Kamis, 28 Januari 2016

Kematangan Proses Beragamanya Manusia ( Masjid Jami' Al Wustho Jakarta )



KEMATANGAN PROSES  BERAGAMANYA  MANUSIA

Puji  syukur,................sholawat serta  salam,..........wasiat  Taqwa,...

Kematangan beragama adalah kemampuan seseorang untuk mengenali atau memahami nilai agama yang terletak pada nilai-nilai luhurnya serta menjadikan nilai-nilai dalam berikap dan bertingkah laku merupakan ciri dari kematangan bergama.    Mensikapi proses  terciptanya kematangan beragama manusia, Prof.Dr.Rosihan Anwar MA,.dalam buku Pengantar  Studi Islam, kami nukilkan ; Dalam meraih dan mempertahankan aqidah  dengan sempurna,setidaknya 7 hal  perlu kita cermati untuk kesempurnaan  beragama,yaitu :
1.  Pendekatan  Teologis  ;  Menganalisa Agama tekstual  atau  kitabi
2.  Pendekatan Antropologis ; Melihat wujud praktek  Agama di  masyarakat
3.  Pendekatan Sosiologis ; Mempelajari fenomena   strata kehidupan sosial   manusia
4.  Pendekatan Filosofis ; Mencari  sesuatu  secara  mendasar, asas, inti di  balik  sifat  lahiriyah
5.  Pendekatan  Historis ; Menelusuri  asal usul munculnya pemikiran keagamaan
6.  Pendekatan Kebudayaan ; Interaksi  agama  dalam budaya manusia
7.  Pendekatan  Psikologis ; Mencari  sisi  ilmiah dari  asfek bathini dalam  pengalaman beragama
Kematangan beragama dapat terlihat dari kemampuan seseorang untuk memahami nilai-nilai luhur agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari.   Kematangan beragama atau kedewasaan seseorang dalam bergama biasanya ditunjukkan dengan kesadaran keyakinan yang teguh karena menganggap benar akan agama yang dianutnya dan ia memerlukan agama tersebut dalam hidupnya. Dan kebenaran Islam secara  analisa beberapa Pendekatan di atas tadi sangat  jelas.
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak akan diterima dari padanya, dan ia di akhirat kelak termasuk orang-orang yang merugi.” (Ali Imron: 85).” [Tafsir Ibnu Katsir, 2/52]
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ
“Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.” [Al-Maidah: 3]
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ مَا اِنْ تَمَسَكْتُمْ بِهِمَا لَنْ تَضِلُّوْا اَبَدَ كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِى  “Aku tinggalkan kamu dua perkara, kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang dengan kedua-duanya, yaitu kitab Allah (Al-Qur’an) dan sunnahku.” (  Hadist Shohih ).
Manusia mengalami dua macam perkembangan yaitu perkembangan jasmani dan perkembangan rohani. Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan manusia, antara lain adalah :
  • Karena agama merupakan sumber moral.
  • Karena agama merupakan petunjuk kebenaran.
  • Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.
  • Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka, maupun di kala duka.
Manusia sejak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta tidak mengetahui apa-apa sebagaimana firman Allah dalam Q. S. al-Nahl (16) : 78
وَاللّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ الْسَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di antara mereka yang mensyukurinya.  (  QS  An Nahl 78 )

Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar dirinya. Godaan dan rayuan dari dalam diri manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu:



·           Godaan dan rayuan yang berusaha menarik manusia ke dalam lingkungan kebaikan, yang menurut istilah Al-Gazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin disebut dengan malak al-hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada hidayah atau kebaikan.



·           Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada kejahatan, yang menurut istilah Al-Gazali dinamakan malak al-ghiwayah, yakni kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada kejahatan.



Diantara  9  keturunan Iblis  musuh utama  manusia  ada  yang bernama Iblis Al-Wasnan,  Iblis  ini  selalu bekerja untuk menjerumuskan anak keturunan  Nabi Adam ( manusia ) dari beriman menjadi ahli maksiat, bahkan dirinya sampai rela menanggal­kan aqidahnya yang disebabkan oleh malas beribadah kepada  Allah yang di pengaruhi oleh Iblis Al Wasnan  ini.   Malas beribadah itu menunjuk­kan lemah keimanannya, bahkan keimanan­nya bisa sebagai lipstik belaka, buktinya ia mengaku beriman tetapi tidak mau beribadah,  tidak mau  melakukan pendekatan kepada  Allah secara  kontinue, larangannya ia terjang. Orang-orang seperti inilah yang setia menjadi pengikut Iblis Al-Wasnan, yang malas beribadah tetapi senang bermaksiat.



Al-Qur'an telah memperingatkan kaum muslimin agar tidak mengikuti langkah-­langkah Iblis, sebab Iblis itu menyesatkan, menyauhkan orang agar tidak beribadah ke­pada Allah Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an surat Al-An'am 142:
.....وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

"Dan janganlah kamu mmglkuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al An'am 6:142)"

Di sinilah letak fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia kejalan yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran. Yang pada  dasarnya  semua  itu di pengaruhi oleh Iblis  dan keturunannya.  Batasan batasan keberhasilan beragama sudah di koridorkan oleh Allah, renungkan firman Allah :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (2) الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ (3) أُولَٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا ۚ لَّهُمْ دَرَجَاتٌ عِندَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ (4
Sesungguhnya orang beriman itu hanyalah mereka yang disebut nama Allah bergetar hatinya, jika dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya ayat itu membuat iman mereka makin bertambah, dan hanya Kepada Rabb mereka bertawakkal . Yaitu orang yang mendirikan shalat dan menginfakkan sebagian (harta) yang Kami rezkikan kepada mereka. Mereka itulah orang beriman yang hakiki, dan mereka akan memperoleh kedudukan (derajat) yang tinggi di sisi Tuhan mereka, ampunan, serta rezki yang mulia” (terj. Qs. Al-Anfal ayat 2-4).
Orang yang Matang Beragama Menurut Al-Qur’an
Kriteria yang diberikan oleh Al-Qur'an bagi mereka yang dikategorikan orang yang matang beragama Islam cukup bervariasi. Seperti pada sepuluh ayat pertama pada Surah Al-Mu'minun dan bagian akhir dari Surah Al-Furqan.

Beberapa  kreteria  mereka  yang sebenarnya  beriman dalam pandangan dan pendekatan qur,ani adalah :

1.      Mereka yang khusyu' shalatnya
2.      Menjauhkan diri dari (perbuatan-perbuatan) tiada berguna
3.      Menunaikan zakat
4.      Menjaga kemaluannya kecuali kepada isteri-isteri yang sah
5.      Jauh dari perbuatan melampaui batas (zina, homoseksual, dan lain-lain)
6.      Memelihara amanat dan janji yang dipikulnya
7.      Memelihara shalatnya (QS. Al-Mu'minun : 1 - 10)

Orang yang matang beragama menurut As-Sunnah
Dari ‘Amr bin ‘Auf bin Zaid al-Muzani radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِى فَعَمِلَ بِهَا النَّاسُ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku, kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi pahala mereka sedikit pun“.  Rasulullah SAW memberikan batas minimal bagi seorang yang disebut muslim yaitu disebut muslim itu apabila muslim-muslim lain merasa aman dari lidah dan tangannya (HR. Muslim).
مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“(Mereka) yang memberikan rasa aman kepada saudara Muslim-nya daripada gangguan lisan dan tangannya.” (riwayat Bukhari)

Rasul Muhammad Saw, seperti yang dituliskan imam Bukhari dalam kitab Shahehnya:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
Artinya  : Ada tiga perkara bila ketiganya ada dalam diri seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman. 1) Bahwa Allah dan rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya. 2) Dia mencintai seseorang hanya karena Allah Ta’la. Dan 3) Dia benci untuk kembali kepada kekufuran (baik I’tiqodi, hukum, akhlak ibadah dan sebagainya) sebagaimana ia benci dilemparkan ke dalam neraka. (H.R. Imam Bukhari).
Sementara ciri-ciri lain disebutkan cukup banyak bagi orang yang meningkatkan kualitas keimanannya. Sehingga tidak jarang Nabi SAW menganjurkan dengan cara peringatan, seperti: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan Rasul-Nya hendaknya dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri" (HR. Bukhari).
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Katakanlah : “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lahi Maha Penyanyang.” (QS. Ali Imran:31)

Peringatan shahabat Ali r.a. bahwa klimaks orang ciri keagamaannya matang adalah apabila orang tersebut bertaqwa kepada Allah SWT. Dan inti taqwa itu ada empat, yaitu:
1. Mengamalkan isi Al-Qur'an
2. Mempunyai rasa takut kepada Allah sehingga berbuat sesuai dengan perintah-perintah Nya dan meninggalkan larangan-Nya
3.  Merasa puas dengan pemberian atau karunia Allah SWT meskipun terasa sedikit
4.   Persiapan untuk menjelang kematian dengan meningkatkan kualitas keimanan dan amal shaleh.

Sedangkan Ibnul Qoyyim,menyebutkan  bahwa orang yang matang beragama mempunyai  beberapa kriteria, yaitu:

1)  Dia terbina keimanannya yaitu selalu menjaga fluktualitas keimanannya agar selalu bertambah kualitasnya
2)  Dia terbina ruhiyahnya yaitu menanamkan pada dirinya kebesaran dan keagungan Allah serta segala yang dijanjikan di akherat kelak, sehingga dia menyibukkan diri untuk meraihnya
3)  Dia terbina pemikirannya sehingga akalnya diarahkan untuk memikirkan ayat-ayat Allah Al-Kauniyah (cipataan-Nya) dan Al-Qur'aniyah (firman-Nya).
4)  Dia terbina akhlaknya dimana kepribadiannya di bangun diatas pondasi akhlak mulia sehingga kalau berbicara dia jujur, bermuka manis, menyantuni yang tidak mampu, tidak menyakiti orang lain dan berbagai akhlak mulia
5)  Dia terbina kemasyarakatannya karena menyadari sebagai makhluk sosial, dia harus memperhatikan lingkungannya sehingga dia berperan aktif mensejahterakan masyarakat baik intelektualitasnya, ekonominya, kegotang-royongannya, dan lain-lain
وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ
Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan  (  QS An Nuur (24)  ayat 52 )

Minggu, 24 Januari 2016

Idealisme Beragama Dan Bernegara



“ Aqidah Islamiyah  menuju kekuatan Idealisme  spiritual  Dan Idealisme Bernegara dalam Bingkai  Istiqomah Ummat “
Oleh  Drs.H Hamzah  Ahmad MM
(  Kajian  Kauseri Pagi : Marinir  Cilandak 27 Januari 2016 )

فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُواْ بِاللّهِ وَاعْتَصَمُواْ بِهِ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِي رَحْمَةٍ مِّنْهُ وَفَضْلٍ وَيَهْدِيهِمْ إِلَيْهِ صِرَاطًا مُّسْتَقِيمًا

Artinya  : Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya.  ( QS An Nisaa (4) ayat  175 )



Puji  syukur kehadirat  Allah SWT.Sholawat  serta  salam selalu  tercurah  kepada  Rasulallah SAW.
Hadirin sidang jum,at,....
Perkembangan  pemikiran ummat saat  ini sangat  perlu  mendapatkan perhatian khusus, terutama pemikiran pemikiran yang keluar dari   syariah yang telah di  tentunkan oleh Allah  SWT. AQidah sangat  berpengaruh dalam keberhasilan keberagamaannya  seseorang, jika  aqidahnya  melenceng dari  yang konstitusikan oleh Allah maka  jelas di  mahkaamah Allah  manusia  tersebuat akan menyesal.  Oleh karenanya  sangat  perlu  kita  mengetangahkan pembahasan; “ Aqidah Islamiyah  menuju kekuatan Idealisme  spiritual  dalam Bingkai  Istiqomah Ummat “

Aqidah menurut bahasa Arab (etimologi) berasal dari kata al-‘aqdu yang berarti ikatan, at-tautsiiqu yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah  yang berarti mengikat dengan kuat. Sedangkan menurut istilah (terminologi): ‘aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.  Menurut Hasan Al-Banna dalam kitab Majmu’ah ar-rasail:  “Aqaid (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib di yakini kebenaranya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan keragu-raguan”. Jadi, ‘Aqidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah SWT dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang telah shahih tentang Prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma’ (konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qath’i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur-an dan As-Sunnah. yang shahih serta ijma’ Salafush Shalih.

Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh.Allah subahanahu wata`ala berfirman,

قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ فَإِن تَوَلَّوا فَإِنَّمَا عَلَيْهِ مَا حُمِّلَ وَعَلَيْكُم مَّا حُمِّلْتُمْ وَإِن تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ
Katakanlah: "Ta'at kepada Allah dan ta'atlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu ta'at kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang". ( QS An Nuur (24) ayat  54 )

Para  sahabat rasulallah sangat  memegang kuat  aqidah  ini, Karena itulah, maka mereka dipersaksikan oleh Rasulullah saw sebagai golongan yang selamat, Tiga generasi inilah yang secara umum disebut sebagai generasi salaf. Rasulullah bersabda tentang mereka,
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ…
Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah generasi pada masaku, lalu generasi berikutnya, lalu generasi berikutnya…” (H.R. Bukhari dan Muslim)
قَالَ : مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِى
Artinya: “Mereka (golongan yang selamat) adalah orang-orang yang berada di atas suatu prinsip seperti halnya saya dan para shahabat saya telah berjalan di atasnya.” (H.R. Tirmidzi).
Hadirin  sidang  jum,at Rohimakumullah.

Sedangkan Idealisme adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berpaham bahwa pengetahuan dan kebenaran tertinggi adalah ide. Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa (mind) dan roh (spirit). Istilah ini diambil dari kata ”idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Arti dari kata idealisme sendiri adalah suatu setandar kesempurnaan, Keunggulan, Keindahan, dan kebaikan,

Di sisi  lain  tentang  Idealisme. Idealisme adalah sesuatu yang dianggap benar oleh seseorang yang didasarkan pada pengalaman, pendidikan, kultur budaya atau kebiasaan.
Atau  dapat di  katakan ; Idealisme itu adalah suatu pemikiran, ide, logika manusia yang jujur (murni) yang menuju kearah ideal.  Maka Jika  kita  satukan (konvergensikan ) dengan pembahasan terhadap nilai nilai agama  atau spiritual, maka  akan di dapati  istilah  Idealisme  Spritual.  Idealisme  spiritual inilah yang  sangat  prinsip  di era  global saat ini,  untuk kita  pikirkan dalam kehidupan  kita. Karena  Idealisme  spiritual  ini  sangat  mempunyai  keterhubungan dengan yang namanya  aqidah ( keyakinan).

Keberhasilan hidup yang ingin kita  raih  akan sangat tergantung dari  konsep dan aktualisasi  hal ini, Kemudian  bagaimana sebenarnya  menelaah  dan mempertahankan  “Aqidah Islamiyah  menuju kekuatan Idealisme  spiritual  dalam Bingkai  Istiqomah Ummat ?
 Hadirin sidang jum,at,...
Kehidupan  kita  manusia  sangat  rentan dengan “ terpeleset”. terutama dengan rayuan Iblis laknatullah, yang  menelusuk kedalam qolbu yang paling dalam, itulah hawa  nafsu duniawi namanya. Terkadang  banyak  manusia yang tidak sadari diri posisi ini, karena  iblis  sangat  keberatan jika  ada  manusia  yang derajatnya  naik (tinggi)  di sisi  Allah SWT. Baik  derajat di  dunia  maupun  derajat  di akhirat, karena  derajat di  dunia  ini  sangat  mempunyai  pengaruh  bahkan linier atau  keterhubungan pada  derajat  di akhirat kelak. Sedangkan porsi  akhirat  sinyal  dari  Allah :
وَلَأَجْرُ الآخِرَةِ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ آمَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ
Dan sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih baik, bagi orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa. (  QS Yusuf (12) ayat  57 )

Dalam Hadits tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَا تَزُوْلُ قَدَمَا ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ.
Artinya : Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi RabbNya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan, dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya.” (HR. at-Tirmidzi no. 2416, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, jilid 10, hal 8, no. 9772 dan Hadits ini telah dihasankan oleh Syaikh Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no. 946)
 
 وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى
Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.  ( QS Al A'laa (87) –Ayat  17 )

 كَذَلِكَ الْعَذَابُ وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Artinya : Seperti itulah azab (dunia). Dan sesungguhnya azab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui  (  QS Al Qalam (68) ayat 33)
Hadirin Sidang  jum,at,.........
Untuk  mempertahankan  aqidah yang  tertanam dalam  relung  hati  kita  pada  esensi  idealisme  spiritual, di era global   manusia  sudah  tidak akan mengalami jeda antar benua,setidaknya  perlu ummat islam lakukan 2 faktor  implementasi jihad, diantaranya ;
1.    Berjuang melawan sifat dasar yang buruk dalam diri sendiri yaitu melawan nafsu dan kecenderungan kepada kejahatan atau  kemaksiatan kepada  kepada Allah.
2.    Berjuang melalui karya tulis, bicara dan membelanjakan harta guna penyiaran kebenaran Islam.

Kekuatan  jihad yang ummat lakukan  tentunya  bukan pada  implementasi jihad yang  fundamental, akan tetapi   membangun kesadaran ummat untuk terus  mempertahankan idealisme  spiritual dalam diri  dengan maksimal pada kehidupan sehari hari.  Maka  itulah  proses  lahirnya  Istiqomah  dalam keimanan.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (  QS Fush Shilat (41) ayat  30)


Istiqamah adalah anonim dari thughyan (penyimpangan atau melampaui batas). Ia bisa berarti berdiri tegak di suatu tempat tanpa pernah bergeser, karena akar kata istiqomah dari kata “qaama” yang berarti berdiri. Maka secara etimologi, istiqamah berarti tegak lurus. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, istiqamah diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.
Secara terminology, istiqomah bisa diartikan dengan beberapa pengertian berikut ini:

- Abu Bakar Shiddiq ra ketika ditanya tentang istiqamah ia menjawab; bahwa istiqamah adalah kemurnian tauhid (tidak boleh menyekutukan Allah dengan apa dan siapapun)
- Umar bin Khattab r.a. berkata: “Istiqamah adalah komitment terhadap perintah dan larangan dan tidak boleh menipu sebagaimana tipu musang”
- Utsman bin Affan ra berkata: “Istiqamah adalah mengikhlaskan amal kepada Allah swt”
- Ali bin Abu Thalib ra berkata: “Istiqamah adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban”
Dari khutbah singkat di atas,  setidaknya dapat kita  simpulkan bahwa  aqidah seorang muslim akan tertanam  dengan kuat  dan mantap jika  Idealisme spiritual dalam diri manusia beriman juga di buktikan  dengan berbagai jihad diniyah. Maka  akan melahirkan   nilai  beragama  yang  istiqomah dalam ridho Allah, amin.

وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ

Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan  (  QS An Nuur (24)  ayat 52 )
Khotimah :  Antara  idealisme  bernegara  dengan idealisme  beragama pada  dasarnya  sangat mempunyai  keterhubungan yang erat, Beragama di dalam negara yang beriman kepada Allah SWT  akan berbeda  dengan beragama di dalam negera yang tidak beragama dengan baik, Semoga  mau menelusuri dan mengkaji  hakikat bernegara  dengan beragaa dalam konteks mencari  Imam dalam bernegara.