“ Sebuah
Religiusitas Insan “
Oleh H Hamzah
Ahmad
Secara
bahasa, kata religiusitas adalah kata kerja yang berasal dari kata benda religion.
Religi itu sendiri berasal dari kata re dan ligare artinya
menghubungkan kembali yang telah putus, yaitu menghubungkan kembali tali
hubungan antara Tuhan dan manusia yang telah terputus oleh dosa-dosanya
(Arifin, 1995).
Religiusitas merupakan tingkah laku manusia yang sepenuhnya dibentuk oleh kepercayaan terhadap alam gaib. Dalam hal ini religiusitas lebih melihat aspek yang ada di dalam lubuk hati dan tidak dapat dipaksakan.
Untuk mengukur religiusitas tersebut, kita mengenal tiga dimensi dalam Islam yaitu aspek akidah (keyakinan), Asfek syariah (praktik agama, ritual formal) dan Asfek akhlak (pengamalan dari akidah dan syariah).
Menurut Daradjat (1989), ada dua istilah yang dikenal dalam agama yaitu kesadaran beragama (religious conciousness) dan pengalaman beragama (religious experience).
Kesadaran beragama adalah segi agama yang terasa dalam fikiran dan dapat diuji melalui introspeksi atau dapat dikatakan sebagai aspek mental dari aktivitas agama.
Sedangkan pengalaman beragama ( religious experience ) adalah unsur perasaan dalam kesadaran beragama yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan.
Religiusitas adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan agama.
Religiusitas dapat diketahui melalui beberapa aspek penting yaitu: aspek
keyakinan terhadap ajaran agama (aqidah), aspek ketaatan terhadap ajaran agama
(syari’ah atau ibadah), aspek penghayatan terhadap ajaran agama (ikhsan), aspek
pengetahuan terhadap ajaran agama (ilmu) dan aspek pelaksanaan ajaran agama
(amal atau ahlak).
Religiusitas bukan hanya penghayatan terhadap nilai-nilai agama
saja namun juga perlu adanya pengamalan nilai-nilai tersebut. Kebermaknaan
hidup adalah kualitas penghayatan individu terhadap seberapa besar ia dapat
mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi-potensi serta kapasitas yang
dimilikinya, dan terhadap seberapa jauh ia telah berhasil mencapai
tujuan-tujuan hidupnya, dalam rangka memberi makna dan arti dalam hidupnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis bahwa ada
korelasi positif antara religiusitas dengan kebermaknaan hidup pada anak yatim
panti asuhan Mardhotillah, artinya semakin tinggi religiusitas subjek
penelitian maka semakin tinggi pula kebermaknaan hidupnya. Religiusitas diukur
dengan angket religiusitas yang mengacu pada teori religiusitas Glock dan
Stark.
Sebagaimana kita ketahui bahwa keberagamaan dalam Islam
bukan hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual saja, tapi juga dalam
aktivitas-aktivitas lainnya. Sebagai sistem yang menyeluruh, Islam mendorong
pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh pula (QS 2: 208); baik dalam
berpikir, bersikap maupun bertindak, harus didasarkan pada prinsip penyerahan
diri dan pengabdian secara total kepada Allah, kapan, dimana dan dalam keadaan
bagaimanapun. Karena itu, hanya konsep yang mampu memberi penjelasan tentang
kemenyeluruhan yang mampu memahami keberagamaan umat Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar