Khutbah Masjid
Al Barkah Cilandak
13 Robiul
Awwal 1434 H/25 Januari 2013
الحَمْدُ
للهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالهُدَى وَدِيْنِ الحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى
الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ المُشْرِكُوْنَ أَشْهَدُ أَنْ لاإِلهَ إِلا اللهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ …أَمَّا بَعْدُ…..فَيَا
عِبَادَ اللهِ ! اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاتمَوُْتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ
وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ
اللَّهَ
كَثِيرًا [الأحزاب/21]
Puji Syukur,….sholawat kepada Nabi
Muhamad SAW, Wasiat Taqwa,….
Tema “ Maulid
Nabi sebagai Momentum
Rekonstruksi Aktualisasi
Peribadatan Ummat “
oleh :Drs.H Hamzah MM
Hadirin
kaum muslimin sidang jum’at Rohimakumullah,..
Hari ini
adalah 13 Robiul awal 1434 H, masih sangat objektif
jika khotib mengungkapkan hal-hal yang
berhubungan atau mempunyai korelasi dengan manusia luhur
dan mulia yaitu Nabi Muhammad Rasulallah SAW.
Lebih
kurang 15 abad sudah peradaban manusia yang kita cintai
yaitu Rasulallah SAW melakukan perjuangan
penyampaian ajaran kebenaran
dari Allah SWT. Yaitu Diinul
Islam.
Perjuangan dakwah 22 tahun. 2 bulan 22 hari Rasulallah yang mulia mengemban risalah kebenaran dan penutup
peradaban manusia dalam proses menemukan
agamanya hingga akhir zaman. Dengan keagungan alqur’an, 6666 ayat, 114
surat Rasulallah telah berhasil memproteksi (memperbaiki) perjalanan peradaban manusia sehingga di finalkan dengan alqur’an surat almaidah ayat 3.
……..الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ
لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ
دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ فَإِنَّ
اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
……… Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan
telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa [398] karena kelaparan tanpa sengaja berbuat
dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( Qs Almaidah
Ayat 3 )
Hadirin
sidang jum,at…..
Sebagai
ummat yang selalu berupaya menjadikan kehidupan dunia ini mengalami
pertumbuhan nilai nilai relius
dan agamis, seyogyanya kita harus
terus mengkaji dan menelaah
berbagai hal yang berhubungan dengan
substansi-substansi proses keibadahan dalam agama kita. Kita dianjurkan untuk bergembira atas
rahmat dan karunia Allah SWT kepada kita. Termasuk atas kelahiran Nabi Muhammad
SAW yang membawa rahmat kepada alam semesta. Allah SWT berfirman:
قُلْ بِفَضْلِ اللّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ
فَلْيَفْرَحُواْ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
“Katakanlah:
‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.
Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan.’ ” (QS.Yunus:58).
Prof
DR.HM Quraish Shihab dalam Tafsir AlMisbah Juz
ke 6 halaman,104 menuliskan tentang kandungan ayat ini :
“Hendaklah
mereka bergembira dengan karunia Allah
yakni Alqur’an dan dengan Rahmat-Nya yakni Tuntunan Islam “
beliau melanjutkan “ Kata bifadlin dengan birrohmah
itu untuk mengisyaratkan bahwa
masing masing hendaknya di sambut dengan kegembiraan tersendiri, baik karunia maupun rahmat-Nya.”.
Beliau
menambahkan, Ada
juga yang memahami bahwa “
karunia dalam arti syurga “ dan Rahmat
dalam arti keterbebasan dari api neraka “
dapat juga di katakan jika Fadhl/karunia
itu adalah karunia yang bersifat Umum
dan Rahmat adalah aneka
anugrah-Nya kepada kaum Mukminin.
Ayat ini
juga mengemukakan, tentang datangnya
harta benda yang banyak ke Madinah dari Irak, pada
masa Umar Ibn Khottb,
seseorang berkata “ Demi Allah ini adalah karunia dan Rahmat
Allah “ Syaidina Ummar berkata
“ Anda keliru “ Bukan
ini yang di maksud dengan rahmat
Allah.
Demikian
Prof Dr
Quraish Shihab menuliskan. Hal ini juga terdapat dalam Tafsir Ibn Katsir.
Dalam
ayat yang menjadi kekuatan ummat kepada Rasulallah SAW tentang Rahmat.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً
لِلْعَالَمِينَ – الأنبياء 107
Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam. (QS. Al-Anbiya’ 107)
Salah
satu dimensi atau cara untuk
mengetahui dan mengingatkan kembali
ummat terhadap kehidupan dan
kinerja Rasulallah SAW dalam berbagai
asfek dakwahnya dan sejarahnya dengan merenungkan hari kelahirannya proses dakwahnya pada
manusia saat ini.
Atau ummat islam menghadirkannya dengan nama Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Hal yang sangat luar biasa
adalah Rasulallah SAW, di turunkan oleh Allah ke muka bumi mempunyai begitu
banyak hikmah dan Rahmat.
Syaikh Dr. Yusuf Al Qaradhawi, Ketua Persatuan Ulama
Internasional, mengungkapkan dalam situs beliau:“Ketika kita berbicara
tentang peristiwa maulid ini, kita sedang mengingatkan umat akan nikmat
pemberian yang sangat besar, nikmat keberlangsungan risalah, nikmat kelanjutan
kenabian. Dan berbicara atau membicarakan nikmat sangatlah dianjurkan oleh
syariat dan sangat dibutuhkan.”
Dari
sekian banyak hal yang perlu kita
kaji dari lahirnya rasulallah
diantaranya, rasulallah itu sebagai
Rohmat bagi seluruh alam.
Apa itu
rahmat ? dalam bahasa keseharian
kita, rahmat adalah kasih sayang
dari Allah yang di anugrahkan
kepada penghuni langit
dan bumi ini.
Prof.Muhammad Syaltut ,seorang
mantan Rektor Universitas Al Azhar, memberikan
rumusan pengertian tentang rahmatan ini sebagai berikut: “Tiap sesuatu
nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah swt. kepada hamba-Nya, baik yang
bersifat umum ataupun yang bersifat khusus, semua itu adalah buah dari rahmat
Allah swt. Apakah itu berupa kesehatan, harta benda, istri yang cantik,
anak-anak yang sholeh/sholihah, ilmu yang bermanfaat dan sebagainya”.
Imam
Al Baidlowi (w. 685 H) dalam tafsirnya menjelaskan[1]
bahwa diutusnya nabi Muhammad saw sebagai rahmat (kasih sayang Allah) bagi
semesta alam adalah karena risalah yang dibawa Rasulullah merupakan sebab
kebahagiaan mereka, sekaligus sebab kemaslahatan kehidupan mereka, dunia dan
akhirat. Adapun orang kafir juga memperoleh rahmat, yakni secara tidak langsung
mereka mengikuti sebagian ajaran-ajaran agama Islam, sehingga mereka memperoleh
kebahagiaan hidup di dunia[2].
Ibnu
Abbas radliyallahu `anhu berkata tentang ayat ini: “Siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, maka Allah tuliskan baginya rahmat di dunia dan akhirat.
Adapun orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka mereka pun
mendapat rahmat dengan datangnya Rasul yaitu keselamatan dari adzab di dunia,
seperti ditenggelamkannya ke dalam bumi atau dihujani dengan batu.” (Tafsir
Ibnu Katsir 3/222)
Muhammad
bin Ahmad Al Qurthubi dalam Tafsir
Al Qurthubi “Said bin Jubair berkata: dari Ibnu Abbas, beliau
berkata:
كان
محمد صلى الله عليه وسلم رحمة لجميع الناس فمن آمن به وصدق به سعد , ومن لم يؤمن
به سلم مما لحق الأمم من الخسف والغرق
“Muhammad Shollallohu
‘alaihi Wa sallam adalah rahmat bagi seluruh manusia. Bagi yang beriman dan
membenarkan ajaran beliau, akan mendapat kebahagiaan. Bagi yang tidak beriman
kepada beliau, diselamatkan dari bencana yang menimpa umat terdahulu berupa
ditenggelamkan ke dalam bumi atau ditenggelamkan dengan air”
Mengomentari
ayat ini, Imam Ibn Katsir berkata:
يخبر
تعالى أن الله جعل محمدا صلى الله عليه وسلم رحمة للعالمين، أي: أرسله رحمة لهم
كلهم، فمن قبل هذه الرحمة وشكر هذه النعمة، سعد في الدنيا والآخرة، ومن ردها
وجحدها خسر في الدنيا والآخرة
Artinya: “Allah ta’ala mengabarkan bahwa Dia
menjadikan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rahmat bagi seluruh
alam. Maksudnya adalah, Allah mengutusnya sebagai rahmat bagi mereka
seluruhnya. Barangsiapa menerima rahmat ini dan bersyukur atas nikmat ini, maka
ia akan bahagia di dunia dan akhirat, dan barangsiapa yang menolak dan
mengingkarinya, maka ia akan merugi di dunia dan akhirat.”
Hadirin
Sidang Jum’at.,..
Setelah
berkomentar seperti di atas, Imam Ibn Katsir kemudian mengutip ayat al-Qur’an
yang berhubungan dengan tema ini, yaitu surah Ibrahim ayat 28 dan 29, sebagai
berikut:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُواْ نِعْمَةَ اللّهِ
كُفْرًا وَأَحَلُّواْ قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ
Artinya:
“Tidakkah engkau perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan
kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan?, Yaitu neraka Jahannam,
mereka masuk ke dalamnya, dan Itulah seburuk-buruk tempat kediaman.” (
QS.Ibrahim (14) -Verse 28 )
Hadirin
Sidang jum;at Rohimakumullah
Dari
penjelasan Imam Ibn Katsir di atas, bisa kita pahami bahwa diutusnya Rasul shallallahu
‘alaihi wa sallam –membawa diin
Islam– merupakan rahmat atau kasih sayang bagi seluruh alam. Namun, manusia
menyikapi hadirnya rahmat ini dengan dua sikap.
Pertama, yang menerima rahmat
ini dan mensyukuri kehadirannya. Orang-orang yang menerima rahmat ini adalah
orang-orang yang menjadikan Islam –yang dibawa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam– sebagai diin
mereka, mereka akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat
Kedua,
yang menolak dan yang mengingkari, yaitu orang-orang yang menolak seruan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk hanya berpegang pada diin Islam,
mereka akan merugi di dunia dan di akhirat.
Berdasarkan
penafsiran para ulama ahli tafsir yang terpercaya, beberapa faedah yang dapat
kita ambil dari ayat ini adalah:
1. Di utusnya Nabi Muhammad Shollallohu
‘alaihi Wa sallam sebagai Rosul Alloh adalah bentuk kasih sayang Alloh
kepada seluruh manusia;
2. Hukum-hukum syariat dan
aturan-aturan dalam Islam adalah bentuk kasih sayang Alloh Ta’ala kepada
makhluk-Nya;
3. Secara umum, orang kafir mendapat
rahmat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi Wa sallam
berupa dihindari dari adzab yang menimpa umat-umat terdahulu yang menentang
Alloh. Sehingga setelah diutusnya Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi Wa sallam,
tidak akan ada kaum kafir yang diazab dengan cara ditenggelamkan seluruhnya
atau dibenamkan ke dalam bumi seluruhnya atau diubah menjadi binatang
seluruhnya;
4. Sebagian ulama berpendapat, rahmat
dalam ayat ini diberikan juga kepada orang kafir namun mereka menolaknya.
Sehingga hanya orang mu’min saja yang mendapatkannya;
Bentuk-bentuk Rahmat Islam
Pertama,
manhaj (ajaran).
Di
antara rahmat Allah yang luas adalah manhaj atau ajaran yang dibawa oleh
Rasulullah saw berupa manhaj yang menjawab kebahagiaan seluruh umat manusia,
jauh dari kesusahan dan menuntunnya ke puncak kesempurnaan yang hakiki. Allah
SWT berfirman,
مَا أَنزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى
“Kami
tidak menurunkan al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai
peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),” (QS. Thahaa: 2-3).
……..الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ
عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي
مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ فَإِنَّ اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
……… Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan
telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa [398] karena kelaparan tanpa sengaja berbuat
dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( Qs Almaidah
Ayat 3 )
Kedua,
al-Qur’an.
Dengan
30 Juz, 114 surat
dan 6666 ayat, Al-Qur’an telah meletakkan dasar-dasar atau pokok-pokok
ajaran yang abadi dan permanen bagi kehidupan manusia yang selalu dinamis.
Kitab suci terakhir ini memberikan kesempatan bagi manusia untuk beristimbath
(mengambil kesimpulan) terhadap hukum-hukum yang bersifat furu’iyah. Hal
tersebut merupakan konsekuensi logis dari tuntutan dinamika kehidupannya.
Ketiga,
penyempurna kehidupan manusia
Di
antara rahmat Islam adalah keberadaannya sebagai penyempurna kebutuhan manusia
dalam tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini. Rahmat Islam adalah
meningkatkan dan melengkapi kebutuhan manusia agar menjadi lebih sempurna,
bukan membatasi potensi manusia. Islam tidak pernah mematikan potensi manusia,
Islam juga tidak pernah mengharamkan manusia untuk menikmati hasil karyanya
dalam bentuk kebaikan-kebaikan dunia.
…….وَعَسَى
أَن تَكْرَهُواْ شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئًا
وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
“Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui,” (QS al-Baqarah: 216). Al Baqarah (2) -Verse 216-
Hadirin Sidang
Jum’at
Argumentatif
ummat dalam merayakan hari
kelahiran nabi Muhammad SAW, sebenarnya sangat realible atau mendasar jika
kita pelajari dari kejadian para nabi orang-orang yang hidup zaman rasulallah
SAW, seperti :
Pertama, bahwa Allah swt
memberkati dan mengagungkan hari dan tanah kelahiran para nabi.
Hal
ini berdasar pada kisahkan dalam sebuah hadits yang dinukil oleh Ibnu Hajar
dalam Fathul
Bari jilid VII bahwa ketika dalam perjalanan Mi’raj, Rasulullah saw
diperintahkan Jibril shalat dua rekaat di Bethlehem. Setelah Rasulullah saw.
selesai shalat, Jibril lalu bertanya “apakah kamu tahu di mana kamu shalat saat
itu? Rasulullah saw menjawab “tidak” dan jibril berkata lagi “kamu shalat di
Bethlehem tempat kelahiran Nabi Isa”. Demikian potongan hadits tersebut:
…ثم
قال لي انزل فصل فنزلت وصليت فقال لي اتدري اين صليت ؟ فقلت لا، قال صليت في بيت
لحم بناحية بيت المقدس، حيث ولد عيسى بن مريم عليه السلام ثم ركبت فمضينا
Hadits
di atas membuktikan betapa Allah dan Rasul-Nya menghormati tanah kelahiran Nabi
Isa as sebagai Nabi Allah swt. Sekaligus juga menunjukan kesadaran beliau akan
arti sebuah sejarah bagi kehidupan umat manusia.
Alasan
kedua pentingnya
memperingati maulid Nabi adalah bertolak dari kisah Abu Lahab, paman Rasulullah
saw yang memerdekakan budaknya bernama Tsuwaibah al-Aslamiyyah pada hari
kelahiran Rasulullah saw. Begitu girangnya Abu Lahab atas kelahiran
keponakannya yang bernama Muhammad saw, sehingga ia memerdekakan Tsuwaibah
al-Aslamiyyah yang sekaligus berlaku sebagai orang pertama yang menyusui
Muhammad saw.
Walaupun
dalam Surat al-Lahab, Allah swt telah memfonisnya sebagai orang yang celaka di
dalam neraka, tetapi berkat rasa girangannya semasa hidup atas kelahiran
Muhammad saw, ia pun mendapatkan syafaat setiap hari senin dengan merasakan
kesejukan. Begitulah di ceritakan oleh Ibnu Katsir dalam kitabnya Bidayah wan
Nihayah halaman 272-273.
Artinya
: Urwah
berkata, Tsuawaibah adalah budak
perempuan yang telah di merdekakan oleh
Abu Lahab, Konon Abu Lahab
memerdekakannya, lantas ia menyusui Nabi Muhammad SAW, Maka ketika
Abu Lahab telah meninggal dunia,di
ringankan siksanya karena membebaskan budaknya yang bernama “ Tsuwaibah. ( HR Bukhori )
Hadirin sidang
Jum’at
Kesimpilan
dari khutbah jum’at ini, mari kita
renungkan kembali langkah langkah
agamis kita, seberapa
kita mengikuti akhlaq
rasulallah selama ini.
وَقُل رَّبِّ
أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَل لِّي مِن
لَّدُنكَ سُلْطَانًا نَّصِيرًا