Perenungan Religiusitas dari Menyambut lahirnya Nabi Muhammad
Rasulallah SAW “
Oleh
Drs.H Hamzah MM
( Kuliah
Subuh Masjid Arrohmah Jakarta )
Puji
syukur kehadirat Allah SWT, Sholawat teriring salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Religiusitas adalah : Penghayatan
keagamaan dan kedalaman kepercayaan yang diekspresikan dengan melakukan ibadah
sehari-hari, berdoa, dan membaca kitab suci.(Ismail, 1997), dalam bahasa lain
religius ; elegare berarti melakukan sesuatu perbuatan dengan penuh
penderitaan, yakni jenis laku peribadatan yang dikerjakan berulang-ulang dan
tetap. ( Hawari ; 1996 ).
Dalam bahasa Arab, agama dikenal dengan kata al-din
dan al-milah. Kata al-din sendiri mengandung berbagai arti.
Ia bisa berarti al-izz (kejayaan), al-ikrah (pemaksaan),
al-ihsan (kebajikan), al-adat (kebiasaan), al-ibadat (pengabdian),),
al-tadzallul wa al-khudu (tunduk dan patuh), al-tha’at (taat),
al-islam al-tauhid (penyerahan dan mengesakan Tuhan) (Kahmad, 2002). Berdasarkan
uraian tersebut, religiusitas adalah
dorongan naluri untuk meyakini dan melaksanakan dari agama yang diyakininya,
dalam wujud taat kepada agama yang dianut meliputi keyakinan kepada Tuhan,
peribadatan, dan norma yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan.
Peringatan
Maulid Nabi Muhammad saw. diperkirakan pertama kali muncul setelah
diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang Gubernur Irbil di Irak, pada
masa pemerintahan Sultan Salahuddin al-Ayyubi (1138-1193). Tujuannya adalah
untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad saw. dan meningkatkan
semangat kaum muslimin yang tengah berjuang melawan pasukan Kristen Eropa dalam
Perang Salib. Sultan Salahuddin al-Ayyubi juga menyampaikan pesan bahwa
peringatan Maulid Nabi menjadi sarana yang
sangat penting untuk
membangkitkan semangat keislaman umat dengan meneladani akhlak dan kepribadian
Rasulallah.
Menurut
pakar tafsir Alquran yang juga mantan Menteri Agama RI, Prof. Dr. M. Quraish
Shihab, peringatan Maulid Nabi tetap
penting dilaksanakan. Selain untuk terus meningkatkan kecintaan kepada
Rasulullah saw. juga dalam rangka mengajak pada kebaikan dan mencegah
kemungkaran. Peringatan kelahiran Nabi Muhammad
saw. sejatinya bukan semata-mata perayaan yang hampa makna atau sekedar
berhura-hura. Namun, sebagian kelompok muslim, terutama kalangan Salafiah dan
Wahabi, berpendapat bahwa perayaan Maulid Nabi Muhammad saw. adalah bid'ah
(mengada-adakan dalam urusan agama). Pendapat tersebut benar jika peringatan Maulid
hanyalah ritual yang justru tidak menambah sentuhan mahabbah (cinta) terhadap Nabi Muhammad saw., menghamburkan
materi, energi, dan waktu.
Hikmah : Meneladani perilaku dan perbuatan mulia Rasulullah
SAW. dalam setiap gerak kehidupan kita. Allah SWT begitu
banyak mengingatkan kita :
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ
فِيْ رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ
الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا )الأحزاب/21 ((Sesungguhnya
telah ada pada diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)
Dalam
ayat lain Allah dengan
sangat jelas memberikan kepada kita ummat Manusia untuk melakukan perenungan totalitas tentang diutusnya Rasulallah SAW kepada
manusia yang mempunyai variabel kepada kehiodupan berikutnya yaitu etafe kehidupan akhirat
sebagai ending perjalanan
hidup setiap Ruh, yaitu Rasulallah adalah “ Rahmat “..
“ Dan tiadalah Kami mengutus kamu,
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiya’ 107)
Analisis
penulis :
Fenomena ummat islam saat ini
( terutama
kaum nahdiyin ) yang sangat menjaga
ritual Maulid Nabi
Muhammad SAW, tidak bisa kita
pungkiri dari kenyataan di
lapangan. Bahwa
terdapat indikasi Pelaksanaan Maulid hanya
bersifat ceremonial agamis
insidensial, namun belum totalitas di jadikan satu momentum utama atau
momentum prinsip sebagai acuan
untuk memperbaiki berbagai gerak langkah
beragama seperti yang di amanatkan oleh
Rasulallah SAW bagi ummat manusia dalam menjalan etafe kehidupan dunia untuk
kehidupan berikutnya.
Penulis satu kritik
dari pihak non muslim tentang
SK 3 Menteri tentang perizinan tempat peribadatan ummat beragama,kata mereka. “
kami pada dasarnya
menyadari dengan sadar, bahwa tidak mungkin mendirikan tempat ibadah jika kami hanya berada
4 keluarga yang berada di satu
daerah. Tetapi kami juga
melihat merasa kurang bijak jika
ada satu empat ibadah yang
hanya di perdengarkan
suara kaset dan ummat yang beribadahnya
kososng “. Dengan Maulid Nabi
Muhammad SAW sangat di harapkan mampu memunculkan nilai nilai dan
kekuatan religiusitas secara maksimal dalam diri setiap muslim. Jika kita ummat Islam tidak mengantisipasi dan melakukan berbagai perbaikan pola
keibadahan kita, hal ini berarti stigma
kaum wahabiyah dan lainnya tentang Mubaziritas ‘ ( bahasa penulis) benar
adanya bagi ummat
islam nahdiyin yang mengedepankan
peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Khatimah : Pertama adalah melakukan suatu pengukuran individual
( personal ) bagaimana aktualisasi Ibadah Sholat 5 waktu
yang kita lakukan dalam hidup
kita, karena pada sholat itulah sebenarnya hakikat hidup ini, Rasulallah mengamanatkan
kepada ummat tentang tingginya
value sholat di sisi Tuhan. Yang kedua,
hanya dengan berakhlaq dalam hidup
bermasyarakat manusia akan
mendapat nilai di sisi
Allah, jika akhlaq
kita meniru akhlaqnya
kaum Yahudi dan Nasrani
berarti kita tidak
Power full menjadi ummat
Rasulallah SAW. Wallahu a’lam bishowab. Mohon maaf. Jeruk Purut, 27
Desember 2013/ 26 Syafar 1435 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar