Sabtu, 10 November 2012

" Nabi Ibrahim Mencari Tuhan "


“ Sejarah  Nabi Ibrahim a.s   
Mencari Tuhan Sebagai  Puncak  Tauhidiyah “
Oleh : Drs.H Hamzah  MM
Semua  aktifitas  manusia tidak terlepas dari mekanisme sejarah. Sejarah itulah sebagai bahan kehidupan yang objektif bagi manusia  berakal. Diantara sejarah yang  sangat urgent bagi seseorang adalah  sejarah yang bersifat Tauhidiyah dari nabi  Ibrahim a.s. Salah satu perjalanan intelektual dan spiritual  yang sangat  tinggi nilainya adalah  ketika Nabi Ibrahim as. mencari  Tuhan-Nya. Kita  tidak berbicara dengan kondisi saat ini, tetapi bagaimana  saat itu keadaan manusia dan sekarang sejarah  itu  kita lanjutkan. Detilnya  adalah episode ketika berakhir dengan sebuah temuan yang sampai pada tingkat keyakinan yang kokoh, bahkan menjadi hujjah di kemudian hari ketika dia berdebat dengan raja Namrudz dan pembesar-pembesar kaumnya, termasuk ayahnya. Kisah pencarian Tuhan yang dilakukan oleh Ibrahim as. tersebut direkam oleh Allah  swt :
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِين
Artinya: “Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin ( QS Al-An’am )  75 )
Dr.H.M.Quraish Shihab dalam  Tafsir Al Misbah  mengemukakan ; ,…bahwa  nabi Ibrahim pada  saat  itu  baru sampai pada  tahap “ilmul Yakin, belum ainul  yakin apalagi haqul  yaqin.Belaiu  baru  sampai  pada  tahap  sempurna  setelah  firman Allah  surat  al an’am ayat  75  ini….. ( Almisbah juz 1 hal 525 )
Pemikiran manusia  di era modern saat ini  adalah mengapa   manusia (kita ) perlu  juga  mendalami  proses  pencarian terhadap Tuhannya tersebut. ? oleh karenanya perlu kita  renungkan dan kita kaji secara mendalam beberapa  hal  yang  terjadi  dari  perjalanan  sejarah  Nabi  Ibrahim  a.s di antaranya ;
Pertama, Hendaklah manusia selalu dan terus mencari ilmu dan kebenaran.

Nabi Ibrahim as. sekalipun calon nabi dan rasul Allah, yang sekiranya dia tidak berusaha mencari Tuhan pun, Allah pasti akan menurunkan ilmu dan pengetahuan kepadanya. Akan tetapi, Ibrahim as. tidak berdiam diri, menunggu datangnya ilmu dan seterusnya. Ibrahim as. berupaya terlebih dahulu mencari tahu, walaupun kemudian Allah menurunkan wahyu, ilmu dan informasi kepadanya.  dan diusahakan.

Nabi Ibrahim as. memperoleh ilmu dan pengatahuan sampai ke tingkat yakin (mûqinun), karena dia mencari sendiri dan dengan pengalaman yang dialami sendiri.
Kasus yang sama juga pernah ditunjukan oleh Ibrahim as. ketika meminta kepada Allah agar memperlihatkan cara menghidupkan yang telah mati. Ibrahim meminta hal itu bukannya tidak percaya akan kekuasaan Allah, namun supaya lebih mantap ilmu dan keyakinannya itu. Kita  telusuri kisah tersebut  berdasarkan  dalil  Alqur’an :
 
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَى كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)". Allah berfirman: "(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” ( QS  Al Baqoroh  260 )

Dua ; Hendaklah dalam belajar, mencari ilmu, berfikir dan seterusnya, bahwa manusia memulainya dari hal-hal yang kecil dan sederhana.
Karena Ibrahim as. beranjak dari memperhatikan bintang yang lebih kecil, redup kemudian bulan yang lebih besar dan terang, kemudian matahari yang sangat terang dan besar.
Hendaklah manusia selalu mengarah dari gelap menuju yang lebih terang. Dari yang kecil menuju yang lebih besar, dari kebodohan menuju kecerdasan.

Dalama proses  beragamanya  manusia paling tidak   harus  di latar belakangi  oleh 4  faktor, menurut Dr. Abudin Nata M.A
 ( praktisi  Pendidikan ).
1.        Beragama  harus  di latar belakangi oleh  pengetahuan  tentang agama  itu
2.        Pengetahuan  itu  akan melahirkan Keyakinan
3.        Keyakinan  itu manusia  akan melahirkan beraktifitas (karya)
4.        Dengan  karya  ( amal  )  itu  maka  manusia akan mendapatkan hikmah ( filosofi) mendalam.

Berfikir dan bereksperimen, akan mengantarkan manusia menyingkap tabir kekuasaan langit dan bumi. Hal yang sebelumnya mustahil dan tidak bisa diterima oleh akal manusia, dengan berfikir dan bereksperimen manusia kemudian akan membenarkan yang sebelumnya dianggap tidak masuk akal.

Generasi masa lalu tentu akan mengatakan seseorang gila, jika berkata bahwa dia baru saja berbicara langsung dengan seseorang yang berada dalam jarak antar negara atau antar benua. Namun, dengan hasil fikiran dan percobaan manusia, hal itu sekarang menjadi masuk akal bahkan sangat akrab dengan manusia.
Generasi yang lalu, tentu akan mengtakan seseorang gila jika dikatakan kepadanya bahwa dia baru saja terbang mengarungi jarak yang jauh dalam waktu yang sangat singkat. Akan tetapi, dengan hasil fikiran dan percobaan manusia, saat ini hal itu adalah sesuatu yang dengan gampang diterima akal manusia.

Semoga  tulisan ini  bermanfaat bagi  kita  jamaah kuliah subuh sabtu  dalam rangka  kita  membangkitkan stimulus  pengetahuan  beragama  kita  dari  pemantapan beragama  kita  di mata  Allah swt. Amien

Jeruk Purut 05  Oktober  2012 / 19  Dzulqo’dah  1433  H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar