Kamis, 24 Januari 2013

Maulid dan sebuah Rekonstruksi Amaliyah Ummat


Khutbah  Masjid  Al Barkah Cilandak
13  Robiul  Awwal 1434 H/25 Januari 2013

الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالهُدَى وَدِيْنِ الحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ المُشْرِكُوْنَ أَشْهَدُ أَنْ لاإِلهَ إِلا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ …أَمَّا بَعْدُ…..فَيَا عِبَادَ اللهِ ! اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاتمَوُْتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ
اللَّهَ كَثِيرًا [الأحزاب/21]
Puji  Syukur,….sholawat kepada  Nabi  Muhamad SAW, Wasiat  Taqwa,….
Tema  “ Maulid  Nabi  sebagai   Momentum  Rekonstruksi  Aktualisasi  Peribadatan Ummat “
  oleh :Drs.H Hamzah MM
Hadirin kaum muslimin sidang jum’at Rohimakumullah,..
Hari  ini  adalah  13  Robiul awal 1434 H, masih sangat objektif jika  khotib mengungkapkan hal-hal yang berhubungan atau mempunyai  korelasi  dengan manusia  luhur  dan mulia yaitu Nabi  Muhammad Rasulallah  SAW.
Lebih kurang  15 abad sudah  peradaban manusia yang kita  cintai  yaitu Rasulallah  SAW melakukan  perjuangan  penyampaian ajaran kebenaran  dari  Allah SWT. Yaitu  Diinul  Islam.
Perjuangan  dakwah 22 tahun. 2 bulan 22  hari Rasulallah  yang mulia mengemban risalah kebenaran dan penutup peradaban manusia dalam proses  menemukan agamanya hingga akhir zaman. Dengan keagungan alqur’an, 6666  ayat, 114  surat Rasulallah telah berhasil memproteksi (memperbaiki)  perjalanan peradaban manusia sehingga  di finalkan dengan  alqur’an surat almaidah ayat 3.
   ……..الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ فَإِنَّ اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
……… Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa [398] karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( Qs  Almaidah  Ayat  3 )

Hadirin sidang  jum,at…..
Sebagai ummat yang selalu  berupaya  menjadikan kehidupan dunia  ini mengalami  pertumbuhan  nilai nilai relius dan agamis, seyogyanya  kita  harus  terus  mengkaji dan menelaah berbagai hal yang  berhubungan dengan substansi-substansi  proses  keibadahan dalam agama  kita. Kita dianjurkan untuk bergembira atas rahmat dan karunia Allah SWT kepada kita. Termasuk atas kelahiran Nabi Muhammad SAW yang membawa rahmat kepada alam semesta. Allah SWT berfirman:
قُلْ بِفَضْلِ اللّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُواْ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
Katakanlah: ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.’ ” (QS.Yunus:58).
Prof DR.HM  Quraish Shihab dalam Tafsir  AlMisbah Juz  ke 6 halaman,104 menuliskan tentang kandungan ayat ini :
“Hendaklah mereka  bergembira dengan karunia  Allah  yakni  Alqur’an dan  dengan Rahmat-Nya yakni Tuntunan Islam “ beliau  melanjutkan “ Kata  bifadlin dengan birrohmah itu  untuk  mengisyaratkan  bahwa  masing masing  hendaknya  di sambut dengan kegembiraan  tersendiri, baik karunia  maupun rahmat-Nya.”.
Beliau  menambahkan,  Ada  juga  yang memahami bahwa “ karunia  dalam arti syurga “  dan Rahmat  dalam arti  keterbebasan dari  api neraka “  dapat  juga  di katakan jika  Fadhl/karunia  itu adalah karunia  yang  bersifat Umum  dan Rahmat adalah aneka  anugrah-Nya  kepada  kaum Mukminin.
Ayat  ini  juga  mengemukakan, tentang  datangnya  harta  benda yang banyak  ke Madinah dari Irak,  pada  masa  Umar Ibn Khottb, seseorang  berkata “  Demi Allah ini  adalah karunia  dan Rahmat  Allah “ Syaidina  Ummar  berkata  “ Anda  keliru “  Bukan  ini  yang di maksud  dengan rahmat  Allah.
Demikian  Prof Dr  Quraish Shihab menuliskan.  Hal ini  juga terdapat dalam Tafsir  Ibn Katsir.
Dalam ayat  yang menjadi kekuatan ummat  kepada Rasulallah SAW  tentang Rahmat.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ – الأنبياء 107
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiya’ 107)
Salah satu  dimensi atau  cara untuk  mengetahui dan mengingatkan kembali  ummat terhadap  kehidupan dan kinerja  Rasulallah SAW dalam berbagai asfek dakwahnya dan sejarahnya   dengan merenungkan  hari kelahirannya  proses dakwahnya   pada  manusia  saat  ini.
Atau  ummat islam menghadirkannya dengan nama  Peringatan Maulid  Nabi Muhammad SAW. Hal yang sangat  luar biasa  adalah Rasulallah SAW,  di turunkan  oleh Allah ke muka  bumi mempunyai  begitu  banyak hikmah  dan Rahmat.
Syaikh Dr. Yusuf Al Qaradhawi, Ketua Persatuan Ulama Internasional, mengungkapkan dalam situs beliau:“Ketika kita berbicara tentang peristiwa maulid ini, kita sedang mengingatkan umat akan nikmat pemberian yang sangat besar, nikmat keberlangsungan risalah, nikmat kelanjutan kenabian. Dan berbicara atau membicarakan nikmat sangatlah dianjurkan oleh syariat dan sangat dibutuhkan.”
Dari  sekian banyak  hal yang  perlu kita  kaji dari  lahirnya rasulallah diantaranya, rasulallah itu  sebagai Rohmat  bagi seluruh alam.
Apa  itu  rahmat ? dalam bahasa  keseharian kita, rahmat  adalah kasih  sayang   dari Allah  yang di anugrahkan kepada  penghuni  langit  dan bumi  ini.
Prof.Muhammad Syaltut ,seorang mantan Rektor Universitas Al Azhar, memberikan rumusan pengertian tentang rahmatan ini sebagai berikut: “Tiap sesuatu nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah swt. kepada hamba-Nya, baik yang bersifat umum ataupun yang bersifat khusus, semua itu adalah buah dari rahmat Allah swt. Apakah itu berupa kesehatan, harta benda, istri yang cantik, anak-anak yang sholeh/sholihah, ilmu yang bermanfaat dan sebagainya”.
Imam Al Baidlowi (w. 685 H) dalam tafsirnya menjelaskan[1] bahwa diutusnya nabi Muhammad saw sebagai rahmat (kasih sayang Allah) bagi semesta alam adalah karena risalah yang dibawa Rasulullah merupakan sebab kebahagiaan mereka, sekaligus sebab kemaslahatan kehidupan mereka, dunia dan akhirat. Adapun orang kafir juga memperoleh rahmat, yakni secara tidak langsung mereka mengikuti sebagian ajaran-ajaran agama Islam, sehingga mereka memperoleh kebahagiaan hidup di dunia[2].
Ibnu Abbas radliyallahu `anhu berkata tentang ayat ini: “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka Allah tuliskan baginya rahmat di dunia dan akhirat. Adapun orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka mereka pun mendapat rahmat dengan datangnya Rasul yaitu keselamatan dari adzab di dunia, seperti ditenggelamkannya ke dalam bumi atau dihujani dengan batu.” (Tafsir Ibnu Katsir 3/222)
Muhammad bin Ahmad Al Qurthubi dalam Tafsir Al Qurthubi “Said bin Jubair berkata: dari Ibnu Abbas, beliau berkata:
كان محمد صلى الله عليه وسلم رحمة لجميع الناس فمن آمن به وصدق به سعد , ومن لم يؤمن به سلم مما لحق الأمم من الخسف والغرق
Muhammad Shollallohu ‘alaihi Wa sallam adalah rahmat bagi seluruh manusia. Bagi yang beriman dan membenarkan ajaran beliau, akan mendapat kebahagiaan. Bagi yang tidak beriman kepada beliau, diselamatkan dari bencana yang menimpa umat terdahulu berupa ditenggelamkan ke dalam bumi atau ditenggelamkan dengan air
Mengomentari ayat ini, Imam Ibn Katsir berkata:
يخبر تعالى أن الله جعل محمدا صلى الله عليه وسلم رحمة للعالمين، أي: أرسله رحمة لهم كلهم، فمن قبل هذه الرحمة وشكر هذه النعمة، سعد في الدنيا والآخرة، ومن ردها وجحدها خسر في الدنيا والآخرة
Artinya: “Allah ta’ala mengabarkan bahwa Dia menjadikan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Maksudnya adalah, Allah mengutusnya sebagai rahmat bagi mereka seluruhnya. Barangsiapa menerima rahmat ini dan bersyukur atas nikmat ini, maka ia akan bahagia di dunia dan akhirat, dan barangsiapa yang menolak dan mengingkarinya, maka ia akan merugi di dunia dan akhirat.”
Hadirin Sidang Jum’at.,..
Setelah berkomentar seperti di atas, Imam Ibn Katsir kemudian mengutip ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan tema ini, yaitu surah Ibrahim ayat 28 dan 29, sebagai berikut:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُواْ نِعْمَةَ اللّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّواْ قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ
Artinya: “Tidakkah engkau perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan?, Yaitu neraka Jahannam, mereka masuk ke dalamnya, dan Itulah seburuk-buruk tempat kediaman.” (  QS.Ibrahim (14) -Verse 28 )
Hadirin Sidang jum;at  Rohimakumullah
Dari penjelasan Imam Ibn Katsir di atas, bisa kita pahami bahwa diutusnya Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam –membawa diin Islam– merupakan rahmat atau kasih sayang bagi seluruh alam. Namun, manusia menyikapi hadirnya rahmat ini dengan dua sikap.
Pertama, yang menerima rahmat ini dan mensyukuri kehadirannya. Orang-orang yang menerima rahmat ini adalah orang-orang yang menjadikan Islam –yang dibawa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam– sebagai diin mereka, mereka akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat
Kedua, yang menolak dan yang mengingkari, yaitu orang-orang yang menolak seruan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk hanya berpegang pada diin Islam, mereka akan merugi di dunia dan di akhirat.
Berdasarkan penafsiran para ulama ahli tafsir yang terpercaya, beberapa faedah yang dapat kita ambil dari ayat ini adalah:
1.   Di utusnya Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi Wa sallam sebagai Rosul Alloh adalah bentuk kasih sayang Alloh kepada seluruh manusia;
2.   Hukum-hukum syariat dan aturan-aturan dalam Islam adalah bentuk kasih sayang Alloh Ta’ala kepada makhluk-Nya;
3.   Secara umum, orang kafir mendapat rahmat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi Wa sallam berupa dihindari dari adzab yang menimpa umat-umat terdahulu yang menentang Alloh. Sehingga setelah diutusnya Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi Wa sallam, tidak akan ada kaum kafir yang diazab dengan cara ditenggelamkan seluruhnya atau dibenamkan ke dalam bumi seluruhnya atau diubah menjadi binatang seluruhnya;
4.   Sebagian ulama berpendapat, rahmat dalam ayat ini diberikan juga kepada orang kafir namun mereka menolaknya. Sehingga hanya orang mu’min saja yang mendapatkannya;
Bentuk-bentuk Rahmat Islam
Pertama, manhaj (ajaran).
Di antara rahmat Allah yang luas adalah manhaj atau ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw berupa manhaj yang menjawab kebahagiaan seluruh umat manusia, jauh dari kesusahan dan menuntunnya ke puncak kesempurnaan yang hakiki. Allah SWT berfirman,
مَا أَنزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى
“Kami tidak menurunkan al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),” (QS. Thahaa: 2-3).
……..الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ فَإِنَّ اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
……… Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa [398] karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( Qs  Almaidah  Ayat  3 )
Kedua, al-Qur’an.
Dengan 30  Juz, 114  surat  dan 6666 ayat, Al-Qur’an telah meletakkan dasar-dasar atau pokok-pokok ajaran yang abadi dan permanen bagi kehidupan manusia yang selalu dinamis. Kitab suci terakhir ini memberikan kesempatan bagi manusia untuk beristimbath (mengambil kesimpulan) terhadap hukum-hukum yang bersifat furu’iyah. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dari tuntutan dinamika kehidupannya.
Ketiga, penyempurna kehidupan manusia
Di antara rahmat Islam adalah keberadaannya sebagai penyempurna kebutuhan manusia dalam tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini. Rahmat Islam adalah meningkatkan dan melengkapi kebutuhan manusia agar menjadi lebih sempurna, bukan membatasi potensi manusia. Islam tidak pernah mematikan potensi manusia, Islam juga tidak pernah mengharamkan manusia untuk menikmati hasil karyanya dalam bentuk kebaikan-kebaikan dunia.
…….وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,” (QS al-Baqarah: 216). Al Baqarah (2) -Verse 216-
Hadirin  Sidang  Jum’at
Argumentatif ummat  dalam merayakan hari kelahiran  nabi Muhammad SAW, sebenarnya  sangat realible atau  mendasar jika  kita  pelajari dari kejadian para  nabi orang-orang yang hidup zaman rasulallah SAW, seperti :
Pertama, bahwa Allah swt memberkati dan mengagungkan hari dan tanah kelahiran para nabi.
Hal ini berdasar pada kisahkan dalam sebuah hadits yang dinukil oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari jilid VII bahwa ketika dalam perjalanan Mi’raj, Rasulullah saw diperintahkan Jibril shalat dua rekaat di Bethlehem. Setelah Rasulullah saw. selesai shalat, Jibril lalu bertanya “apakah kamu tahu di mana kamu shalat saat itu? Rasulullah saw menjawab “tidak” dan jibril berkata lagi “kamu shalat di Bethlehem tempat kelahiran Nabi Isa”. Demikian potongan hadits tersebut:
ثم قال لي انزل فصل فنزلت وصليت فقال لي اتدري اين صليت ؟ فقلت لا، قال صليت في بيت لحم بناحية بيت المقدس، حيث ولد عيسى بن مريم عليه السلام ثم ركبت فمضينا
Hadits di atas membuktikan betapa Allah dan Rasul-Nya menghormati tanah kelahiran Nabi Isa as sebagai Nabi Allah swt. Sekaligus juga menunjukan kesadaran beliau akan arti sebuah sejarah bagi kehidupan umat manusia. 
Alasan kedua pentingnya memperingati maulid Nabi adalah bertolak dari kisah Abu Lahab, paman Rasulullah saw yang memerdekakan budaknya bernama Tsuwaibah al-Aslamiyyah pada hari kelahiran Rasulullah saw. Begitu girangnya Abu Lahab atas kelahiran keponakannya yang bernama Muhammad saw, sehingga ia memerdekakan Tsuwaibah al-Aslamiyyah yang sekaligus berlaku sebagai orang pertama yang menyusui Muhammad saw. 
Walaupun dalam Surat al-Lahab, Allah swt telah memfonisnya sebagai orang yang celaka di dalam neraka, tetapi berkat rasa girangannya semasa hidup atas kelahiran Muhammad saw, ia pun mendapatkan syafaat setiap hari senin dengan merasakan kesejukan. Begitulah di ceritakan oleh Ibnu Katsir dalam kitabnya Bidayah wan Nihayah halaman 272-273. 
Artinya :  Urwah  berkata, Tsuawaibah adalah  budak perempuan yang telah di merdekakan  oleh Abu Lahab, Konon Abu  Lahab memerdekakannya, lantas  ia  menyusui Nabi Muhammad SAW, Maka  ketika  Abu Lahab telah meninggal dunia,di  ringankan siksanya  karena  membebaskan budaknya yang bernama  “ Tsuwaibah. ( HR Bukhori )
Hadirin  sidang  Jum’at
Kesimpilan dari khutbah  jum’at ini,  mari kita  renungkan kembali  langkah langkah agamis  kita,  seberapa  kita  mengikuti  akhlaq  rasulallah selama ini.
وَقُل رَّبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَل لِّي مِن لَّدُنكَ سُلْطَانًا نَّصِيرًا

Rabu, 23 Januari 2013

Kaledioskop Maulid Cil-Tim


“Maulid Nabi Muhammad Sebagai Cahaya Keimanan Ummat “
(Sebuah  Kaladioskop  dari Maulid  di  Cilandak Timur )
Oleh  :  Drs.H.  Hamzah  MM

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا [الأحزاب/21]
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)

Gema   Maulid    Nabi  Muhammad SAW  tahun ini 1434 H, sudah kita  rasakan getarannya.  Alunanan  Sholawat dari riwayat  Perjalanan Nabi termulia  di mulia  di Kompleks  Pendidikan Islam Darul Maa’rif  Cipete Jakarta Selatan.  Berlanjut  di Masjid Al-Falah  Cilandak, bergema  kembali  di  Masjid  Almaarif Pimpinan  H  Achfas H Subuh. Di sambut  oleh  Mushollah  Baitun Naim Pimpinan  Buya  H  Natsir Rohidi dan begitu  meriah di masjid  Arrohmah yang  di ketua  oleh Bapak  Syafii H Abdullah
Artikel  ini hanya  mengungkapkan  beberapa  hikmah yang  bersifat  historical, dan motivasi imaniyah bagi kita. Memperingati Hari Kelahiran Nabi merupakan aktifitas luhur mengingat kembali diutusnya Muhammad SAW sebagai Rasul. Jika dengan mengingat saja kita bisa mendapatkan semangat-semangat khusus dalam beragama, tentu ini akan mendapatkan pahala. Apalagi jika peringatan itu betul-betul dengan niat “sebagai bentuk rasa cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW”.
Dalam catatan historis, Maulid Nabi  Muhammad SAW dimulai sejak zaman kekhalifahan Fatimiyah di bawah pimpinan keturunan dari Fatimah az-Zahrah, putri Muhammad SAW. Perayaan ini dilaksanakan atas usulan panglima perang, Shalahuddin al-Ayyubi (1137M-1193 M), kepada khalifah agar mengadakan peringatan hari kelahiran Muhammad SAW. Hal  itu  membawa  hikmah yang  sangat  luar  biasa, kemampuan ummat  Islam  mengalami  perkembangan yang sangat  significant, hingga  akhirnya  mampu  menguasai  kembali  kota ummat  Islam  Al Aqso  dari kaum  Salibis.
Agenda  mandasar  dan umum tidak lain adalah  mencari dan meneladani  terus  dari Keteladanan Nabi Muhammad SAW hendaknya menjadi panutan dan pedoman hidup setiap muslim. Dibalik semua perayaan yang berlangsung tersebut ada hal yang paling penting kita maknai, agar perayaan itu bukan sekedar seremonial belaka.  Peringatan Maulid itu dalam rangka mengingat kembali sejarah kehidupan Rasulullah saw., mengingat kepribadian beliau yang agung, mengingat misinya yang universal dan abadi, misi yang Allah swt. tegaskan sebagai rahmatan lil’alamin.
Syaikh Dr. Yusuf Al Qaradhawi, Ketua Persatuan Ulama Internasional, mengungkapkan dalam situs beliau:“Ketika kita berbicara tentang peristiwa maulid ini, kita sedang mengingatkan umat akan nikmat pemberian yang sangat besar, nikmat keberlangsungan risalah, nikmat kelanjutan kenabian. Dan berbicara atau membicarakan nikmat sangatlah dianjurkan oleh syariat dan sangat dibutuhkan.”
Kenyataan saat ini telah membuktikan, bahwa disebabkan belum bersungguh-sungguhnya kita dalam meneladani Rasulullah SAW dalam mengarungi perjuangan hidup, maka kehidupan kaum muslimin saat ini cenderung terperosok menjadi ummat terbelakang, dibandingkan dengan ummat-ummat lain di hampir semua bidang kehidupan.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ – الأنبياء 107
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiya’ 107)
Rohmat  dalam beberapa  pengertian yaitu  kasih  sayang. Dalam konteks ini  tidak lain  adalah  dengan di turunkannya Rasulallah SAW  ke alam dunia  ini  adalah rahmat yang sangat  besar nilainya  baik  secara  korelasi duniawiyah  maupun Ukhrawiyah.
Habib  Ali  Bin  Abdurrahman  AlHabsy, merupakan sosok  habieb   yang  menjadi  panutan  bagi ummat   Islam di Jakarta  saat ini.  Hal  itu  bukan  hal  yang tidak mendasar, karakter  dan  kewaro’anya  sangat  mendasar  di lingkungan Jakarta. Pada  Peringatan Maulid  di  Masjid  Al Maarif, 2  Januari  2013, yang lalu. Diantara  hikmah mendasar  tausiayah  Habib Ali adalah :   Hadits Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiallahu ‘anhu tentang perpecahan ummat, Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم bersabda :
وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ فِي رِوَايَةٍ : مَنْ كَانَ عَلَى مِثْلِ مَا أَنَا عَلَيْهِ الْيَوْمَ وَأَصْحَابِي
“Sesunggunya agama (ummat) ini akan terpecah menjadi 73 (kelompok), 72 di (ancam masuk ke) dalam Neraka dan satu yang didalam Surga, dia adalah Al-Jama’ah”.
(HR. Ahmad dan Abu Daud dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu dan juga mirip dengannya dari hadits Auf bin Malik radhiallahu ‘anhu)

Beliau, mengungkapkan  tentang perlunya  kita  menjaga  kondisi  ummat dari  terpecahnya  ummat manusia  pada  beberapa kolompok. Yahudi  terpecah, Nasrani terpecah, Islam  juga  demikian, dari  pecahnya  Islam menjadi 73  golongan hanya  satu  yang di terima  oleh Allah. Benang merah   dari  uraian hikmah  dari Habib Ali  juga  tentang  perlunya  kita  berterima  kasih pada  4  orang sahabat  Rasulallah SAW.  Yaitu ; Syaidina  Abi Bakar r.a, Ummar Ibnu Khottab, dan Syaidina Utsman Ibnu Affan dan Syaidina  Ali Ibnu Abi Tholib. r.a. Hal  ini  karena  tidak lain karena  kinerja  mereka dalam perjalanan Islam sungguh sangat luar biasa. Penulis  mengungkapkan, urat  nadi  perjuangan  Islam setelah Rasulallah sangta  berpengaruh pada  khulafaurrasidin  yang oleh  ahlusunnah  waljamaah  sangat  menghormati  mereka. Munculnya aliran alairan yang harus  di waspadai saat ini, pada dasarnya  juga  terdapat  pengaruh juga  pada   bagaimana mendalamai  latar belakang dan sejarah  sahabat -sahabat rasul  ini.
KH  Dr.Manarul  Hidayah M.Pd,   juga  memberikan penekanan yang   mendasar bagi ummat islam saat ini, agar  berhati-hati  terhadap  bermunculan  pemikiran-pemikiran  dalam  Islam, sampai-sampai  beliau mengungkapkan, seorang  habiebpun jika  dia  tidak mau menyebutkan keempat Sahabat  Rasulallah, ( Abu Bakar, Ummar Bin Khatab, Usman Bin Affan dan Ali bin abi Tholib,), jangan di jadikan referensi atau  tidak  usaha  di ikut sertakan oleh ummat dalam berbagai kegiatan Keislaman “ demikian  menurut  beliau.
KH  Abdurrahman Nawi, ulama betawi  yang juga  kharismatik  ini, lebih  menekankan paada kondisi dari  peringatan Maulid  itu  sendiri.  Bid’ah  yang  di  sandarkan  kepada  pelaksanaan maulid itu sendiri  seharusnya  di teliti juga jenis  bid’ah itu. Karena  bid’ah itu  bisa  Mubah,Sunnah   dan Makruh  bahkan memang bisa Haram. Demikian  di sampaikan di Musholah baitun Naim  Pedurenan.

Al-Hamdulillah jika kita dapat menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan meriah. Namun hendaknya jangan terlalu bangga dahulu. Sebab terselenggaranya acara itu baru ibarat awan. Meriahnya suasana baru laksana hujan. Bagaimana dengan buahnya ?. Sudah wujudkah ?.
Buahnya adalah “Mutiara hikmah dan perubahan”. Perubahan menjadi lebih baik. Lebih utuh dan lebih bersungguh-sungguh dalam meneladani Rosulullah SAW dalam seluruh sisi kehidupan kita. Kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan dunia.
Rasullah SAW adalah rahmat bagi semesta alam, kebaikan dan keberkahannya tidak hanya didapatkan oleh orang-orang yang semasanya dan tidak pula berakhir dengan wafatnya.
Kepada Nabi Muhammad SAW, Allah SWT berfirman, " dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) kententraman jiwa bagi mereka. Allah Maha mendengar, maha mengetahui." (Qs. At-Taubah: 103). Terdapat  satu do’a yang  perlu kita  jadikan referensi dalam kehidupan kita “  Allahumma inni atawajjahu ilaika binabiyyika nabiyyirrahmati Muhammadin shallallahu `alaihi wa alihi. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan (perantaraan) Nabi-Mu, Nabi pembawa rahmat, Nabi Muhammad, shalawat atasnya dan atas keluarganya.
Sosok  KH  Drs. Sofwan  Nizomi  memang masih agak asing dengan telinga  masyarakat  cilandak Timur. Akan tetapi  untuk leingkungan  Pondok  Pinang, Pondok Indah dan sekitar kebayoran  Lama, nama   ini sangat  di segani. Menjadi  murid utama (alm)KH  Syafii  Hazfdami  bertahgun tahun  rupanya  benar bnenar membawa   keberkahan yang luar biasa baginya  Dan integritas keilmuannya  juga  demikian.  Pada  2  kesempatan, di Mushollah Baitun naim dan Masjid  arrohmah  beliau  mengungkap  2 tema  yang berbeda.  Saat  di  Mushollah  Baitun Naim, Beliau  lebih  menekankan pada  “ perlunya  ummat Islam  menghormati  orang - orang sholaeh  dan dapat  di  jadikan wasilah “. Ilustsrai  beliau.  Lain halnya  di  Masjid  Arrohmah,  Beliau  dengan  bahasa  arab  yang sangat  faseh, mengungkapkan  tentang : Sangat  Perlunya  mengantisipasi  munculnya  radio radio  dakwah yang  membawa  pemikiran Islam,  menurutnya,   mereka yang  berdakwah melalui media  radio  misalnya,  dalam berdakwah belum masuk pada  substansi  tiga  hal  utama  dalam Isalam, yaitu : Islam, Iman, dan Ihsan. Yang mereka  lakukan   hanya  bersifat  Iman, dan Islam tetapi  hal ihsan sangat  di tinggalkan.  Jadi akhlaqnya sangat  buruk.

Dalam tatanan sejarah sosio antropologis Islam, Muhammad SAW dapat dilihat dan dipahami dalam dua dimensi sosial yang berbeda dan saling melengkapi.Lain halnya  KH.Drs.Mursyidi, di Masjid   Arrohmah, beliau  memunculkan satu kondisi  manusia   yang di ilustrasikan bagaikan hewan kambing. Kambing yang susah di atur, sulit  di urus, jika  anaknya  mabuk  maka  si kambing diam saja dan tidak berbuat apapun terhadap anaknya, Begitulah sifat manusia, jika  si  bapak  tidak menghiraukan anaknya mabuk mabukan, sama saja dengan  hewan kambing.  Pada  kesempatan itu  pula, KH  Mursyidi mengungkapkan perlunya  teregulasi baru  tentang harus  di bangkitkannya   generasi Muda Islam di berbagai  momentum kegiatan Islam. 
Tujuannya  agar  terdapat  regenerasi yang baik  bagi Islam di masyarakat. Akan tetapi  SDM  generasi Islam juga harus  siap dan mampu bersaing.  Ummat  Jakarta  menurut beliau saat  kejadian banjir  yang  lalu, diumpamakan  bagaikan azab Allah  yang sedang  membersihkan  kota  Jakarta  dari  lumuran  dosa  yang terjadi pada malam tahun baru 2013 lalu.
Hikmah  utamanya  dari KH  Mursyidi yaitu perlunya  kita  kembali pada  nasehat rasulallah  yaitu dengan melestarikan ajaran dan misi perjuangan Rasulullah, dan juga para Nabi. Sesaat sebelum menghembuskan nafas terakhir, Rasul meninggalkan pesan pada umat yang amat dicintainya ini. Beliau bersabda :

تَرَكْت فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ صلى الله عليه وسلم – رواه مالك

“Aku tinggalkan pada kalian dua hal, kalian tidak akan tersesat dengannya, yakni Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya sallallahu alaihi wa sallam” (HR. Malik).

Khatimah  dari  Kaladioskop  Malulid Nabi Muhammad SAW  yang pertama  ini yaitu ;
Pertama, Ummat  harus  mulai  melakukan selektif dengan berbagai perkembangan  pola pemikiran yang ada. Karena  biar bagaimanapun mereka yang tidak suka  terhadap Islam itu sendiri  masih berusaha  meredupkan cahaya  Islam  di muka  bumi ini.

Kedua, Besarnya anggaran  financial  yang di butuhkan  oleh penyelenggaraan  Maulid  itu  harus di barengi  dengan pertumbuhan   kwalitas  beragama ummat.
Ketiga,,Peringatan Maulid Nabi saw dimaksudkan sebagai wujud mensyukuri nikmat Allah SWT yang berupa kelahiran seorang pembawa risalah universal, rahmatan lil ‘alamin, uswah hasanah, Nabi Muhammad saw.
Keempat, Peringatan Maulid Nabi saw hendaknya tidak diadakan hanya sekedar melestarikan tradisi seremonial dan rutinitas belaka, tanpa makna dan hikmah yang dapat meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita di hari-hari mendatang.
Jeruk Purut, 22 Januari 2013/ 10  Robiul  Awal  1434 H