Kamis, 28 Januari 2016

Kematangan Proses Beragamanya Manusia ( Masjid Jami' Al Wustho Jakarta )



KEMATANGAN PROSES  BERAGAMANYA  MANUSIA

Puji  syukur,................sholawat serta  salam,..........wasiat  Taqwa,...

Kematangan beragama adalah kemampuan seseorang untuk mengenali atau memahami nilai agama yang terletak pada nilai-nilai luhurnya serta menjadikan nilai-nilai dalam berikap dan bertingkah laku merupakan ciri dari kematangan bergama.    Mensikapi proses  terciptanya kematangan beragama manusia, Prof.Dr.Rosihan Anwar MA,.dalam buku Pengantar  Studi Islam, kami nukilkan ; Dalam meraih dan mempertahankan aqidah  dengan sempurna,setidaknya 7 hal  perlu kita cermati untuk kesempurnaan  beragama,yaitu :
1.  Pendekatan  Teologis  ;  Menganalisa Agama tekstual  atau  kitabi
2.  Pendekatan Antropologis ; Melihat wujud praktek  Agama di  masyarakat
3.  Pendekatan Sosiologis ; Mempelajari fenomena   strata kehidupan sosial   manusia
4.  Pendekatan Filosofis ; Mencari  sesuatu  secara  mendasar, asas, inti di  balik  sifat  lahiriyah
5.  Pendekatan  Historis ; Menelusuri  asal usul munculnya pemikiran keagamaan
6.  Pendekatan Kebudayaan ; Interaksi  agama  dalam budaya manusia
7.  Pendekatan  Psikologis ; Mencari  sisi  ilmiah dari  asfek bathini dalam  pengalaman beragama
Kematangan beragama dapat terlihat dari kemampuan seseorang untuk memahami nilai-nilai luhur agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari.   Kematangan beragama atau kedewasaan seseorang dalam bergama biasanya ditunjukkan dengan kesadaran keyakinan yang teguh karena menganggap benar akan agama yang dianutnya dan ia memerlukan agama tersebut dalam hidupnya. Dan kebenaran Islam secara  analisa beberapa Pendekatan di atas tadi sangat  jelas.
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak akan diterima dari padanya, dan ia di akhirat kelak termasuk orang-orang yang merugi.” (Ali Imron: 85).” [Tafsir Ibnu Katsir, 2/52]
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.” [Al-Maidah: 3]
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ مَا اِنْ تَمَسَكْتُمْ بِهِمَا لَنْ تَضِلُّوْا اَبَدَ كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِى  “Aku tinggalkan kamu dua perkara, kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang dengan kedua-duanya, yaitu kitab Allah (Al-Qur’an) dan sunnahku.” (  Hadist Shohih ).
Manusia mengalami dua macam perkembangan yaitu perkembangan jasmani dan perkembangan rohani. Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia, antara lain adalah :
  • Karena agama merupakan sumber moral.
  • Karena agama merupakan petunjuk kebenaran.
  • Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
  • Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun di kala duka.
Manusia sejak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta tidak mengetahui apa-apa sebagaimana firman Allah dalam Q. S. al-Nahl (16) : 78
وَاللّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ الْسَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di antara mereka yang mensyukurinya.  (  QS  An Nahl 78 )

Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar dirinya. Godaan dan rayuan dari dalam diri manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu:



·           Godaan dan rayuan yang berusaha menarik manusia ke dalam lingkungan kebaikan, yang menurut istilah Al-Gazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin disebut dengan malak al-hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada hidayah atau kebaikan.



·           Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada kejahatan, yang menurut istilah Al-Gazali dinamakan malak al-ghiwayah, yakni kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada kejahatan.



Diantara  9  keturunan Iblis  musuh utama  manusia  ada  yang bernama Iblis Al-Wasnan,  Iblis  ini  selalu bekerja untuk menjerumuskan anak keturunan  Nabi Adam ( manusia ) dari beriman menjadi ahli maksiat, bahkan dirinya sampai rela menanggal­kan aqidahnya yang disebabkan oleh malas beribadah kepada  Allah yang di pengaruhi oleh Iblis Al Wasnan  ini.   Malas beribadah itu menunjuk­kan lemah keimanannya, bahkan keimanan­nya bisa sebagai lipstik belaka, buktinya ia mengaku beriman tetapi tidak mau beribadah,  tidak mau  melakukan pendekatan kepada  Allah secara  kontinue, larangannya ia terjang. Orang-orang seperti inilah yang setia menjadi pengikut Iblis Al-Wasnan, yang malas beribadah tetapi senang bermaksiat.



Al-Qur'an telah memperingatkan kaum muslimin agar tidak mengikuti langkah-­langkah Iblis, sebab Iblis itu menyesatkan, menyauhkan orang agar tidak beribadah ke­pada Allah Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an surat Al-An'am 142:
.....وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

"Dan janganlah kamu mmglkuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al An'am 6:142)"

Di sinilah letak fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia kejalan yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran. Yang pada  dasarnya  semua  itu di pengaruhi oleh Iblis  dan keturunannya.  Batasan batasan keberhasilan beragama sudah di koridorkan oleh Allah, renungkan firman Allah :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (2) الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ (3) أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا ۚ لَّهُمْ دَرَجَاتٌ عِندَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ (4
Sesungguhnya orang beriman itu hanyalah mereka yang disebut nama Allah bergetar hatinya, jika dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya ayat itu membuat iman mereka makin bertambah, dan hanya Kepada Rabb mereka bertawakkal . Yaitu orang yang mendirikan shalat dan menginfakkan sebagian (harta) yang Kami rezkikan kepada mereka. Mereka itulah orang beriman yang hakiki, dan mereka akan memperoleh kedudukan (derajat) yang tinggi di sisi Tuhan mereka, ampunan, serta rezki yang mulia” (terj. Qs. Al-Anfal ayat 2-4).
Orang yang Matang Beragama Menurut Al-Qur’an
Kriteria yang diberikan oleh Al-Qur'an bagi mereka yang dikategorikan orang yang matang beragama Islam cukup bervariasi. Seperti pada sepuluh ayat pertama pada Surah Al-Mu'minun dan bagian akhir dari Surah Al-Furqan.

Beberapa  kreteria  mereka  yang sebenarnya  beriman dalam pandangan dan pendekatan qur,ani adalah :

1.      Mereka yang khusyu' shalatnya
2.      Menjauhkan diri dari (perbuatan-perbuatan) tiada berguna
3.      Menunaikan zakat
4.      Menjaga kemaluannya kecuali kepada isteri-isteri yang sah
5.      Jauh dari perbuatan melampaui batas (zina, homoseksual, dan lain-lain)
6.      Memelihara amanat dan janji yang dipikulnya
7.      Memelihara shalatnya (QS. Al-Mu'minun : 1 - 10)

Orang yang matang beragama menurut As-Sunnah
Dari ‘Amr bin ‘Auf bin Zaid al-Muzani radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِى فَعَمِلَ بِهَا النَّاسُ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun“.  Rasulullah SAW memberikan batas minimal bagi seorang yang disebut muslim yaitu disebut muslim itu apabila muslim-muslim lain merasa aman dari lidah dan tangannya (HR. Muslim).
مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“(Mereka) yang memberikan rasa aman kepada saudara Muslim-nya daripada gangguan lisan dan tangannya.” (riwayat Bukhari)

Rasul Muhammad Saw, seperti yang dituliskan imam Bukhari dalam kitab Shahehnya:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
Artinya  : Ada tiga perkara bila ketiganya ada dalam diri seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman. 1) Bahwa Allah dan rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya. 2) Dia mencintai seseorang hanya karena Allah Ta’la. Dan 3) Dia benci untuk kembali kepada kekufuran (baik I’tiqodi, hukum, akhlak ibadah dan sebagainya) sebagaimana ia benci dilemparkan ke dalam neraka. (H.R. Imam Bukhari).
Sementara ciri-ciri lain disebutkan cukup banyak bagi orang yang meningkatkan kualitas keimanannya. Sehingga tidak jarang Nabi SAW menganjurkan dengan cara peringatan, seperti: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan Rasul-Nya hendaknya dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri" (HR. Bukhari).
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Katakanlah : “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lahi Maha Penyanyang.” (QS. Ali Imran:31)

Peringatan shahabat Ali r.a. bahwa klimaks orang ciri keagamaannya matang adalah apabila orang tersebut bertaqwa kepada Allah SWT. Dan inti taqwa itu ada empat, yaitu:
1. Mengamalkan isi Al-Qur'an
2. Mempunyai rasa takut kepada Allah sehingga berbuat sesuai dengan perintah-perintah Nya dan meninggalkan larangan-Nya
3.  Merasa puas dengan pemberian atau karunia Allah SWT meskipun terasa sedikit
4.   Persiapan untuk menjelang kematian dengan meningkatkan kualitas keimanan dan amal shaleh.

Sedangkan Ibnul Qoyyim,menyebutkan  bahwa orang yang matang beragama mempunyai  beberapa kriteria, yaitu:

1)  Dia terbina keimanannya yaitu selalu menjaga fluktualitas keimanannya agar selalu bertambah kualitasnya
2)  Dia terbina ruhiyahnya yaitu menanamkan pada dirinya kebesaran dan keagungan Allah serta segala yang dijanjikan di akherat kelak, sehingga dia menyibukkan diri untuk meraihnya
3)  Dia terbina pemikirannya sehingga akalnya diarahkan untuk memikirkan ayat-ayat Allah Al-Kauniyah (cipataan-Nya) dan Al-Qur'aniyah (firman-Nya).
4)  Dia terbina akhlaknya dimana kepribadiannya di bangun diatas pondasi akhlak mulia sehingga kalau berbicara dia jujur, bermuka manis, menyantuni yang tidak mampu, tidak menyakiti orang lain dan berbagai akhlak mulia
5)  Dia terbina kemasyarakatannya karena menyadari sebagai makhluk sosial, dia harus memperhatikan lingkungannya sehingga dia berperan aktif mensejahterakan masyarakat baik intelektualitasnya, ekonominya, kegotang-royongannya, dan lain-lain
وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan  (  QS An Nuur (24)  ayat 52 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar