“Maulid Nabi Muhammad Sebagai
Cahaya Keimanan Ummat “
(Sebuah Kaladioskop
dari Maulid di Cilandak Timur )
Oleh :
Drs.H. Hamzah MM
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ
وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا [الأحزاب/21]
“Sesungguhnya telah ada pada
(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut
Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Gema Maulid
Nabi Muhammad SAW tahun ini 1434 H, sudah kita rasakan getarannya. Alunanan
Sholawat dari riwayat Perjalanan
Nabi termulia di mulia di Kompleks
Pendidikan Islam Darul Maa’rif
Cipete Jakarta Selatan. Berlanjut
di Masjid Al-Falah Cilandak,
bergema kembali di
Masjid Almaarif Pimpinan H
Achfas H Subuh. Di sambut oleh Mushollah
Baitun Naim Pimpinan Buya H
Natsir Rohidi dan begitu meriah
di masjid Arrohmah yang di ketua
oleh Bapak Syafii H Abdullah
Artikel ini hanya
mengungkapkan beberapa hikmah yang
bersifat historical, dan motivasi
imaniyah bagi kita.
Memperingati Hari Kelahiran Nabi merupakan aktifitas luhur mengingat kembali
diutusnya Muhammad SAW sebagai Rasul. Jika dengan mengingat saja kita bisa
mendapatkan semangat-semangat khusus dalam beragama, tentu ini akan mendapatkan
pahala. Apalagi jika peringatan itu betul-betul dengan niat “sebagai bentuk
rasa cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW”.
Dalam catatan historis,
Maulid Nabi Muhammad SAW dimulai sejak
zaman kekhalifahan Fatimiyah di bawah pimpinan keturunan dari Fatimah
az-Zahrah, putri Muhammad SAW. Perayaan ini dilaksanakan atas usulan panglima
perang, Shalahuddin al-Ayyubi (1137M-1193 M), kepada khalifah agar mengadakan
peringatan hari kelahiran Muhammad SAW. Hal
itu membawa hikmah yang
sangat luar biasa, kemampuan ummat Islam
mengalami perkembangan yang
sangat significant, hingga akhirnya
mampu menguasai kembali
kota ummat Islam Al Aqso
dari kaum Salibis.
Agenda mandasar dan umum tidak lain adalah mencari dan meneladani terus
dari Keteladanan Nabi Muhammad SAW hendaknya menjadi panutan dan pedoman
hidup setiap muslim. Dibalik semua perayaan yang berlangsung
tersebut ada hal yang paling penting kita maknai, agar perayaan itu bukan
sekedar seremonial belaka. Peringatan Maulid
itu dalam rangka mengingat kembali sejarah kehidupan Rasulullah saw., mengingat
kepribadian beliau yang agung, mengingat misinya yang universal dan abadi, misi
yang Allah swt. tegaskan sebagai rahmatan lil’alamin.
Syaikh Dr. Yusuf Al
Qaradhawi, Ketua Persatuan Ulama Internasional, mengungkapkan dalam
situs beliau:“Ketika kita berbicara tentang peristiwa maulid ini, kita
sedang mengingatkan umat akan nikmat pemberian yang sangat besar, nikmat
keberlangsungan risalah, nikmat kelanjutan kenabian. Dan berbicara atau
membicarakan nikmat sangatlah dianjurkan oleh syariat dan sangat dibutuhkan.”
Kenyataan
saat ini telah membuktikan, bahwa disebabkan belum bersungguh-sungguhnya kita
dalam meneladani Rasulullah SAW dalam mengarungi perjuangan hidup, maka
kehidupan kaum muslimin saat ini cenderung terperosok menjadi ummat
terbelakang, dibandingkan dengan ummat-ummat lain di hampir semua bidang
kehidupan.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً
لِلْعَالَمِينَ – الأنبياء 107
Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam. (QS. Al-Anbiya’ 107)
Rohmat dalam beberapa pengertian yaitu kasih
sayang. Dalam konteks ini tidak
lain adalah dengan di turunkannya Rasulallah SAW ke alam dunia
ini adalah rahmat yang
sangat besar nilainya baik
secara korelasi duniawiyah maupun Ukhrawiyah.
Habib Ali
Bin Abdurrahman AlHabsy, merupakan sosok
habieb yang menjadi
panutan bagi ummat Islam di Jakarta saat ini.
Hal itu bukan
hal yang tidak mendasar,
karakter dan kewaro’anya
sangat mendasar di lingkungan Jakarta. Pada Peringatan Maulid di
Masjid Al Maarif, 2 Januari
2013, yang lalu. Diantara hikmah
mendasar tausiayah Habib Ali adalah : Hadits Mu’awiyah
bin Abi Sufyan radhiallahu ‘anhu tentang perpecahan ummat, Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم bersabda :
وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ
وَسَبْعِينَ ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ
وَهِيَ الْجَمَاعَةُ فِي رِوَايَةٍ : مَنْ كَانَ عَلَى مِثْلِ مَا أَنَا عَلَيْهِ
الْيَوْمَ وَأَصْحَابِي
“Sesunggunya
agama (ummat) ini akan terpecah menjadi 73 (kelompok), 72 di (ancam masuk ke)
dalam Neraka dan satu yang didalam Surga, dia adalah Al-Jama’ah”.
(HR. Ahmad dan Abu Daud dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu dan juga mirip dengannya dari hadits Auf bin Malik radhiallahu ‘anhu)
(HR. Ahmad dan Abu Daud dan juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu dan juga mirip dengannya dari hadits Auf bin Malik radhiallahu ‘anhu)
Beliau, mengungkapkan
tentang perlunya kita menjaga
kondisi ummat dari terpecahnya
ummat manusia pada beberapa kolompok. Yahudi terpecah, Nasrani terpecah, Islam juga
demikian, dari pecahnya Islam menjadi 73 golongan hanya satu
yang di terima oleh Allah. Benang
merah dari uraian hikmah
dari Habib Ali juga tentang
perlunya kita berterima
kasih pada 4 orang sahabat
Rasulallah SAW. Yaitu ; Syaidina Abi Bakar r.a, Ummar Ibnu Khottab, dan
Syaidina Utsman Ibnu Affan dan Syaidina
Ali Ibnu Abi Tholib. r.a. Hal ini karena
tidak lain karena kinerja mereka dalam perjalanan Islam sungguh sangat
luar biasa. Penulis mengungkapkan,
urat nadi perjuangan
Islam setelah Rasulallah sangta
berpengaruh pada khulafaurrasidin yang oleh
ahlusunnah waljamaah sangat
menghormati mereka. Munculnya
aliran alairan yang harus di waspadai
saat ini, pada dasarnya juga terdapat
pengaruh juga pada bagaimana mendalamai latar belakang dan sejarah sahabat -sahabat rasul ini.
KH
Dr.Manarul Hidayah M.Pd,
juga memberikan penekanan
yang mendasar bagi ummat islam saat
ini, agar berhati-hati terhadap
bermunculan pemikiran-pemikiran dalam
Islam, sampai-sampai beliau
mengungkapkan, seorang habiebpun jika dia
tidak mau menyebutkan keempat Sahabat
Rasulallah, ( Abu Bakar, Ummar Bin Khatab, Usman Bin Affan dan Ali bin
abi Tholib,), jangan di jadikan referensi atau
tidak usaha di ikut sertakan oleh ummat dalam berbagai
kegiatan Keislaman “ demikian
menurut beliau.
KH Abdurrahman
Nawi, ulama
betawi yang juga kharismatik
ini, lebih menekankan paada
kondisi dari peringatan Maulid itu
sendiri. Bid’ah yang
di sandarkan kepada
pelaksanaan maulid itu sendiri
seharusnya di teliti juga
jenis bid’ah itu. Karena bid’ah itu
bisa Mubah,Sunnah dan Makruh
bahkan memang bisa Haram. Demikian
di sampaikan di Musholah baitun Naim
Pedurenan.
Al-Hamdulillah jika kita dapat menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan meriah. Namun hendaknya jangan terlalu bangga dahulu. Sebab terselenggaranya acara itu baru ibarat awan. Meriahnya suasana baru laksana hujan. Bagaimana dengan buahnya ?. Sudah wujudkah ?.
Buahnya adalah “Mutiara hikmah dan perubahan”. Perubahan
menjadi lebih baik. Lebih utuh dan lebih bersungguh-sungguh dalam meneladani
Rosulullah SAW dalam seluruh sisi kehidupan kita. Kehidupan pribadi, keluarga,
masyarakat, bangsa, negara dan dunia.
Rasullah SAW adalah rahmat bagi semesta alam, kebaikan dan
keberkahannya tidak hanya didapatkan oleh orang-orang yang semasanya dan tidak
pula berakhir dengan wafatnya.
Kepada Nabi Muhammad SAW, Allah SWT berfirman, " dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) kententraman jiwa bagi mereka. Allah Maha mendengar, maha mengetahui." (Qs. At-Taubah: 103). Terdapat satu do’a yang perlu kita jadikan referensi dalam kehidupan kita “ Allahumma inni atawajjahu ilaika binabiyyika nabiyyirrahmati Muhammadin shallallahu `alaihi wa alihi. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan (perantaraan) Nabi-Mu, Nabi pembawa rahmat, Nabi Muhammad, shalawat atasnya dan atas keluarganya.
Kepada Nabi Muhammad SAW, Allah SWT berfirman, " dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) kententraman jiwa bagi mereka. Allah Maha mendengar, maha mengetahui." (Qs. At-Taubah: 103). Terdapat satu do’a yang perlu kita jadikan referensi dalam kehidupan kita “ Allahumma inni atawajjahu ilaika binabiyyika nabiyyirrahmati Muhammadin shallallahu `alaihi wa alihi. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan (perantaraan) Nabi-Mu, Nabi pembawa rahmat, Nabi Muhammad, shalawat atasnya dan atas keluarganya.
Sosok KH
Drs. Sofwan Nizomi memang masih agak asing dengan telinga masyarakat
cilandak Timur. Akan tetapi untuk
leingkungan Pondok Pinang, Pondok Indah dan sekitar
kebayoran Lama, nama ini sangat
di segani. Menjadi murid utama
(alm)KH Syafii Hazfdami
bertahgun tahun rupanya benar bnenar membawa keberkahan yang luar biasa baginya Dan integritas keilmuannya juga
demikian. Pada 2
kesempatan, di Mushollah Baitun naim dan Masjid arrohmah
beliau mengungkap 2 tema
yang berbeda. Saat di
Mushollah Baitun Naim,
Beliau lebih menekankan pada “ perlunya
ummat Islam menghormati orang - orang sholaeh dan dapat
di jadikan wasilah “.
Ilustsrai beliau. Lain halnya
di Masjid Arrohmah,
Beliau dengan bahasa
arab yang sangat faseh, mengungkapkan tentang : Sangat Perlunya
mengantisipasi munculnya radio radio
dakwah yang membawa pemikiran Islam, menurutnya,
mereka yang berdakwah melalui
media radio misalnya,
dalam berdakwah belum masuk pada
substansi tiga hal
utama dalam Isalam, yaitu :
Islam, Iman, dan Ihsan. Yang mereka
lakukan hanya bersifat
Iman, dan Islam tetapi hal ihsan
sangat di tinggalkan. Jadi akhlaqnya sangat buruk.
Dalam
tatanan sejarah sosio antropologis Islam, Muhammad SAW dapat dilihat dan
dipahami dalam dua dimensi sosial yang berbeda dan saling melengkapi.Lain halnya KH.Drs.Mursyidi, di Masjid Arrohmah, beliau memunculkan satu kondisi manusia
yang di ilustrasikan bagaikan hewan
kambing. Kambing yang susah di atur, sulit
di urus, jika anaknya mabuk
maka si kambing diam saja dan
tidak berbuat apapun terhadap anaknya, Begitulah sifat manusia, jika si
bapak tidak menghiraukan anaknya
mabuk mabukan, sama saja dengan hewan
kambing. Pada kesempatan itu pula, KH
Mursyidi mengungkapkan perlunya teregulasi
baru tentang harus di bangkitkannya generasi Muda Islam di berbagai momentum kegiatan Islam.
Tujuannya agar
terdapat regenerasi yang baik bagi Islam di masyarakat. Akan tetapi SDM
generasi Islam juga harus siap
dan mampu bersaing. Ummat Jakarta
menurut beliau saat kejadian
banjir yang lalu, diumpamakan bagaikan azab Allah yang sedang
membersihkan kota Jakarta
dari lumuran dosa
yang terjadi pada malam tahun baru 2013 lalu.
Hikmah
utamanya dari KH Mursyidi yaitu perlunya kita
kembali pada nasehat
rasulallah yaitu dengan melestarikan
ajaran dan misi perjuangan Rasulullah, dan juga para Nabi. Sesaat sebelum
menghembuskan nafas terakhir, Rasul meninggalkan pesan pada umat yang amat
dicintainya ini. Beliau bersabda :
تَرَكْت فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ صلى الله عليه وسلم – رواه مالك
“Aku tinggalkan pada kalian dua
hal, kalian tidak akan tersesat dengannya, yakni Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya
sallallahu alaihi wa sallam” (HR. Malik).
Khatimah dari
Kaladioskop Malulid Nabi Muhammad
SAW yang pertama ini yaitu ;
Pertama,
Ummat harus mulai
melakukan selektif dengan berbagai perkembangan pola pemikiran yang ada. Karena biar bagaimanapun mereka yang tidak suka terhadap Islam itu sendiri masih berusaha meredupkan cahaya Islam
di muka bumi ini.
Kedua,
Besarnya anggaran financial yang di butuhkan oleh penyelenggaraan Maulid
itu harus di barengi dengan pertumbuhan kwalitas
beragama ummat.
Ketiga,,Peringatan Maulid Nabi saw dimaksudkan sebagai wujud
mensyukuri nikmat Allah SWT yang berupa kelahiran seorang pembawa risalah
universal, rahmatan lil ‘alamin, uswah hasanah, Nabi Muhammad saw.
Keempat, Peringatan Maulid Nabi saw hendaknya tidak diadakan hanya
sekedar melestarikan tradisi seremonial dan rutinitas belaka, tanpa makna dan
hikmah yang dapat meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita di hari-hari
mendatang.
Jeruk Purut, 22 Januari 2013/ 10 Robiul
Awal 1434 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar