Syirik
secarav bahasa adalah
masdar ( infinitive ) dari
kata Syarika, Yasryraku, syrikan, yang
memiliki arti : menjadi
sekutu baginya.Menurut Syariah
Syirik adalah menyekutukan
Allah dengan perkara yang merupakan
hak Allah.
Syirik di bagi
menjadi 3 :
1.
Syirik Rububiyah ( syirik Ketuhanan )
2.
Syirik Uluhiyah ( hak
hak Allah )
3.
Syirik Asma dan Sifat (
menyamakan Allah dengan Mahluq )
Syrik juga
bisa terkategori :
1.
Syirik Besar ( akbar
) yang menyebabkan seorang Murtad misalnya seorang yang
berdoa kepada selain Allah
2.
Syirik Kecil
( ashghor ) yang
menyebabkan manusia syirik secara
syariat tetapi tidak murtad. Mislanya
beramal ibadah tetapi Ria ( ingin di pandang ) atau Sum’;ah ( ingin di dengar )
3.
Syirik Khaf’I (
syirik tersembunyi )
Hikmah khutbah
ini pada dasarnya
ingin menggaris bawahi bahwa
kehidupan kita manusia itu
bergerak dengan Iman.
Akan
tetapi Iman kita akan selalu
pada posisi terancam kekuatannya ( powernya )
di hadapan Allah.
Oleh
karenanya manusia beriman akan bertemu dengan Allah, karena membawa amal
yanag di bungkus syaiar dengan sempurna.
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ
أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Artinya : Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia
menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun, ( QS Al Mulk (67) -Verse 2 )
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar