Kamis, 29 November 2012

Sebuah religiusitas Insan "


   Sebuah  Religiusitas Insan “

Oleh  H Hamzah  Ahmad

Secara bahasa, kata religiusitas adalah kata kerja yang berasal dari kata benda religion. Religi itu sendiri berasal dari kata re dan ligare artinya menghubungkan kembali yang telah putus, yaitu menghubungkan kembali tali hubungan antara Tuhan dan manusia yang telah terputus oleh dosa-dosanya (Arifin, 1995).

Religiusitas merupakan tingkah laku manusia yang sepenuhnya dibentuk oleh kepercayaan terhadap alam gaib. Dalam hal ini religiusitas lebih melihat aspek yang ada di dalam lubuk hati dan tidak dapat dipaksakan.

Untuk mengukur religiusitas tersebut, kita mengenal tiga dimensi dalam Islam yaitu aspek akidah (keyakinan), Asfek syariah (praktik agama, ritual formal) dan Asfek akhlak (pengamalan dari akidah dan syariah).

Menurut Daradjat (1989), ada dua istilah yang dikenal dalam agama yaitu kesadaran beragama (religious conciousness) dan pengalaman beragama (religious experience).

Kesadaran beragama adalah segi agama yang terasa dalam fikiran dan dapat diuji melalui introspeksi atau dapat dikatakan sebagai aspek mental dari aktivitas agama.

Sedangkan pengalaman  beragama  ( religious experience ) adalah unsur perasaan dalam kesadaran beragama yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan.

Religiusitas adalah kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan agama. Religiusitas dapat diketahui melalui beberapa aspek penting yaitu: aspek keyakinan terhadap ajaran agama (aqidah), aspek ketaatan terhadap ajaran agama (syari’ah atau ibadah), aspek penghayatan terhadap ajaran agama (ikhsan), aspek pengetahuan terhadap ajaran agama (ilmu) dan aspek pelaksanaan ajaran agama (amal atau ahlak).
Religiusitas bukan hanya penghayatan terhadap nilai-nilai agama saja namun juga perlu adanya pengamalan nilai-nilai tersebut. Kebermaknaan hidup adalah kualitas penghayatan individu terhadap seberapa besar ia dapat mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi-potensi serta kapasitas yang dimilikinya, dan terhadap seberapa jauh ia telah berhasil mencapai tujuan-tujuan hidupnya, dalam rangka memberi makna dan arti dalam hidupnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis bahwa ada korelasi positif antara religiusitas dengan kebermaknaan hidup pada anak yatim panti asuhan Mardhotillah, artinya semakin tinggi religiusitas subjek penelitian maka semakin tinggi pula kebermaknaan hidupnya. Religiusitas diukur dengan angket religiusitas yang mengacu pada teori religiusitas Glock dan Stark.
Sebagaimana kita ketahui bahwa keberagamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah ritual saja, tapi juga dalam aktivitas-aktivitas lainnya. Sebagai sistem yang menyeluruh, Islam mendorong pemeluknya untuk beragama secara menyeluruh pula (QS 2: 208); baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak, harus didasarkan pada prinsip penyerahan diri dan pengabdian secara total kepada Allah, kapan, dimana dan dalam keadaan bagaimanapun. Karena itu, hanya konsep yang mampu memberi penjelasan tentang kemenyeluruhan yang mampu memahami keberagamaan umat Islam.

Jadi yang harus dilakukan adalah :

pertama, bentengi diri dengan keimanan dan ketaqwaan sehingga kita merasa dekat dan merasa diawasi oleh Allah Swt. Hal tersebut akan mengontrol dirinya dari perbuatan maksiat setiap saat dalam seluruh aspek kehidupannya.

Kedua, pupuk dan kembangkan nilai-nilai keagamaan dalam keluarga sebagai lingkungan terdekat yang membentuk dan mempengaruhi pribadi dan budi pekerti seseorang.

Ketiga, selektif dalam memilih teman atau lingkungan. Kalau kita tidak bisa merubah lingkungan yang bisa merusak perilaku kita maka lebih baik menghindarinya. Wallahu A’lam.