Sabtu, 16 Januari 2016

Hubungan Waktu dengan Hisab : Masjid Darussalam Marinir Cilandak



  Hubungan Waktu  dan Hisab Bagi Perjalanan Hidup  Manusia “
Oleh  Drs.H  Hamzah  Ahmad MM
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، اَلَّذِى خَلَقَ اْلإِنْسَانَ خَلِيْفَةً فِي اْلأَرْضِ وَالَّذِى جَعَلَ كُلَّ شَيْئٍ إِعْتِبَارًا لِّلْمُتَّقِيْنَ وَجَعَلَ فِى قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ بَهْجَةًوَّسُرُوْرًا. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحـْدَهُ لاَشـَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَهُوَعَلَى كُلِّ شَيْئ ٍقَدِيْرٌ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَاَفْضلِ اْلاَنْبِيَاءِ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَاِبه اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَاَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَِ
Puji  syukur  kehadirat  Allah SWT, Sholawat   teriring salam tercurah kepada  Nabi Muhammad SAW.
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِّمَنْ أَرَادَ أَن يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا
Dia (Allah) menjadikan malam dan siang silih berganti untuk memberi waktu (kesempatan) kepada orang yang ingin mengingat (mengambil pelajaran) atau orang yang ingin bersyukur (QS Al-Furqan [25]: 62
Hadirin sidang  jum,at,...Sedemikian besar peranan waktu dalam kehidupan setiap  manusia, sehingga Allah Swt. Berkali-kali bersumpah dengan menggunakan berbagai kata yang menunjuk pada waktu-waktu tertentu seperti wa Al-Lail (demi Malam), wa An-Nahar (demi Siang), wa As-Subhi, wa AL-Fajr, dan lain-lain.
APA YANG DIMAKSUD DENGAN WAKTU ?
Dalam Kamus Besar Bahasa indonesia paling tidak terdapat  kata “waktu”: (1) seluruh rangkaian saat, yang telah berlalu, sekarang, dan yang akan datang.  Sedangkan orang arab mengatakan di dalam pepatahnya ;
قَطَعَكَ  الوَقْتُ كَالسَّيْفِ إِذَا لَـمْ تَقْطَعْهُ (waktu bagaikan pedang, jika kamu tidak memotongnya maka dia akan memotongmu).
Dalam analisa lain,waktu memiliki sifat irreversible (tidak pernah kembali), untransfersible (tidak bisa dipindahkan kepada orang lain), unsubstitution (tidak tergantikan oleh apa pun), dan unpayable (tak dapat dibeli).  
Kitab suci Al-Quran menggunakan beberapa kata untuk menunjukkan makna-makna di atas, seperti ;
a. Ajal, untuk menunjukkan waktu berakhirnya sesuatu, seperti berakhirnya usia manusia atau masyarakat. Setiap umat mempunyai batas waktu berakhirnya usia. 
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاء أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu [537]; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.   ( QS Al A'raf (7) -Verse 34 )
Kata ajal memberi kesan bahwa segala sesuatu ada batas waktu berakhirnya, sehingga tidak ada yang langgeng dan abadi kecuali Allah Swt.
b. Ashr ; makna aslinya adalah perasan, yang berarti bahwa manusia itu harus memeras pikiran dan keringatnya untuk amal soleh. Menunjukkan bahwa saat – saat yang dialami oleh manusia harus diisi dengan kerja keras, amal shaleh, dsb.
Kata ‘ashr adalah hal terpenting dalam kehidupan manusia.    Rasululloh SAW pernah bersabda : 
 ( نعمتانِ مغْبونٌ فيهما كثيرُ من الناس : الصِحةُ والفراغُ )  “Dua nikmat yang kebanyakan manusia rugi di dalamnya : Kesehatan dan Waktu Luang ” (HR. Bukhari)
pesan Sayyidul Auliya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani bahwa:
لاَبُدَّ لِكُلِّ مُؤْمِنٍ فِى سَائِرِ اَحْوَالِهِ مِنْ ثَلَاثَةِ أَشْيَاء: أَمْرٌ يَمْتَثِلُهُ وَنَهْيٌ يَجْتَنِبُهُ وَقَدْرٌ يَرْضَى بِهِ
Setiap muslim harus berada dalam tiga keadaan yaitu, melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan Allah dan rela akan qadha dan qadar (ketetapan) Allah Swt.                                                                
Harus  manusia  sadari  bahwa  waktu  itu  berjalan dan berproses untuk manusia  itu  sendiri. Dan  pada  kondisi  nanti seluruh  manusia  akan di kembalikan kepada  Allah, sesuai  dengan firmannya  :
وَإِن كُلٌّ لَّمَّا جَمِيعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُونَ
Dan setiap mereka semuanya akan dikumpulkan lagi kepada Kami. (  QS Yaa Siin (36) -Verse 32 )
Situasi  di kumpulkannya  seluruh manusia  tidak lain adalah proses  Hisab ( perhitungan ).
Secara bahasa (etimologi ) hisab adalah perhitungan. Sedangkan secara Syar’i (terminologi) adalah Alllah memperlihatkan kepada hamba-hamba-Nya tentang amal-amal mereka.  Pengertian hisab adalah, peristiwa Allah menampakkan kepada manusia amalan mereka di dunia dan menetapkannya. Allah  SWT mengingatkan dan memberitahukan kepada manusia tentang amalan kebaikan dan keburukan yang telah mereka lakukan.
Diriwayatkan dari ‘Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَجْمَعُ اللهُ الأَوَّلِيْنَ وَالآخِرِيْنَ لِمِيْقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُوْمٍ قِيَامًا أَرْبَعِيْنَ سَنَةً شَاخِصَةً أَبْصَارُهُمْ يَنْتَظِرُوْنَ فَصْلَ الْقَضَاءِ
“Allah mengumpulkan semua manusia dari yang pertama sampai yang terakhir, pada waktu hari tertentu dalam keadaan berdiri selama empat puluh tahun. Pandangan-pandangan mereka menatap (ke langit), menanti pengadilan Allah.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya dan ath-Thabrani. Hadits ini dinilai shahih oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wat-Tarhib, no.3591).
Hisab menurut istilah aqidah memiliki dua pengertian.
Pertama. Al ‘Aradh (penampakan dosa dan pengakuan), Pengertian umum, yaitu seluruh makhluk ditampakkan di hadapan Allah dalam keadaan menampakkan lembaran amalan mereka. Ini mencakup orang yang dimunaqasyah hisabnya dan yang tidak dihisab.   
وَإِن كُلٌّ لَّمَّا جَمِيعٌ لَّدَيْنَا مُحْضَرُونَ
Dan setiap mereka semuanya akan dikumpulkan lagi kepada Kami. (  QS Yaa Siin (36) -Verse 32 )
Situasi  di kumpulkannya  seluruh manusia  tidak lain adalah proses  Hisab ( perhitungan ).
Kedua. Munaqasyah (diperiksa secara sungguh-sungguh) dan inilah yang dinamakan hisab (perhitungan) antara kebaikan dan keburukan.   Sebagai  perenungan sejarah Khalifah Umar  Ibn Khottab  berkata :
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَزِنُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُوزَنُوا،فَإِنَّهُ أَهْوَنُ فِي الْحِسَابِ غَدًا أَنْ تُحَاسِبُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ
“Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, timbanglah diri kalian sebelum (amal) kalian ditimbang, karena lebih ringan bagi kalian tatkala kalian dihisab kelak, jika kalian menghisab diri kalian sekarang.”
Kalimat  syaidina  Ummar ibnu  Khattab  sangat  mempunyai  hubungan dengan apa  yang pernah rasulallah sabdakan :
لَا تَزُولُ قَدَمَا الْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسِ خِصَالٍ، وَعَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، عَنْ شَبَابِهِ فِيمَا أَبْلَاهُ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ؟ وَأَيْنَ أَنْفَقَهُ؟ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيهِ
“Tidak akan bergeser dua kaki seorang hamba hingga ia ditanya tentang 5 perkara, tentang umurnya kemana ia habiskan?, tentang masa mudanya kemana ia habiskan?, tentang hartanya dari mana ia mendapatkannya dan kemana ia gunakan?, tentang ilmunya apa yang ia telah amalkan?” (HR. At-Tirmidzi, dan ada syawahidnya menjadi hadits hasan).
الْيَوْمَ تُجْزَىٰ كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ ۚ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
artinya :Pada hari ini, tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya. [al Mu’min / 40 : 17].
Allah Ta’ala berfirman:إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ (25) ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ (26)
“Sungguh, kepada Kami-lah mereka kembali. kemudian sesungguhnya (kewajiban) Kami-lah membuat perhitungan atas mereka.” (QS. Al-Ghasyiyah: 25 – 26).
Sebuah doa yang patut kita amalkan demi meraih kemudaan saat dihisab di akhirat kelak.yaitu :  عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سَمِعْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ فِى بَعْضِ صَلاَتِهِ « اللَّهُمَّ حَاسِبْنِى حِسَاباً يَسِيرًا ». فَلَمَّا انْصَرَفَ قُلْتُ يَا نَبِىَّ اللَّهِ مَا الْحِسَابُ الْيَسِيرُ قَالَ « أَنْ يَنْظُرَ فِى كِتَابِهِ فَيَتَجَاوَزَ عَنْهُ إِنَّهُ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَوْمَئِذٍ يَا عَائِشَةُ هَلَكَ وَكُلُّ مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ يُكَفِّرُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهِ عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةُ تَشُوكُهُ ».    Dari Aisyah, ia berkata, saya telah mendengar Nabi Muhammad SAW pada sebagian shalatnya membaca, “Allahumma haasibnii hisaabay yasiiroo (Ya Allah hisablah aku dengan hisab yang mudah).” Ketika beliau berpaling saya bekata, “Wahai Nabi Allah, apa yang dimaksud dengan hisab yang mudah?” Beliau bersabda, “Seseorang yang Allah melihat kitabnya lalu memaafkannya. Karena orang yang diperdebatkan hisabnya pada hari itu, pasti celaka wahai Aisyah. Dan setiap musibah yang menimpa orang beriman Allah akan menghapus (dosanya) karenanya, bahkan sampai duri yang menusuknya.”
Khotimah :  Waktu dan Hisab bagi  manusia ternyata  sangat  mempunyai hubungan yang erat dalam target hidup yang sempurna bagi kita  manusia. Al-qur,an dan Hadist menjelaskan bahwa situasi itu pasti akan di alami setiap manusia.  Ketika  kita  menginginkan  proses  hisab melalui   al- a,rodh  dan Munaqosah  dengan sempurna tentunya  tergantung dengan  keadaan  waktu  yang terisi ( produktifitas amaliyah diniyah  ) bagi setiap kita  manusia.  Diantara  pendukung  keberhasilan hisab  diantaranya adalah menghadirkan jasad diri  kita di majelis Ilmu, Melahirkan pola pemikiran kita  untuk senantiasa mengabdi dan membesarkan ajaran Allah Swt dengan baik berdasarkan keilmuan yang kita  pahami.
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.'' (QS al-Dzariyat [51]: 55).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar