Minggu, 22 Desember 2013

Menyambut Manusia termulia



 


Perenungan  Religiusitas  dari  Menyambut lahirnya Nabi Muhammad Rasulallah SAW “
Oleh  Drs.H  Hamzah  MM
( Kuliah  Subuh  Masjid Arrohmah Jakarta )
 Puji  syukur  kehadirat  Allah SWT, Sholawat   teriring salam tercurah kepada  Nabi Muhammad SAW.
Religiusitas  adalah : Penghayatan keagamaan dan kedalaman kepercayaan yang diekspresikan dengan melakukan ibadah sehari-hari, berdoa, dan membaca kitab suci.(Ismail, 1997), dalam bahasa lain religius ; elegare berarti melakukan sesuatu perbuatan dengan penuh penderitaan, yakni jenis laku peribadatan yang dikerjakan berulang-ulang dan tetap. ( Hawari ; 1996 ).
Dalam bahasa Arab, agama dikenal dengan kata al-din dan al-milah. Kata al-din sendiri mengandung berbagai arti. Ia bisa berarti al-izz (kejayaan), al-ikrah (pemaksaan), al-ihsan (kebajikan), al-adat (kebiasaan), al-ibadat (pengabdian),), al-tadzallul wa al-khudu (tunduk dan patuh), al-tha’at (taat), al-islam al-tauhid (penyerahan dan mengesakan Tuhan) (Kahmad, 2002). Berdasarkan uraian tersebut, religiusitas adalah dorongan naluri untuk meyakini dan melaksanakan dari agama yang diyakininya, dalam wujud taat kepada agama yang dianut meliputi keyakinan kepada Tuhan, peribadatan, dan norma yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. diperkirakan pertama kali muncul setelah diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang Gubernur Irbil di Irak, pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin al-Ayyubi (1138-1193). Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad saw. dan meningkatkan semangat kaum muslimin yang tengah berjuang melawan pasukan Kristen Eropa dalam Perang Salib. Sultan Salahuddin al-Ayyubi juga menyampaikan pesan bahwa peringatan Maulid Nabi menjadi sarana yang  sangat  penting untuk membangkitkan semangat keislaman umat dengan meneladani akhlak dan kepribadian Rasulallah.
Menurut pakar tafsir Alquran yang juga mantan Menteri Agama RI, Prof. Dr. M. Quraish Shihab, peringatan Maulid Nabi tetap penting dilaksanakan. Selain untuk terus meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah saw. juga dalam rangka mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Peringatan kelahiran Nabi Muhammad saw. sejatinya bukan semata-mata perayaan yang hampa makna atau sekedar berhura-hura. Namun, sebagian kelompok muslim, terutama kalangan Salafiah dan Wahabi, berpendapat bahwa perayaan Maulid Nabi Muhammad saw. adalah bid'ah (mengada-adakan dalam urusan agama). Pendapat tersebut benar jika peringatan Maulid hanyalah ritual yang justru tidak menambah sentuhan mahabbah (cinta) terhadap Nabi Muhammad saw., menghamburkan materi, energi, dan waktu.
Hikmah   : Meneladani perilaku dan perbuatan mulia Rasulullah SAW. dalam setiap gerak kehidupan kita. Allah SWT  begitu  banyak  mengingatkan kita  :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا  )الأحزاب/21 ((Sesungguhnya telah ada pada diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)
Dalam  ayat  lain Allah dengan sangat  jelas  memberikan kepada  kita ummat Manusia  untuk melakukan  perenungan totalitas tentang  diutusnya Rasulallah SAW  kepada    manusia yang mempunyai  variabel kepada  kehiodupan berikutnya  yaitu etafe kehidupan  akhirat  sebagai  ending perjalanan hidup  setiap  Ruh, yaitu Rasulallah adalah “  Rahmat “..    Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiya’ 107)
Analisis  penulis :  Fenomena  ummat islam saat ini (  terutama kaum nahdiyin ) yang  sangat  menjaga  ritual  Maulid  Nabi  Muhammad  SAW, tidak  bisa kita  pungkiri dari kenyataan di  lapangan.   Bahwa  terdapat indikasi  Pelaksanaan Maulid  hanya  bersifat ceremonial agamis  insidensial, namun belum totalitas di jadikan  satu momentum utama  atau  momentum prinsip sebagai  acuan untuk memperbaiki  berbagai gerak langkah beragama seperti yang  di amanatkan oleh Rasulallah SAW  bagi ummat manusia  dalam menjalan etafe  kehidupan dunia  untuk  kehidupan berikutnya.
Penulis satu kritik  dari  pihak non muslim  tentang  SK 3 Menteri  tentang   perizinan tempat  peribadatan ummat beragama,kata mereka.    kami  pada  dasarnya  menyadari dengan  sadar, bahwa  tidak mungkin mendirikan tempat  ibadah jika kami hanya  berada  4 keluarga yang  berada di satu daerah. Tetapi  kami  juga  melihat merasa  kurang bijak  jika  ada  satu empat  ibadah yang  hanya  di  perdengarkan  suara  kaset  dan ummat yang  beribadahnya  kososng “. Dengan  Maulid  Nabi  Muhammad SAW  sangat  di harapkan mampu memunculkan nilai nilai dan kekuatan religiusitas  secara  maksimal dalam diri setiap muslim. Jika  kita ummat Islam tidak mengantisipasi  dan melakukan berbagai perbaikan pola keibadahan kita, hal ini  berarti  stigma  kaum wahabiyah  dan lainnya tentang  Mubaziritas ‘ ( bahasa penulis)  benar adanya  bagi  ummat  islam nahdiyin yang  mengedepankan peringatan Maulid  Nabi Muhammad SAW.
Khatimah : Pertama  adalah melakukan suatu pengukuran individual ( personal ) bagaimana aktualisasi Ibadah Sholat 5  waktu  yang kita  lakukan dalam hidup kita, karena pada sholat itulah sebenarnya hakikat  hidup ini, Rasulallah mengamanatkan kepada  ummat tentang  tingginya  value  sholat di  sisi Tuhan. Yang  kedua, hanya  dengan berakhlaq   dalam hidup  bermasyarakat manusia  akan mendapat  nilai  di sisi  Allah,  jika  akhlaq  kita  meniru  akhlaqnya  kaum Yahudi dan Nasrani  berarti  kita  tidak  Power full  menjadi ummat Rasulallah SAW.  Wallahu  a’lam bishowab. Mohon maaf.   Jeruk  Purut, 27  Desember 2013/ 26  Syafar 1435 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar