KEMATANGAN PROSES BERAGAMANYA
MANUSIA
Puji
syukur,................sholawat serta
salam,..........wasiat Taqwa,...
Kematangan beragama adalah kemampuan seseorang untuk
mengenali atau memahami nilai agama yang terletak pada nilai-nilai luhurnya
serta menjadikan nilai-nilai dalam berikap dan bertingkah laku merupakan ciri
dari kematangan bergama. Mensikapi proses terciptanya kematangan beragama manusia,
Prof.Dr.Rosihan Anwar MA,.dalam buku Pengantar Studi Islam, kami nukilkan ; Dalam meraih dan
mempertahankan aqidah dengan
sempurna,setidaknya 7 hal perlu kita
cermati untuk kesempurnaan
beragama,yaitu :
1.
Pendekatan Teologis
; Menganalisa Agama tekstual atau
kitabi
2.
Pendekatan Antropologis ; Melihat wujud
praktek Agama di masyarakat
3.
Pendekatan Sosiologis ; Mempelajari
fenomena strata kehidupan sosial manusia
4.
Pendekatan Filosofis ; Mencari sesuatu
secara mendasar, asas, inti
di balik
sifat lahiriyah
5.
Pendekatan Historis ; Menelusuri asal usul munculnya pemikiran keagamaan
6.
Pendekatan Kebudayaan ; Interaksi agama
dalam budaya manusia
7.
Pendekatan Psikologis ; Mencari sisi
ilmiah dari asfek bathini dalam pengalaman beragama
Kematangan beragama dapat terlihat dari kemampuan
seseorang untuk memahami nilai-nilai luhur agama yang dianutnya dalam kehidupan
sehari-hari. Kematangan beragama atau
kedewasaan seseorang dalam bergama biasanya ditunjukkan dengan kesadaran
keyakinan yang teguh karena menganggap benar akan agama yang dianutnya dan ia
memerlukan agama tersebut dalam hidupnya. Dan kebenaran Islam secara analisa beberapa Pendekatan di atas tadi
sangat jelas.
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ
مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan barangsiapa
yang mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak akan diterima dari padanya,
dan ia di akhirat kelak termasuk orang-orang yang merugi.” (Ali Imron: 85).” [Tafsir
Ibnu Katsir, 2/52]
الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ
الْإِسْلَامَ
“Pada
hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.” [Al-Maidah: 3]
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ مَا اِنْ تَمَسَكْتُمْ بِهِمَا لَنْ
تَضِلُّوْا اَبَدَ كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِى “Aku tinggalkan kamu dua perkara, kamu tidak akan sesat selama kamu
berpegang dengan kedua-duanya, yaitu kitab Allah
(Al-Qur’an) dan sunnahku.” ( Hadist
Shohih ).
Manusia mengalami dua macam perkembangan yaitu
perkembangan jasmani dan perkembangan rohani. Ada beberapa
alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia, antara
lain adalah :
- Karena agama merupakan sumber moral.
- Karena agama merupakan petunjuk kebenaran.
- Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
- Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun di kala duka.
Manusia sejak
dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta tidak
mengetahui apa-apa sebagaimana firman Allah dalam Q. S. al-Nahl (16) : 78
وَاللّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ
أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ الْسَّمْعَ وَالأَبْصَارَ
وَالأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak tahu apa-apa. Dia menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan
hati, tetapi sedikit di antara mereka yang mensyukurinya.” (
QS An Nahl 78 )
Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi
oleh berbagai macam godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar
dirinya. Godaan dan rayuan dari dalam diri manusia dibagi menjadi dua bagian,
yaitu:
·
Godaan dan
rayuan yang berusaha menarik manusia ke dalam lingkungan kebaikan, yang menurut
istilah Al-Gazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin disebut dengan malak
al-hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada
hidayah atau kebaikan.
·
Godaan dan
rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada kejahatan, yang menurut
istilah Al-Gazali dinamakan malak al-ghiwayah, yakni
kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada kejahatan.
Diantara 9 keturunan Iblis musuh utama
manusia ada yang bernama Iblis Al-Wasnan, Iblis
ini selalu bekerja untuk
menjerumuskan anak keturunan Nabi Adam (
manusia ) dari beriman menjadi ahli maksiat, bahkan dirinya sampai rela
menanggalkan aqidahnya yang disebabkan oleh malas beribadah kepada Allah yang di pengaruhi oleh Iblis Al
Wasnan ini. Malas
beribadah itu menunjukkan lemah keimanannya, bahkan keimanannya bisa sebagai
lipstik belaka, buktinya ia mengaku beriman tetapi tidak mau beribadah, tidak mau
melakukan pendekatan kepada Allah
secara kontinue, larangannya ia terjang.
Orang-orang seperti inilah yang setia menjadi pengikut Iblis Al-Wasnan, yang
malas beribadah tetapi senang bermaksiat.
Al-Qur'an telah memperingatkan kaum muslimin agar
tidak mengikuti langkah-langkah Iblis, sebab Iblis itu menyesatkan, menyauhkan
orang agar tidak beribadah kepada Allah Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an
surat Al-An'am 142:
.....وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ
الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
"Dan janganlah kamu mmglkuti langkah-langkah setan.
Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al An'am 6:142)"
Di sinilah letak fungsi agama dalam kehidupan manusia,
yaitu membimbing manusia kejalan yang baik dan menghindarkan manusia dari
kejahatan atau kemungkaran. Yang pada
dasarnya semua itu di pengaruhi oleh Iblis dan keturunannya. Batasan batasan keberhasilan beragama sudah
di koridorkan oleh Allah, renungkan firman Allah :
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا
تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ
يَتَوَكَّلُونَ (2) الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ
يُنفِقُونَ (3) أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا ۚ لَّهُمْ دَرَجَاتٌ عِندَ
رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ (4
“Sesungguhnya
orang beriman itu hanyalah mereka yang disebut nama Allah bergetar hatinya,
jika dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya ayat itu membuat iman mereka makin
bertambah, dan hanya Kepada Rabb mereka bertawakkal . Yaitu orang yang
mendirikan shalat dan menginfakkan sebagian (harta) yang Kami rezkikan kepada
mereka. Mereka itulah orang beriman yang hakiki, dan mereka akan memperoleh
kedudukan (derajat) yang tinggi di sisi Tuhan mereka, ampunan, serta rezki yang
mulia” (terj. Qs. Al-Anfal ayat 2-4).
Orang yang Matang Beragama Menurut
Al-Qur’an
Kriteria yang diberikan oleh Al-Qur'an bagi mereka
yang dikategorikan orang yang matang beragama Islam cukup bervariasi. Seperti
pada sepuluh ayat pertama pada Surah Al-Mu'minun dan bagian akhir dari Surah
Al-Furqan.
Beberapa
kreteria mereka yang sebenarnya beriman dalam pandangan dan pendekatan
qur,ani adalah :
1.
Mereka yang khusyu' shalatnya
2.
Menjauhkan diri dari (perbuatan-perbuatan) tiada berguna
3.
Menunaikan zakat
4.
Menjaga kemaluannya kecuali kepada isteri-isteri yang sah
5.
Jauh dari perbuatan melampaui batas (zina, homoseksual, dan lain-lain)
6.
Memelihara amanat dan janji yang dipikulnya
7.
Memelihara shalatnya (QS. Al-Mu'minun : 1 - 10)
Orang yang matang beragama menurut
As-Sunnah
Dari ‘Amr
bin ‘Auf bin Zaid al-Muzani radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِى
فَعَمِلَ بِهَا النَّاسُ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لاَ يَنْقُصُ
مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa
yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh
manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang
mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun“. Rasulullah SAW memberikan batas minimal bagi
seorang yang disebut muslim yaitu disebut muslim itu apabila muslim-muslim lain
merasa aman dari lidah dan tangannya (HR. Muslim).
مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ
لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“(Mereka) yang memberikan rasa aman kepada saudara
Muslim-nya daripada gangguan lisan dan tangannya.” (riwayat Bukhari)
Rasul Muhammad Saw, seperti yang dituliskan imam Bukhari dalam kitab
Shahehnya:
ثَلَاثٌ
مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ
أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ
إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ
يُقْذَفَ فِي النَّارِ
Artinya : Ada tiga perkara bila ketiganya ada dalam
diri seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman. 1) Bahwa Allah dan
rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya. 2) Dia mencintai seseorang
hanya karena Allah Ta’la. Dan 3) Dia benci untuk kembali kepada kekufuran (baik
I’tiqodi, hukum, akhlak ibadah dan sebagainya) sebagaimana ia benci dilemparkan
ke dalam neraka. (H.R. Imam Bukhari).
Sementara
ciri-ciri lain disebutkan cukup banyak bagi orang yang meningkatkan kualitas
keimanannya. Sehingga tidak jarang Nabi SAW menganjurkan dengan cara
peringatan, seperti: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
hendaknya dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya
sendiri" (HR. Bukhari).
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ
فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ
غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Katakanlah
: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lahi Maha
Penyanyang.” (QS. Ali Imran:31)
Peringatan shahabat Ali r.a. bahwa klimaks orang ciri
keagamaannya matang adalah apabila orang tersebut bertaqwa kepada Allah SWT.
Dan inti taqwa itu ada empat, yaitu:
1. Mengamalkan isi Al-Qur'an
2. Mempunyai rasa takut kepada
Allah sehingga berbuat sesuai dengan perintah-perintah Nya dan meninggalkan
larangan-Nya
3. Merasa puas dengan
pemberian atau karunia Allah SWT meskipun terasa sedikit
4. Persiapan untuk
menjelang kematian dengan meningkatkan kualitas keimanan dan amal shaleh.
Sedangkan
Ibnul Qoyyim,menyebutkan bahwa orang yang
matang beragama mempunyai beberapa kriteria,
yaitu:
1) Dia terbina
keimanannya yaitu selalu menjaga fluktualitas keimanannya agar selalu bertambah
kualitasnya
2) Dia terbina
ruhiyahnya yaitu menanamkan pada dirinya kebesaran dan keagungan Allah serta
segala yang dijanjikan di akherat kelak, sehingga dia menyibukkan diri untuk
meraihnya
3) Dia terbina
pemikirannya sehingga akalnya diarahkan untuk memikirkan ayat-ayat Allah
Al-Kauniyah (cipataan-Nya) dan Al-Qur'aniyah (firman-Nya).
4) Dia terbina
akhlaknya dimana kepribadiannya di bangun diatas pondasi akhlak mulia sehingga
kalau berbicara dia jujur, bermuka manis, menyantuni yang tidak mampu, tidak
menyakiti orang lain dan berbagai akhlak mulia
5) Dia terbina
kemasyarakatannya karena menyadari sebagai makhluk sosial, dia harus
memperhatikan lingkungannya sehingga dia berperan aktif mensejahterakan
masyarakat baik intelektualitasnya, ekonominya, kegotang-royongannya, dan
lain-lain
وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
Dan
barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan
bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan ( QS
An Nuur (24) ayat 52 )