Selasa, 13 November 2012

Manusia akan Mengalami Ujian Iman


Manusia  Mengalami Ujian Keimanan
Oleh : H  Hamzah    Ahmad

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَسْتَهْدِيْهِ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ.
لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. أَمَّابَعْدُ؛
فَإِنْ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
.

Kehidupan  kemulyaan  beragama  pada  dasarnya  di  landasi oleh apa  nyang  di namakan Iman,
Iman  inilah sebenrnya  sebagai  alat  atau  barometer  seseorang dalam upaya a mencapai titik  kedekatan kepada  sang kholiq
Permaslahannya,  mengapa  manusia  mengalami  ujian keimanan dalam kehidupannya ?
Untuk kondisi  tersebut secara analisis  alqur,an marilah kita merenungkan salah satu firman Allah dalam surat Al-‘Ankabut ayat 2 dan 3:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

Artinya  : Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? 
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. ( QS Al 'Ankabuut (29)   ayat 2 dan 3 )

Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa salah satu konsekuensi pernyataan iman kita adalah, kita harus siap menghadapi ujian yang diberikan Allah Subhannahu wa Ta'ala kepada kita, untuk membuktikan sejauh mana kebenaran dan kesungguhan kita dalam menyatakan iman, apakah iman kita itu betul-betul bersumber dari keyakinan dan kemantapan hati, atau sekedar ikut-ikutan serta tidak tahu arah dan tujuan, atau pernyataan iman kita didorong oleh kepentingan sesaat, ingin mendapatkan kemenangan tetapi tidak mau menghadapi kesulitan seperti yang digambarkan Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam surat Al-Ankabut ayat 10:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ فَإِذَا أُوذِيَ فِي اللَّهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ اللَّهِ وَلَئِنْ جَاءَ نَصْرٌ مِنْ رَبِّكَ لَيَقُولُنَّ إِنَّا كُنَّا مَعَكُمْ أَوَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِمَا فِي صُدُورِ الْعَالَمِينَ (١٠)

Artinya  : dan di antara manusia ada orang yang berkata: "Kami beriman kepada Allah", Maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah[1145]. dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: "Sesungguhnya Kami adalah besertamu". Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia?

Bila kita sudah menyatakan iman dan kita mengharapkan manisnya buah iman yang kita miliki yaitu Surga

Maka marilah kita bersiap-siap untuk menghadapi ujian berat yang akan diberikan Allah kepada kita, dan bersabarlah kala ujian itu datang kepada kita. Allah memberikan sindiran kepada kita, yang ingin masuk Surga tanpa melewati ujian yang berat.
Apakah kalian mengira akan masuk Surga sedangkan belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersama-nya: “Kapankah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguh-nya pertolongan Allah itu amat dekat”. (Al-Baqarah 214).
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam mengisahkan betapa beratnya perjuangan orang-orang dulu dalam perjuangan mereka mempertahankan iman mereka, sebagaimana dituturkan kepada shahabat Khabbab Ibnul Arats Radhiallaahu anhu.
لَقَدْ كَانَ مَنْ قَبْلَكُمْ لَيُمْشَطُ بِمِشَاطِ الْحَدِيْدِ مَا دُوْنَ عِظَامِهِ مِنْ لَحْمٍ أَوْ عَصَبٍ مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِيْنِهِ وَيُوْضَعُ الْمِنْشَارُ عَلَى مِفْرَقِ رَأْسِهِ فَيَشُقُّ بِاثْنَيْنِ مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِيْنِهِ. (رواه البخاري).
... Sungguh telah terjadi kepada orang-orang sebelum kalian, ada yang di sisir dengan sisir besi (sehingga) terkelupas daging dari tulang-tulangnya, akan tetapi itu tidak memalingkannya dari agamanya, dan ada pula yang diletakkan di atas kepalanya gergaji sampai terbelah dua, namun itu tidak memalingkannya dari agamanya... (HR. Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dengan Fathul Bari, cet. Dar Ar-Royyan, Juz 7 hal. 202).

Cobalah kita renungkan, apa yang telah kita lakukan untuk membuktikan keimanan kita? cobaan apa yang telah kita alami dalam mempertahankan iman kita? Apa yang telah kita korbankan untuk memperjuangkan aqidah dan iman kita? Bila kita memper-hatikan perjuangan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa salam dan orang-orang terdahulu dalam mempertahankan iman mereka, dan betapa pengorbanan mereka dalam memperjuangkan iman mereka, mereka rela mengorbankan harta mereka, tenaga mereka, pikiran mereka, bahkan nyawapun mereka korbankan untuk itu. Rasanya iman kita ini belum seberapanya atau bahkan tidak ada artinya bila dibandingkan dengan iman mereka. Apakah kita tidak malu meminta balasan yang besar dari Allah sementara pengorbanan kita sedikit pun belum ada?

Ujian yang diberikan oleh Allah kepada manusia adalah berbeda-beda. Dan ujian dari Allah bermacam-macam bentuknya, setidak-nya ada empat macam ujian yang telah dialami oleh para pendahulu kita:

Yang pertama: Ujian yang berbentuk perintah untuk dilaksanakan.
Begitu  banyak  ayat  ayat  Allah  dalam  alqur;an yang  memberikan  pengingatan  kepada  manusia  untuk melakukan berbagai  amal  kebaikan.
Amal  dalam analisis  kami   bisa  bemakna :
AMAL :
A :  Aktifitas  Agamis
M : Melahirkan Nilai  Kesholehan
A : Agama  sebagai  Koridornya
L :  Lintasan  Sejarah untuk menghadap  sang  Kholiq

Salah  satu  perintah dari  Allah adalah  apa  yang Allah  firmankan
Dalam  alqur,an   surat  albaqoroh ayat 208.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Artinya  : Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (  QS Al Baqarah (2) -Verse 208 )

Asbabul  Wurud  ayat  ini dari  Ibnu Jarir,  ketika sekelompok Yahudi  ingin beriman  kepada  Allah dan Rasulallah, tetapi  mereka  meminta  tetapi di izinkan untuk merayakan hari Sabtu  dan mengamalkan kitab  taurat  pada  malam hari sabtu. Sehingga  akhirnya  Allah  menurunkan ayat  ini.

Prof. Dr.Quraish  Shihab  dalam  Almisbah  juz  I, mengemukakan, bahwa   langkah langkah syaithan pada  era  global  saat  ini, seperti  : system, tehnologi,  yang  bisa  menjauhkan manusia  dari  hakikat  keimanan kepada  Allah.

Lebih  dalam : Prof  Sayuti  Pulungan  dalam buku “ Universalisme  Islam “ mengemukakan, terjadinya  pergerseran pada manusia  sehingga tidak totalitas menjalankan nilai-nilai  agamanya  di sebabkan oleh beberapa  factor :
1.      Alienasi  :  perenggangan hubungan
2.      Dehumanisasi  :Mengabaikan rasa  kemanusiaan
3.      Westernisasi : berpola  kehidupan  ke Barat (  Nasrani )

Yang kedua: Ujian yang berbentuk larangan untuk ditinggalkan
Dari sekian banyaknya  larangan Allah dalam koridor  Agama,Larangan yang sangat   keras  dari Allah dalam analisis  alqur’an adalah larangan  Syirik

لاَّ تَجْعَل مَعَ اللّهِ إِلَـهًا آخَرَ فَتَقْعُدَ مَذْمُومًا مَّخْذُولاً
Artinya  :  Janganlah kamu adakan Tuhan yang lain di samping Allah, agar kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah). ( QS Al Israa' (17) -Verse 22 )

Syirik secarav   bahasa  adalah  masdar ( infinitive )  dari kata  Syarika, Yasryraku, syrikan,  yang  memiliki  arti : menjadi sekutu  baginya.Menurut  Syariah  Syirik  adalah menyekutukan Allah  dengan perkara yang  merupakan  hak Allah.
Syirik  di bagi  menjadi  3  :
1.      Syirik  Rububiyah ( syirik  Ketuhanan )
2.      Syirik Uluhiyah  ( hak  hak  Allah )
3.      Syirik Asma  dan Sifat (  menyamakan Allah  dengan Mahluq )
Syrik  juga  bisa  terkategori  :
1.      Syirik Besar  ( akbar  ) yang menyebabkan seorang Murtad misalnya  seorang yang  berdoa kepada  selain Allah
2.      Syirik  Kecil  ( ashghor  )  yang  menyebabkan  manusia  syirik secara  syariat  tetapi tidak murtad.  Mislanya  beramal  ibadah tetapi  Ria  (  ingin di pandang )  atau Sum’;ah ( ingin di  dengar )
3.      Syirik  Khaf’I (  syirik  tersembunyi  )

Hikmah  khutbah  ini  pada  dasarnya  ingin menggaris  bawahi  bahwa  kehidupan kita  manusia  itu  bergerak dengan  Iman.
Akan  tetapi  Iman kita   akan selalu  pada  posisi  terancam kekuatannya  ( powernya )  di hadapan Allah.

Oleh  karenanya   manusia  beriman akan bertemu dengan Allah,   karena membawa  amal   yanag  di bungkus  syaiar dengan sempurna.

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
Artinya  : Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,  (  QS Al Mulk (67) -Verse 2 )
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar