5
Posisi Anak Bagi Orangtua dalam Al Quran
(
Oleh : Drs.H.Hamzah MM )
Al Quran sebagai
petunjuk jalan bagi setiap keluarga muslim. Bagi yang telah mempunyai
keturunan. Atau mereka yang sedang menanti hadirnya keturunan. Atau yang sedang
khusyu’ dalam munajat agar diberikan amanah indah itu. Atau yang sedang belajar
untuk menapaki tangga menuju bahtera rumah tangga. Inilah Al Quran yang harus
selalu menjadi tempat bertanya. Al Quran menyampaikan bagi setiap keluarga
muslim bahwa anak mempunyai 5 potensi bagi kehidupan orangtuanya. Potensi baik
ataupun potensi buruk. Berikut ini ke 5 hal tersebut:
1. Anak sebagai HIASAN HIDUP
Allah berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ
النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ
وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآَبِ
“Dijadikan indah pada (pandangan)
manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia,
dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Qs. Ali Imron: 14)
Anak disebut ayat
ini sebagai satu dari kesenangan-kesenangan dunia. Setiap manusia pasti telah
terhiasi hatinya dengan berbagai keindahan dunia tersebut. Hanya saja, Allah
menawarkan tempat kembali yang lebih baik di sisi Nya.
Anak sebagai
hiasan yang menghiasi hidup orangtuanya menjadi berwarna indah. Anak-anak
ibarat pelangi. Warna mereka yang berbeda-beda membuat suasana rumah menjadi
begitu indah dipandang mata. Kehadiran mereka selalu dinantikan. Terlihat jelas
di pelupuk mata orangtuanya pelangi itu, apalagi saat pelangi itu ada di tempat
yang jauh. Sehingga kerinduan pada anak-anak begitu membuncah.
Untuk itulah, para
orangtua siap untuk melakukan apa saja dan membayar berapa saja untuk
mendapatkan keturunan. Karena keindahan hidup berkurang ketika keturunan yang
dinanti belum juga hadir.
Anak-anak memang
indah. Keindahannya tak tergantikan oleh apapun. Gerak mereka, suara mereka,
raut wajah mereka, tingkah polah mereka, tertawa mereka, tangis mereka. Ahh...semuanya
indah.
2. Anak sebagai COBAAN HIDUP
Allah berfirman:
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ
وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan
anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah
pahala yang besar.” (Qs. Al Anfal: 28)
إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ
فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu
hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Qs. At
Taghabun: 15)
Anak juga menjadi
cobaan hidup bagi orangtuanya. Seperti yang disampaikan dua ayat di atas.
Sehingga orangtua diminta agar berhati-hati. Keindahan itu tidak boleh
melalaikan. Kenikmatan kita memandanginya tidak boleh melalaikan dari tugas
para orangtua menjadi hamba Allah yang baik.
Allah mengingatkan
kembali kepada para orangtua:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا
تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ
يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Hai orang-orang beriman, janganlah
hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang
berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Qs Al Munafiqun: 9)
Seberapa kuat kita
menikmati keindahan pelangi. Bisa jadi, kita yang berhenti menikmatinya. Atau
pelangi itu akan segera menghilang di antara warna langit lainnya. Jika tidak
berhati-hati, saat kenikmatan itu telah pergi, kita baru sadar banyak kewajiban
yang telah dilalaikan. Banyak hak orang lain yang terabaikan. Banyak potensi
kebesaran orangtua terhenti karenanya. Dan akhirnya bisa kehilangan kesempatan
meraih keindahan abadi dan haqiqi; Surga Allah. Sungguh kerugian yang besar.
3. Anak yang LEMAH
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ
خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ
وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”
(Qs. An Nisa’: 9)
Orangtua diminta
agar memperhatikan benar generasi setelahnya. Tidak boleh hadir generasi lemah
sepeninggal orangtuanya. Perhatian besar orangtua untuk meninggalkan segala hal
yang membuat mereka kuat adalah merupakan kewajiban. Ayat ini mengingatkan agar
orangtua berhati-hati jika mati belum menyiapkan anak keturunan, sehingga
mereka menjadi beban masyarakat dan zaman.
Kelemahan dalam masalah keimanan. Kelemahan dalam masalah
pemahaman agama. Kelemahan ibadah dan akhlak. Para orangtua harus menyiapkan
agama anak-anaknya. Karena pasti Allah akan menanyakan amanah itu kepada para
orangtua. Kelemahan dalam masalah ekonomi. Kelemahan dalam kesejahteraan.
Kelemahan fasilitas.
Para orangtua
bertanggung jawab jika kelemahan ini menjadi alasan jauhnya anak-anak dari
Allah. Sehingga meninggalkan anak-anak dalam keadaan berkecukupan lebih baik
daripada meninggalkan mereka meminta-minta kepada orang.
Kelemahan ilmu pengetahuan. Kelemahan wawasan dalam
hidup. Kelemahan dalam kemampuan untuk menjalani hidup.
Itu artinya para
orangtua harus membekali mereka ilmu, semua sarana ilmu dan wawasan serta skill
anak-anak. Kesalahan fatal, ketika orangtua sibuk menikmati hidup sendiri
tetapi lalai menyiapkan ilmu, wawasan dan skill anak-anak mereka.
Kelemahan dalam
fisik. Kelemahan dalam jiwa dan mental. Kelemahan yang mengakibatkan mereka
hanya menjadi pecundang dan bukan seorang juara.
Orangtua harus
menyiapkan fisik mereka sesehat mungkin. Menjaga mereka agar tetap bugar untuk
melanjutkan perjuangan. Jiwa dan mental yang kokoh berhadapan dengan keadaan
apapun. Mampu hidup dan bertahan dalam keadaan paling sulit sekalipun.
Dan semua jenis
kelemahan adalah merupakan peringatan yang tidak boleh muncul pada kelahiran
keturunan kita.
4. Anak sebagai MUSUH
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّ
مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ
تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan
anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap
mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka)
maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs At Taghabun:
14)
Sangat mengerikan
membaca ayat ini. Allah memerintahkan agar orangtua berhati-hati terhadap anak.
Karena sebagian mereka adalah musuh. Jika anak telah menjadi musuh orangtuanya,
maka hilanglah sebagian besar kebahagiaan rumah tangga. Karena hiasan itu kini
hanya menjadi beban, penyebab ketakutan, kesedihan dan semua kesengsaraan hidup
orangtua.
Anak yang nakal,
durhaka, bodoh, menjatuhkan martabat keluarga. Saat itulah anak yang dulu
diasuh siang dan malam, berubah menjadi musuh yang menyedihkan, menakutkan dan
menyengsarakan.
5. Anak yang BAIK & MENYEJUKKAN PANDANGAN MATA
Allah berfirman:
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
“Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya
Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya
Engkau Maha Pendengar doa." (Qs. Ali Imron: 38)
Allah juga
berfirman:
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ
لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Dan orang orang yang berkata: "Ya
Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami
sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa.” (Qs. Al Furqon:
74)
Inilah anak yang
diharapkan oleh setiap keluarga. Untuk itulah, ayat-ayat yang digunakan untuk
membahas poin ini berupa doa dan ini berbeda dengan ayat-ayat sebelumnya. Doa
adalah harapan dan munajat kepada Yang Menciptakan semuanya.
Anak yang baik.
Anak yang menyejukkan pandangan mata. Anak yang menyenangkan hati orangtua.
Jelas ini adalah
hasil panen jerih payah orangtua. Setelah sekian lama dalam kesabaran tiada
berujung, orangtua berjuang berjibaku mendidik mereka. Saat usia telah senja,
tulang telah rapuh, kepala telah menyala putih, banyak keterbatasan, saat perlu
bersandar, anak-anak yang baik itu benar-benar menyejukkan pandangan mata,
menentramkan hati. Ibarat oase di tengah gurun sahara. Ibarat air sejuk bagi
musafir yang telah lemas karena dehidrasi. Anak yang berbakti. Anak yang
mengerti hak orangtua. Anak yang bisa mengangkat derajat orangtunya kelak di
Surga Allah.
Allah yang menciptakan anak-anak bagi kita. Dia
menjelaskan dalam Al Quran bahwa anak-anak itu adalah hiasan hidup orangtua.
Tetapi juga sebagai cobaan hidup bagi orangtua, agar diketahui apakah orangtua
lalai dari kewajibannya berdzikir kepada Allah atau tetap baik. Untuk itulah, orangtua diingatkan Allah
jangan sampai anak-anak menjadi generasi yang lemah apalagi menjadi musuh.
Tetapi harus menjadi anak-anak yang baik dan menyejukkan mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar