“ Nilai Muroqobah Pada Seorang Muslim “
Oleh
Drs.H Hamzah Ahmad MM
الحَمْدُ للهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا
لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ. مَن يَهْدِى اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ فَيَاعِبَادَ الله اُوْصِيْكُمْ
وَإِيَّايَ بِتَقْوَاللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ. قَالَ اللهُ
تَعَالَى فِي القُرْآنِ الكَرِيمِ. اَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: "يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ".
... وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَاكُنْتُمْ، وَاللهُ بِمَا
تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ (الحديد: 4)
“...Dan Dia (Allah) bersama kamu di mana saja
kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hadiid:
4)
Puji
syukur kehadirat Allah SWT, 27
Maret 2015 / 6 Jumadi Tsani 1436 H..............sholawat serta
salam kepada Rasulallah SAW.
Wasiat Taqwa,............
Hadirin Sidang
jum,at,....
Diantara
inti dan hikmah dari pelaksanaan Ibadah jum,at dalam metodologi Dakwah diantaranya :
1
Memantapkan keimanan kepada Allah
2 Pencerahan
terhadap pemikiran ummat
3 Mencari keridhoan Allah dalam kehidupan
4 Dan lain
lain
Oleh
karena itu khotib mencoba mengemukakan sebuah tema : “ Nilai Muroqobah Pada
seorang Muslim “
Mulianya
kehidupan manusia di etafe
berikutnya (barzah dan akhirat), pada
dasarnya sangat di pengaruhi oleh kehidupan etafe dunianya. Oleh karena itu hidup kita
manusia harus melakukan proses
pengembangan berfikir secara kodrati
ilahiyah. Berbagai media pengembangan
tersebut sangat tergantung dari Motivasi individu itu sendiri. Maka tidak ada yang sangat relefan kecuali befikir dengan
satu pola Muroqobah. Kemudian
Bagaimana sebenarnya Nilai Muroqobah
Pada Seorang Muslim ?
Makna Muroqobah
Muraqabah adalah meresapkan kesadaran bahwa Allah
melihat, mengawasi, memonitor diri kita dalam gerak dan diam kita, baik lahir
maupun batin. Dari segi bahasa muraqabah berarti
pengawasan dan pantauan. Karena sikap muraqabah ini mencerminkan adanya
pengawasan dan pemantauan Allah terhadap dirinya. Adapun dari segi istilah, muraqabah adalah,
suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa Allah SWT senantiasa
mengawasinya, melihatnya, mendengarnya, dan mengetahui segala apapun yang
dilakukannya dalam setiap waktu, setiap saat, setiap nafas atau setiap kedipan
mata sekalipun.
Syekh Ibrahim
bin Khawas mengatakan, bahwa muraqabah “adalah
bersihnya segala amalan, baik yang sembunyi-sembunyi atau yang terang-terangan
hanya kepada Allah.”
Beliau
mengemukakan hal seperti ini karena konsekwensi sifat muraqabah adalah
berperilaku baik dan bersih hanya karena Allah, dimanapun dan kapanpun. Firman Allah
:
...
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَاكُنْتُمْ، وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
(الحديد: 4)
“ Dia beserta kamu, di mana pun kamu berada.
Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan .” ( Al-Hadid 57 ayat4)
الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ ، وَتَقَلُّبَكَ
فِي السَّاجِدِينَ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Yang
melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula)
perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia
adalah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. 26: 218-220)
Muraqabah
kepada Allah adalah mengetahui bahwa Allah
mengetahui segala yang dia lakukan, baik berupa ucapan, perbuatan,
ataupun keyakinan.(Syarh Riyadhush Shalihin 2/218). Ini pula yang diajarkan oleh Luqman Al-Hakim
kepada anaknya dalam nasihatnya:
يَا
بُنَيَّ إِنَّهَا إِن تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُن فِي صَخْرَةٍ
أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ
لَطِيفٌ خَبِيرٌ
“ Wahai anakku, sesungguhnya jika ada sesuatu
perbuatan seberat biji sawi dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam
bumi, niscaya Allah akan membalasnya. Sesungguhnya Allah Maha Lembut lagi Maha
Mengetahui.” (QS : Luqman: 16).
Nasihat
Luqman ini berisi anjuran untuk muraqabatullah (merasakan pengawasan Allah )
dan melakukan ketaatan kepada Allah, apa pun yang mungkin untuk dilakukan,
serta ancaman dari perbuatan jelek, sedikit ataupun banyak. (Tafsirul Karimir
Rahman, hal. 649).
Bila
kita menyimak ucapan Rasulullah tatkala
beliau menjelaskan tentang ihsan, maka kita akan mendapati pula anjuran agar
senantiasa muraqabah dan merasa takut kepada Allah. Dalam hadits Jibril yang
diriwayatkan oleh ‘Umar bin Al-Khaththab
, beliau ditanya oleh Jibril :
َنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ…. قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ أَنْ
تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
“…Jibril bertanya, beritahukanlah kepadaku apa
itu ihsan?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Bahwa ihasan adalah engkau menyembah
Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Sekiranyapun engkau tidak (dapat)
melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu…” (HR. Muslim)
Muroqobah ternyata
sangat linear ( keterkaitan )
dengan sifat dan pola Ikhsan yang harus di kedepankan oleh setiap muslim.
Tanpa menyelarasan sifat ini maka manusia akan selalu di pengaruhi oleh
iblis laknatullah musuh besar manusia
untuk jauh dari kecerdasan spiritual itu sendiri.
Qisah singkat penuh hikmah ;
Sebuah
teladan dalam hal ini dapat disaksikan dari diri seorang penggembala yang
ditemui oleh ‘Abdullah bin ‘Umar dalam
perjalanannya ke Makkah. ‘Abdullah bin
Dinar yang menyertai perjalanan itu mencerita-kan, “Aku pernah pergi
bersama Ibnu ‘Umar ke Mekkah. Kami sempat berhenti seje-nak untuk beristirahat.
Saat itu, turun seorang penggembala kambing dari gunung. Ibnu ‘Umar bertanya
padanya, “Engkaukah penggembala kambing-kambing ini?” “Benar,” jawabnya. Ibnu
‘Umar berkata lagi, “Juallah padaku seekor kambingmu!” Dia pun menjawab, “Saya
ini hanya seorang budak.”“Katakan saja pada tuanmu bahwa kambing itu dimakan
serigala!” kata Ibnu ‘Umar. “Lalu di manakah Allah…?” demikian jawabnya. Ibnu ‘Umar mengulang jawaban si penggembala,
“Lalu di manakah Allah…?” Ibnu ‘Umar pun menangis. Kemudian Ibnu ‘Umar membeli
budak itu lalu memerdekakannya. (Siyar A’lamin Nubala`, 3/216)
Pada
qisah yang lain :
Malam
makin larut hingga tibalah fajar menyingsing. Ketika hendak beranjak ke masjid,
langkahnya tertahan di depan sebuah gubuk reot. Dari dalam gubuk itu terdengar
percakapan lirih antara seorang ibu dan putrinya. Dari percakapan itu ternyata
mereka adalah penjual susu kambing yang akan menjual hasil perahannya di pasar
pagi itu.
"Nak,
campurlah susu itu dengan air," pinta sang ibu kepada putrinya. Sang ibu
berharap agar ia memperoleh keuntungan lebih banyak dari hasil penjualan susu
oplosannya (campuran).
Putrinya
menjawab, "Maaf, Bu, tidak mungkin aku melakukannya. Amirul Mukminin tidak
membolehkan untuk mencampur susu dengan air, kemudian menjualnya," tolak
putrinya dengan halus.
Sang
ibu tetap bersikukuh, "Itu suatu hal yang lumrah, Nak. Semua orang
melakukannya. Lagi pula Amirul Mukminin tidak akan mengetahuinya," bujuk
sang ibu lagi.
"Bu,
boleh jadi Amirul Mukminin tidak mengetahui apa yang kita lakukan sekarang,
tetapi Allah SWT Maha Melihat dan Mengetahui!" jawab sang putri salehah.
Haru
dan bahagia membuncah di dada Amirul Mukminin. Betapa ia kagum akan kejujuran dan
keteguhan hati sang gadis miskin tersebut. Mungkin gadis tersebut miskin harta,
tetapi begitu kaya hatinya. Amirul Mukminin teringat akan tujuannya semula dan
bergegas menuju masjid untuk shalat Fajar bersama para sahabat.
Usai
melaksanakan shalat di masjid, Umar bin Khaththab segera memangil putranya yang
bernama 'Ashim. Beliau segera
memerintahkan 'Ashim untuk melamar putri penjual susu yang jujur tersebut
karena memang sudah saatnya 'Ashim untuk berumah tangga. Tidak lupa Amirul
Mukminin menceritakan keluhuran hati gadis penghuni gubuk reot tersebut kepada
putranya.
"Aku
melihat dia akan membawa berkah untukmu kelak jika kamu mempersuntingnya
menjadi istrimu. Pergilah dan temui mereka, lamarlah dia untuk menjadi
pendampingmu. Semoga kalian dapat melahirkan keturunan yang akan menjadi
pemimpin umat kelak!" ujar Umar bin Khaththab kepada putranya, 'Ashim.
Akhirnya,
'Ashim menikahi gadis berhati suci itu dan lahirlah seorang putri bernama
Laila. Ia tumbuh menjadi gadis yang taat beribadah dan cerdas. Saat dewasa,
Laila dipersunting oleh Abdul Aziz bin Marwan. Dari pernikahan keduanya
lahirlah Umar bin Abdul Aziz,
seorang pemimpin besar yang disegani. Dia mewarisi keagungan akhlak neneknya
dan kepemimpinan buyutnya, Umar bin Khaththab.
Cara Untuk Menumbuhkan Sifat Muraqabah
Terdapat beberapa cara untuk dapat menumbuh suburkan sikap muraqabah ini,
diantara caranya adalah:
1). Merenungi ayat
ayat Qauliyah : Ayat Qauliyah
Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah swt. di dalam Al-Qur’an. Ayat-ayat ini menyentuh berbagai aspek, termasuk tentang cara mengenal Allah.
QS. At-Tin (95): 1-5. Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota (Mekah) ini yang aman; sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).
Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah swt. di dalam Al-Qur’an. Ayat-ayat ini menyentuh berbagai aspek, termasuk tentang cara mengenal Allah.
QS. At-Tin (95): 1-5. Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota (Mekah) ini yang aman; sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka).
Dan ayat
ayat Qauniyah :
Ayat kauniah
adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling yang diciptakan oleh Allah.
Ayat-ayat ini adalah dalam bentuk benda, kejadian, peristiwa dan sebagainya
yang ada di dalam alam ini.
2). Melatih
diri untuk ‘menjaga’ perintah dan larangan Allah SWT, dimanapun dan kapanmu ia
berada. Baik yang amalan sunnah lebih khusu yang wajib. Dalam sebuah hadits
Rasulullah SAW bersabda:
عبْد الله بن
عَبّاسٍ -رَضِي اللهُ عَنْهُما- قالَ: كُنْتُ خَلْفَ النَّبِيِّ -صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَوْمًا، فَقَالَ: ((يَا غُلاَمُ، إِنِّي أُعَلِّمُكَ
كَلِمَاتٍ؛ احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا
سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ
أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ
يَنْفَعُوكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى
أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ
عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ)
Abdullah bin ‘Abbas -radhiyallahu ‘anhuma-
menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabishallallahu
‘alaihi wasallam. Beliau bersabda, “Nak, aku ajarkan kepadamu
beberapa untai kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu.
Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau
hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau
endak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah.
Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan,
maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan
untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang
membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah
Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran
telah kering.” ( HR At Tirmidzi )
3).Muraqabah juga dapat tumbuh dari adanya ‘ziarah qubur.
4).Merenungi kehidupan para Nabi dan Rosul dan salaf shaleh dalam
muraqabah. Serta bersahabat dengan orang-orang shaleh yang memilki rasa takut
kepada Allah. Dan Banyak Menangis karena takut
kepada Allah
5) Mengenal nama nama Allah ( asmaul
khusna )
Manfaat Muroqobah : (1)Allah
akan melindunginya dalam setiap gerakan tubuhnya.(2) Agar kita dapat
menyaksikan dan mengalami kesadaran diri dan keterjagaan diri sebagai proses
awal kebangunan gnostik (makrifat) atau pencerahan spiritual. (3).Sadar setiap
waktu tentang keadaan di dalam batin yang tak terlukiskan, yang tak ada
batasnya , dan senantiasa merasakan kehadiran Tuhan bersamanya.
Khotimah :
Muroqobah ternyata
akan melahirkan jiwa muslim yang
sangat membantu untuk mendapatkan nilai atau balasan yang
mulia di etafe kehidupan nerikutnya. Berbagai kesempatan yang Allah masih berikan
kepada kita mari kita
isi dengan nilai nilai muroqobah yang
aktual ( nyata ).
Aktualisasi
berbagai amal yang manusia lakukan akan
mengalami goncangan yang sangat keras
dari media lain, ( iblis ), oleh karena
itu, Media ( cara ) seperti kuliah subuh, ziarah qubur, qiroah qur,an.
Sangat mendasari untuk melahirkan kekuatan kejiwaan muroqobah
yang akan menjadikan manusia
mempunyai ketajaman
spiritual yang tinggi.
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ
يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
bergiliran menjaganya dari depan dan dari belakang, mereka menjaganya atas
perintah Allah.” (QS. Ar Ra’du: 11)