Sebuah
Keberkahan Hidup
Oleh H
Hamzah Ahmad
Kondisi
Bangsa amat memperihatinkan dengan tidak memandang kaidah Halal dan Haram dan
mungkin Allah SWT masih sayang kepada kita dengan terus diberikan bencana di
Tanah Air ini, sehingga kita selalu ingat dan muhasabah. Untuk itu mungkin
Definisi
Berkah adalah an nama’ waz ziyadah yakni tumbuh dan bertambah, ini
berarti Berkah adalah kebaikan
yang bersumber dari Allah yang ditetapkan terhadap sesuatu sebagaimana mestinya
sehingga apa yang diperoleh dan dimiliki akan selalu berkembang dan bertambah
besar manfaat kebaikannya. Kalau sesuatu yang kita miliki
membawa pengaruh negatif, maka kita berarti tidak memperoleh keberkahan yang
diidamkan itu.
BENTUK
KEBERKAHAN
Secara
umum, keberkahan yang diberikan Allah kepada orang-orang yang beriman bisa kita
bagi kedalam tiga bentuk.
Pertama, berkah dalam keturunan, yakni dengan
lahirnya generasi yang shaleh. Generasi yang shaleh adalah yang kuat imannya,
luas ilmunya dan banyak amal shalehnya, ini merupakan sesuatu yang amat
penting, apalagi terwujudnya generasi yang berkualitas memang dambaan setiap
manusia. Kelangsungan Islam dan umat Islam salah satu faktornya adalah adanya
topangan dari generasi yang shaleh. Generasi semacam itu juga memiliki jasmani
yang kuat, memiliki kemandirian termasuk dalam soal harta dan bisa menjalani
kehidupan dengan sebaik-baiknya. Keberkahan semacam ini telah diperoleh Nabi
Ibrahim as isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum. Maka Kami
sampaikan kepadanya berita gembira tentang kelahiran Ishak dan dari Ishak (akan
lahir puteranya) Ya’kub. Isterinya berkata: “Sungguh mengherankan, apakah
aku aka melahirkan anak, padahal aku adalah perempuan seorang perempuan tua,
dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini
benar-benar suatu yang sangat aneh”. Para malaikat itu berkata: “Apakahkamu
merasa heran tentang ketetapan Allah? (itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya,
dicurahkan atas kamu, hai ahlul bait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha
Pemurah” (QS 11:71-73).
Kedua, keberkahan dalam soal makanan yakni makanan
yang halal dan thayyib, hal ini karena ulama ahli tafsir, misalnya Ibnu
Katsir menjelaskan bahwa keberkahan dari langit dan bumi sebagaimana yang
disebutkan dalam firman surat Al A’raf: 96 di atas adalah rizki yang diantara
rizki itu adalah makanan. Yang dimaksud makanan yang halal adalah disamping
halal jenisnya juga halal dalam mendapatkannya, sehingga bagi orang yang
diberkahi Allah, dia tidak akan menghalalkan segala cara dalam memperoleh
nafkah. Disamping itu, makanan yang diberkahi juga adalah yang thayyib, yakni
yang sehat dan bergizi sehingga makanan yang halal dan tayyib itu tidak hanya mengenyangkan
tapi juga dapat menghasilkan tenaga yang kuat untuk selanjutnya dengan tenaga
yang kuat itu digunakan untuk melaksanakan dan menegakkan nilai-nilai kebaikan
sebagai bukti dari ketaqwaannya kepada Allah Swt, Allah berfirman :
yang
artinya: Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang telah Allah
rizkikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya
(QS 5:88).
Karena
itu, agar apa yang dimakan juga membawa keberkahan yang lebih banyak lagi,
meskipun sudah halal dan thayyib, makanan itu harus dimakan sewajarnya atau
secukupnya, hal ini karena Allah sangat melarang manusia berlebih-lebihan dalam
makan maupun minum, Allah Swt berfirman
yang
artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indak di setiap memasuki
masjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan (7:31).
Ketiga, berkah dalam soal waktu yang cukup tersedia
dan dimanfaatkannya untuk kebaikan, baik dalam bentuk mencari harta,
memperluas ilmu maupun memperbanyak amal yang shaleh, karena itu Allah
menganugerahi kepada kita waktu, baik siang maupun malam dalam jumlah yang
sama, yakni 24 jam setiap harinya, tapi bagi orang yang diberkahi Allah maka
dia bisa memanfaatkan waktu yang 24 jam itu semaksimal mungkin sehingga
pencapaian sesuatu yang baik ditempuh dengan penggunaan waktu yang efisien.
Sudah begitu banyak manusia yang mengalami kerugian dalam hidup ini karena
tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik, sementara salah satu karakteristik
waktu adalah tidak akan bisa kembali lagi bila sudah berlalu, Allah berfirman
yang artinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan
nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya
menetapi kesabaran (QS 103:1-3).
Karena
itu, bagi seorang muslim yang diberkahi Allah, waktu digunakan untuk bisa
membuktikan pengabdiannya kepada Allah Swt, meskipun dalam berbagai bentuk
usaha yang berbeda, Allah berfirman yang artinya: Demi malam apabila
menutupi, dan siang apabila terang benderang, dan penciptaan laki-laki dan
perempuan. Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. Adapun orang yang
memberikan (harta di jalan Allah) dan bertaqwa dan membenarkan adanya pahala
yang terbaik (syurga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah
(92:1-7).
Rasulullah Saw bersabda, “Jika umatku terlalu
mengagung-agungkan dunia, maka akan diangkat dari umatku kehebatan Islam. Dan
jika mereka meninggalkan amar makruf nahyi munkar, maka akan terhalang
keberkahan wahyu.” (HR. Abu Daud).
Kehidupan yang berkah adalah kehidupan yang
senantiasa berada dalam garis dan ketentuan Allah SWT. Suatu kehidupan yang
mampu memberikan kekuatan kepada manusia untuk dapat memecahkan setiap
persoalan yang datang menimpa. Keberkahan hidup juga tecermin dari perilaku
manusia yang hanya mau berusaha mencari rezeki yang halal yang akan berdampak
pada perilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari. Namun dalam kenyataannya,
keberkahan inilah yang justru sangat sulit diraih oleh rakyat dan bangsa ini.
Pada satu sisi bumi Indonesia adalah bumi yang
sangat kaya raya, namun pada sisi lain rakyat berada dalam kemiskinan,
keterbelakangan, kebodohan, keterpurukan, dan kondisi lainnya yang
memprihatinkan.Paling tidak ada dua alasan utama yang menyebabkan keberkahan
hidup itu hilang atau telah diangkat oleh Allah SWT, yaitu: pertama, jika umat
Islam telah menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya, tanpa mempedulikan apakah
cara yang ditempuhnya
benar ataukah salah dalam pandangan Islam. Misalnya, banyak orang berlomba
mencari jabatan tanpa mengindahkan apakah jalan yang ditempuhnya sesuai
prosedur ataukah tidak. Ujung-ujungnya jabatan itu diraihnya dengan segala cara
dan digunakan untuk memperkaya diri sendiri serta dipertahankan secara membabi
buta.Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah lupa kepada mereka.
Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.” (QS At-Taubah:
67). Jika hal ini masih terus dan selalu terus terjadi, maka keberkahan hidup
hanyalah akan menjadi sebuah impian. Semoga kita menyadari akan hal ini dan
berusaha untuk selalu memperbaikinya.
Jeruk purut 24
Mei 2013