“ Sejarah Nabi Ibrahim a.s
Mencari Tuhan Sebagai Puncak
Tauhidiyah “
Oleh : Drs.H Hamzah MM
Semua
aktifitas manusia tidak terlepas
dari mekanisme sejarah. Sejarah itulah sebagai bahan kehidupan yang objektif
bagi manusia berakal. Diantara sejarah
yang sangat urgent bagi seseorang
adalah sejarah yang bersifat Tauhidiyah
dari nabi Ibrahim a.s. Salah satu
perjalanan intelektual dan spiritual yang sangat
tinggi nilainya adalah ketika Nabi
Ibrahim as. mencari Tuhan-Nya. Kita tidak berbicara dengan kondisi saat ini,
tetapi bagaimana saat itu keadaan
manusia dan sekarang sejarah itu kita lanjutkan. Detilnya adalah episode ketika berakhir dengan sebuah
temuan yang sampai pada tingkat keyakinan yang kokoh, bahkan menjadi
hujjah di kemudian hari ketika dia berdebat dengan raja Namrudz dan
pembesar-pembesar kaumnya, termasuk ayahnya. Kisah pencarian Tuhan yang
dilakukan oleh Ibrahim as. tersebut direkam oleh Allah swt :
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ
مَلَكُوتَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِين
Artinya: “Dan demikianlah Kami
perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit
dan bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang
yang yakin ( QS Al-An’am ) 75 )
Dr.H.M.Quraish Shihab dalam Tafsir Al Misbah mengemukakan ; ,…bahwa nabi Ibrahim pada saat
itu baru sampai pada tahap “ilmul Yakin, belum ainul yakin apalagi haqul yaqin.Belaiu
baru sampai pada
tahap sempurna setelah
firman Allah surat al an’am ayat
75 ini….. ( Almisbah juz 1 hal
525 )
Pemikiran manusia di era modern saat ini adalah mengapa manusia (kita ) perlu juga
mendalami proses pencarian terhadap Tuhannya tersebut. ? oleh
karenanya perlu kita renungkan dan kita
kaji secara mendalam beberapa hal yang
terjadi dari perjalanan
sejarah Nabi Ibrahim a.s di antaranya ;
Pertama, Hendaklah
manusia selalu dan terus mencari ilmu dan kebenaran.
Nabi Ibrahim as.
sekalipun calon nabi dan rasul Allah, yang sekiranya dia tidak berusaha mencari
Tuhan pun, Allah pasti akan menurunkan ilmu dan pengetahuan kepadanya. Akan
tetapi, Ibrahim as. tidak berdiam diri, menunggu datangnya ilmu dan seterusnya.
Ibrahim as. berupaya terlebih dahulu mencari tahu, walaupun kemudian Allah
menurunkan wahyu, ilmu dan informasi kepadanya. dan diusahakan.
Nabi Ibrahim as.
memperoleh ilmu dan pengatahuan sampai ke tingkat yakin (mûqinun),
karena dia mencari sendiri dan dengan pengalaman yang dialami sendiri.
Kasus yang sama juga pernah ditunjukan oleh Ibrahim as. ketika meminta kepada Allah agar memperlihatkan cara menghidupkan yang telah mati. Ibrahim meminta hal itu bukannya tidak percaya akan kekuasaan Allah, namun supaya lebih mantap ilmu dan keyakinannya itu. Kita telusuri kisah tersebut berdasarkan dalil Alqur’an :
Kasus yang sama juga pernah ditunjukan oleh Ibrahim as. ketika meminta kepada Allah agar memperlihatkan cara menghidupkan yang telah mati. Ibrahim meminta hal itu bukannya tidak percaya akan kekuasaan Allah, namun supaya lebih mantap ilmu dan keyakinannya itu. Kita telusuri kisah tersebut berdasarkan dalil Alqur’an :
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَى كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya: “Dan
(ingatlah) ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku
bagaimana Engkau menghidupkan orang mati". Allah berfirman: "Belum
yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakininya, akan
tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku)". Allah berfirman:
"(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya
olehmu. (Allah berfirman): "Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu
bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka
datang kepadamu dengan segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana.” ( QS Al
Baqoroh 260 )
Dua ; Hendaklah dalam
belajar, mencari ilmu, berfikir dan seterusnya, bahwa manusia memulainya dari
hal-hal yang kecil dan sederhana.
Karena Ibrahim as.
beranjak dari memperhatikan bintang yang lebih kecil, redup kemudian bulan yang
lebih besar dan terang, kemudian matahari yang sangat terang dan besar.
Hendaklah
manusia selalu mengarah dari gelap menuju yang lebih terang. Dari yang kecil
menuju yang lebih besar, dari kebodohan menuju kecerdasan.
Dalama
proses beragamanya manusia paling tidak harus
di latar belakangi oleh 4 faktor, menurut Dr. Abudin Nata M.A
( praktisi
Pendidikan ).
1.
Beragama harus
di latar belakangi oleh pengetahuan
tentang agama itu
2.
Pengetahuan itu
akan melahirkan Keyakinan
3.
Keyakinan itu manusia
akan melahirkan beraktifitas (karya)
4.
Dengan
karya ( amal )
itu maka manusia akan mendapatkan hikmah ( filosofi)
mendalam.
Berfikir
dan bereksperimen, akan mengantarkan manusia menyingkap tabir kekuasaan langit
dan bumi. Hal yang sebelumnya mustahil dan tidak bisa diterima oleh akal
manusia, dengan berfikir dan bereksperimen manusia kemudian akan membenarkan
yang sebelumnya dianggap tidak masuk akal.
Generasi
masa lalu tentu akan mengatakan seseorang gila, jika berkata bahwa dia baru
saja berbicara langsung dengan seseorang yang berada dalam jarak antar negara
atau antar benua. Namun, dengan hasil fikiran dan percobaan manusia, hal itu
sekarang menjadi masuk akal bahkan sangat akrab dengan manusia.
Generasi
yang lalu, tentu akan mengtakan seseorang gila jika dikatakan kepadanya bahwa
dia baru saja terbang mengarungi jarak yang jauh dalam waktu yang sangat
singkat. Akan tetapi, dengan hasil fikiran dan percobaan manusia, saat ini hal
itu adalah sesuatu yang dengan gampang diterima akal manusia.
Semoga tulisan ini
bermanfaat bagi kita jamaah kuliah subuh sabtu dalam rangka
kita membangkitkan stimulus pengetahuan
beragama kita dari
pemantapan beragama kita di mata
Allah swt. Amien
Jeruk Purut 05 Oktober
2012 / 19 Dzulqo’dah 1433 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar