Selasa, 31 Maret 2015

" Nilai Muroqobah Pada seorang Muslim "

“ Nilai Muroqobah Pada Seorang Muslim “
Oleh  Drs.H  Hamzah  Ahmad MM

الحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ. مَن يَهْدِى اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ فَيَاعِبَادَ الله اُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَاللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي القُرْآنِ الكَرِيمِ. اَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: "يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ".

... وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَاكُنْتُمْ، وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ (الحديد: 4)
“...Dan Dia (Allah) bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hadiid: 4)

Puji  syukur kehadirat  Allah SWT, 27 Maret 2015 / 6  Jumadi Tsani 1436 H..............sholawat  serta  salam kepada  Rasulallah SAW. Wasiat   Taqwa,............
Hadirin Sidang  jum,at,....
Diantara  inti  dan hikmah dari  pelaksanaan Ibadah jum,at dalam metodologi  Dakwah diantaranya :
1        Memantapkan keimanan kepada  Allah
2       Pencerahan terhadap  pemikiran  ummat
3       Mencari  keridhoan Allah dalam  kehidupan
4       Dan lain lain
Oleh  karena  itu khotib mencoba  mengemukakan sebuah tema : “  Nilai Muroqobah  Pada  seorang  Muslim “

Mulianya  kehidupan manusia di etafe  berikutnya (barzah dan akhirat), pada  dasarnya sangat di pengaruhi oleh kehidupan etafe  dunianya. Oleh karena itu hidup  kita  manusia harus melakukan  proses pengembangan berfikir secara  kodrati ilahiyah. Berbagai  media pengembangan tersebut  sangat  tergantung dari  Motivasi individu itu sendiri. Maka tidak ada  yang sangat relefan kecuali befikir dengan satu pola  Muroqobah. Kemudian Bagaimana  sebenarnya Nilai Muroqobah Pada Seorang Muslim ?

Makna Muroqobah
Muraqabah adalah meresapkan kesadaran bahwa Allah melihat, mengawasi, memonitor diri kita dalam gerak dan diam kita, baik lahir maupun batin. Dari segi bahasa muraqabah berarti pengawasan dan pantauan. Karena sikap muraqabah ini mencerminkan adanya pengawasan dan pemantauan Allah terhadap dirinya.  Adapun dari segi istilah, muraqabah adalah, suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa Allah SWT senantiasa mengawasinya, melihatnya, mendengarnya, dan mengetahui segala apapun yang dilakukannya dalam setiap waktu, setiap saat, setiap nafas atau setiap kedipan mata sekalipun.  
Syekh Ibrahim bin Khawas mengatakan, bahwa muraqabah “adalah bersihnya segala amalan, baik yang sembunyi-sembunyi atau yang terang-terangan hanya kepada Allah.
Beliau mengemukakan hal seperti ini karena konsekwensi sifat muraqabah adalah berperilaku baik dan bersih hanya karena Allah, dimanapun dan kapanpun.  Firman Allah  :
... وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَاكُنْتُمْ، وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ (الحديد: 4)
 Dia beserta kamu, di mana pun kamu berada. Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan .”       ( Al-Hadid 57 ayat4)
الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ ، وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula) perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. 26: 218-220)
Muraqabah kepada Allah adalah mengetahui bahwa Allah  mengetahui segala yang dia lakukan, baik berupa ucapan, perbuatan, ataupun keyakinan.(Syarh Riyadhush Shalihin 2/218).  Ini pula yang diajarkan oleh Luqman Al-Hakim kepada anaknya dalam nasihatnya:
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِن تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُن فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
 “ Wahai anakku, sesungguhnya jika ada sesuatu perbuatan seberat biji sawi dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan membalasnya. Sesungguhnya Allah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui.” (QS : Luqman: 16).
Nasihat Luqman ini berisi anjuran untuk muraqabatullah (merasakan pengawasan Allah ) dan melakukan ketaatan kepada Allah, apa pun yang mungkin untuk dilakukan, serta ancaman dari perbuatan jelek, sedikit ataupun banyak. (Tafsirul Karimir Rahman, hal. 649). 
Bila kita menyimak ucapan Rasulullah  tatkala beliau menjelaskan tentang ihsan, maka kita akan mendapati pula anjuran agar senantiasa muraqabah dan merasa takut kepada Allah. Dalam hadits Jibril yang diriwayatkan oleh ‘Umar bin Al-Khaththab  , beliau ditanya oleh Jibril :
َنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ…. قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
“…Jibril bertanya, beritahukanlah kepadaku apa itu ihsan?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Bahwa ihasan adalah engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Sekiranyapun engkau tidak (dapat) melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu…” (HR. Muslim)
Muroqobah  ternyata  sangat  linear ( keterkaitan ) dengan  sifat dan pola  Ikhsan yang harus di kedepankan oleh  setiap muslim.
Tanpa  menyelarasan sifat ini maka  manusia akan selalu di pengaruhi oleh iblis  laknatullah musuh besar  manusia  untuk jauh  dari  kecerdasan spiritual itu  sendiri.
Qisah singkat penuh hikmah ;
Sebuah teladan dalam hal ini dapat disaksikan dari diri seorang penggembala yang ditemui oleh ‘Abdullah bin ‘Umar  dalam perjalanannya ke Makkah. ‘Abdullah bin Dinar yang menyertai perjalanan itu mencerita-kan, “Aku pernah pergi bersama Ibnu ‘Umar ke Mekkah. Kami sempat berhenti seje-nak untuk beristirahat. Saat itu, turun seorang penggembala kambing dari gunung. Ibnu ‘Umar bertanya padanya, “Engkaukah penggembala kambing-kambing ini?” “Benar,” jawabnya. Ibnu ‘Umar berkata lagi, “Juallah padaku seekor kambingmu!” Dia pun menjawab, “Saya ini hanya seorang budak.”“Katakan saja pada tuanmu bahwa kambing itu dimakan serigala!” kata Ibnu ‘Umar. “Lalu di manakah Allah…?” demikian jawabnya.   Ibnu ‘Umar mengulang jawaban si penggembala, “Lalu di manakah Allah…?” Ibnu ‘Umar pun menangis. Kemudian Ibnu ‘Umar membeli budak itu lalu memerdekakannya. (Siyar A’lamin Nubala`, 3/216)
Pada  qisah yang lain :
Malam makin larut hingga tibalah fajar menyingsing. Ketika hendak beranjak ke masjid, langkahnya tertahan di depan sebuah gubuk reot. Dari dalam gubuk itu terdengar percakapan lirih antara seorang ibu dan putrinya. Dari percakapan itu ternyata mereka adalah penjual susu kambing yang akan menjual hasil perahannya di pasar pagi itu.
"Nak, campurlah susu itu dengan air," pinta sang ibu kepada putrinya. Sang ibu berharap agar ia memperoleh keuntungan lebih banyak dari hasil penjualan susu oplosannya (campuran).
Putrinya menjawab, "Maaf, Bu, tidak mungkin aku melakukannya. Amirul Mukminin tidak membolehkan untuk mencampur susu dengan air, kemudian menjualnya," tolak putrinya dengan halus.
Sang ibu tetap bersikukuh, "Itu suatu hal yang lumrah, Nak. Semua orang melakukannya. Lagi pula Amirul Mukminin tidak akan mengetahuinya," bujuk sang ibu lagi.
"Bu, boleh jadi Amirul Mukminin tidak mengetahui apa yang kita lakukan sekarang, tetapi Allah SWT Maha Melihat dan Mengetahui!" jawab sang putri salehah.
Haru dan bahagia membuncah di dada Amirul Mukminin. Betapa ia kagum akan kejujuran dan keteguhan hati sang gadis miskin tersebut. Mungkin gadis tersebut miskin harta, tetapi begitu kaya hatinya. Amirul Mukminin teringat akan tujuannya semula dan bergegas menuju masjid untuk shalat Fajar bersama para sahabat.
Usai melaksanakan shalat di masjid, Umar bin Khaththab segera memangil putranya yang bernama 'Ashim. Beliau segera memerintahkan 'Ashim untuk melamar putri penjual susu yang jujur tersebut karena memang sudah saatnya 'Ashim untuk berumah tangga. Tidak lupa Amirul Mukminin menceritakan keluhuran hati gadis penghuni gubuk reot tersebut kepada putranya.

"Aku melihat dia akan membawa berkah untukmu kelak jika kamu mempersuntingnya menjadi istrimu. Pergilah dan temui mereka, lamarlah dia untuk menjadi pendampingmu. Semoga kalian dapat melahirkan keturunan yang akan menjadi pemimpin umat kelak!" ujar Umar bin Khaththab kepada putranya, 'Ashim.
Akhirnya, 'Ashim menikahi gadis berhati suci itu dan lahirlah seorang putri bernama Laila. Ia tumbuh menjadi gadis yang taat beribadah dan cerdas. Saat dewasa, Laila dipersunting oleh Abdul Aziz bin Marwan. Dari pernikahan keduanya lahirlah Umar bin Abdul Aziz, seorang pemimpin besar yang disegani. Dia mewarisi keagungan akhlak neneknya dan kepemimpinan buyutnya, Umar bin Khaththab.
Cara Untuk Menumbuhkan Sifat Muraqabah
Terdapat beberapa cara untuk dapat menumbuh suburkan sikap muraqabah ini, diantara caranya adalah:
1). Merenungi  ayat  ayat  Qauliyah : Ayat Qauliyah
Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah swt. di dalam Al-Qur’an. Ayat-ayat ini menyentuh berbagai aspek, termasuk tentang cara mengenal Allah.
QS. At-Tin (95): 1-5.   Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota (Mekah) ini yang aman; sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).
 Dan ayat  ayat Qauniyah :
Ayat kauniah adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling yang diciptakan oleh Allah. Ayat-ayat ini adalah dalam bentuk benda, kejadian, peristiwa dan sebagainya yang ada di dalam alam ini.

2). Melatih diri untuk ‘menjaga’ perintah dan larangan Allah SWT, dimanapun dan kapanmu ia berada. Baik  yang amalan sunnah  lebih khusu yang wajib. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: 
عبْد الله بن عَبّاسٍ -رَضِي اللهُ عَنْهُما- قالَ: كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَوْمًا، فَقَالَ: ((يَا غُلاَمُ، إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ؛ احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ)
Abdullah bin ‘Abbas -radhiyallahu ‘anhuma- menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabishallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda, “Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau endak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.”  (  HR  At  Tirmidzi )
3).Muraqabah juga dapat tumbuh dari adanya ‘ziarah qubur.
4).Merenungi kehidupan para Nabi dan Rosul dan salaf shaleh dalam muraqabah. Serta bersahabat dengan orang-orang shaleh yang memilki rasa takut kepada Allah.  Dan Banyak  Menangis karena  takut  kepada Allah
5) Mengenal nama  nama Allah ( asmaul khusna )
Manfaat  Muroqobah : (1)Allah akan melindunginya dalam setiap gerakan tubuhnya.(2) Agar kita dapat menyaksikan dan mengalami kesadaran diri dan keterjagaan diri sebagai proses awal kebangunan gnostik (makrifat) atau pencerahan spiritual. (3).Sadar setiap waktu tentang keadaan di dalam batin yang tak terlukiskan, yang tak ada batasnya , dan senantiasa merasakan kehadiran Tuhan bersamanya.
Khotimah :   Muroqobah ternyata  akan melahirkan jiwa  muslim yang sangat  membantu  untuk mendapatkan nilai atau balasan yang mulia di etafe  kehidupan nerikutnya. Berbagai  kesempatan yang Allah masih berikan kepada  kita mari  kita  isi dengan nilai nilai muroqobah yang  aktual ( nyata ).
Aktualisasi berbagai  amal yang manusia lakukan akan mengalami goncangan yang sangat  keras dari  media lain, ( iblis ), oleh karena itu, Media ( cara )  seperti  kuliah subuh, ziarah qubur, qiroah qur,an. Sangat  mendasari  untuk melahirkan kekuatan kejiwaan muroqobah yang akan menjadikan manusia  mempunyai  ketajaman spiritual  yang tinggi.
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu bergiliran menjaganya dari depan dan dari belakang, mereka menjaganya atas perintah Allah.” (QS. Ar Ra’du: 11)