“ Memaknai
Waktu dalam Religiustias Ummat “
“
Memaknai
Waktu dalam Religiustias Ummat “
“ Memaknai
Waktu dalam Religiustias Ummat “
Oleh
Drs.H Hamzah MM
( Mahasiswa Program Doktor PTIQ
Jakarta )
Bismilahirrohmaanirrohim. Assalamu’alaikum Wr Wb.
Puji
syukur kehadirat Allah SWT, Sholawat teriring salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
“ Dia (Allah) menjadikan malam dan siang silih berganti untuk memberi waktu
(kesempatan) kepada orang yang ingin mengingat (mengambil pelajaran) atau orang
yang ingin bersyukur (QS Al-Furqan [25]: 62
Berbicara
mengenai “waktu” mengingatkan penulis kepada ungkapan tidak terbit fajar suatu
hari, kecuali dia berseru. “Putra-putri Adam, aku waktu, aku ciptaan baru,
yang menjadi saksi usahamu. Gunakan aku karena aku tidak akan kembali lagi
sampai hari kiamat, Waktu adalah sungai yang mengalir ke seluruh penjuru sejak
dahulu kala, melintasi pulau, kota, dan desa, membangkitkan semangat atau
meninabobokan manusia. Ia diam seribu bahasa, sampai-sampai manusia sering
tidak menyadari kehadiran waktu dan melupakan nilainya, walaupun segala sesuatu
–selain Tuhan– tidak akan mampu mlepaskan diri darinya?
Sedemikian
besar peranan waktu dalam kehidupan setiap
manusia, sehingga Allah Swt. Berkali-kali bersumpah dengan menggunakan
berbagai kata yang menunjuk pada waktu-waktu tertentu seperti wa Al-Lail (demi
Malam), wa An-Nahar (demi Siang), wa As-Subhi, wa AL-Fajr, dan
lain-lain.
APA
YANG DIMAKSUD DENGAN WAKTU?
Dalam Kamus Besar Bahasa indonesia paling tidak terdapat empat arti kata “waktu”: (1) seluruh rangkaian saat, yang telah berlalu, sekarang, dan yang akan datang; (2) saat tertentu untuk menyelesaikan sesuatu; (3) kesempatan, tempo, atau peluang; (4) ketika, atau saat terjadinya sesuatu.
Dalam Kamus Besar Bahasa indonesia paling tidak terdapat empat arti kata “waktu”: (1) seluruh rangkaian saat, yang telah berlalu, sekarang, dan yang akan datang; (2) saat tertentu untuk menyelesaikan sesuatu; (3) kesempatan, tempo, atau peluang; (4) ketika, atau saat terjadinya sesuatu.
Waktu memiliki sifat irreversible (tidak pernah kembali),
untransfersible (tidak bisa dipindahkan kepada orang lain), unsubstitution
(tidak tergantikan oleh apa pun), dan unpayable (tak dapat dibeli).
Al-Quran menggunakan beberapa kata untuk menunjukkan makna-makna
di atas, seperti:
a.
Ajal, untuk menunjukkan waktu berakhirnya sesuatu, seperti berakhirnya
usia manusia atau masyarakat. Setiap umat mempunyai batas waktu berakhirnya
usia (QS Yunus [10]: 49)
Kata ajal
memberi kesan bahwa segala sesuatu ada batas waktu berakhirnya, sehingga tidak
ada yang langgeng dan abadi kecuali Allah Swt. sendiri.
b.Asr
; makna aslinya adalah perasan,
yang berarti bahwa manusia itu harus memeras pikiran dan keringatnya untuk amal
soleh. Menunjukkan bahwa saat – saat yang dialami oleh manusia harus diisi
dengan kerja keras, amal shaleh, dsb. Kata ‘ashr adalah hal
terpenting dalam kehidupan manusia.
عَنْ
عَبْدِاللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِي اللهُ عَنْهُمَا قَالَ أَخَذَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِيْ فَقَالَ كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ
غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَقُولُ إِذَا أَمْسَيْتَ
فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ
وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ
Diriwayatkan dari Ibnu Umar
bahwa dia berkata, “Rasulullah Saw memegang pundakku seraya bersabda, ‘Di dunia
ini, jadilah engkau seperti orang asing atau pengembara!” Ibnu Umar berkata, “Bila kamu berada pada waktu sore, jangan menunggu pagi; dan bila
kamu berada pada waktu pagi, jangan menunggu waktu sore. Ambillah sebagian dari
sehatmu untuk sakitmu dan sebagian hidupmu untuk matimu” (HR. Bukhari)
Religiusitas merupakan tingkah laku manusia yang
sepenuhnya dibentuk oleh kepercayaan terhadap alam gaib.Dalam hal ini
religiusitas lebih melihat aspek yang ada di dalam lubuk hati dan tidak dapat
dipaksakan. Menurut Prof. Dr. Zakiyah Daradjat
(1989), ada dua istilah yang dikenal dalam agama yaitu kesadaran beragama
(religious conciousness) dan pengalaman beragama (religious
experience).
Untuk mengukur religiusitas tersebut, kita
mengenal tiga dimensi dalam Islam yaitu aspek akidah (keyakinan),
Asfek syariah (praktik agama, ritual formal) dan Asfek akhlak (pengamalan dari
akidah dan syariah).
Pada tanggal 23
Desember 2013. Harian republika memuat satu artikel tentang “ Pendangkalan Aqidah Sudah tersistem “. Sudah sangat urgent kita
ummat islam mengantisipasi betapa
mereka yang benci terhadap Islam memang sudah membuat
sistematis tertentu pada pada
bangsa kita, hal itu
seperti ; Pelarangan jilbab,
pembagian Kondom,dan di canangkannya Identitas
tanpa status Agama.
Khotimah: Waktu
yang masih dianugrahkan Allah pada
diri kita harus semaksimal mungkin kita obsesikan untuk
mencari ridho Allah (berjuang) untuk jalan Allah
diberbagai asfek hidup kita. Religiusitas
seorang akan meningkat jika
selalu di lingkari oleh aqidah,
syariah dan akhlaq, karenanya media
Ilmu dan kuliah subuh adalah
bagian dari pencapaian itu semua.
Wallahu a’lam. Wassalamu’alaikum Wr Wb. 27/12/13 ( 25 Syafar 1435 H )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar