Kamis, 24 Januari 2013

Maulid dan sebuah Rekonstruksi Amaliyah Ummat


Khutbah  Masjid  Al Barkah Cilandak
13  Robiul  Awwal 1434 H/25 Januari 2013

الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالهُدَى وَدِيْنِ الحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ المُشْرِكُوْنَ أَشْهَدُ أَنْ لاإِلهَ إِلا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ …أَمَّا بَعْدُ…..فَيَا عِبَادَ اللهِ ! اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاتمَوُْتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ
اللَّهَ كَثِيرًا [الأحزاب/21]
Puji  Syukur,….sholawat kepada  Nabi  Muhamad SAW, Wasiat  Taqwa,….
Tema  “ Maulid  Nabi  sebagai   Momentum  Rekonstruksi  Aktualisasi  Peribadatan Ummat “
  oleh :Drs.H Hamzah MM
Hadirin kaum muslimin sidang jum’at Rohimakumullah,..
Hari  ini  adalah  13  Robiul awal 1434 H, masih sangat objektif jika  khotib mengungkapkan hal-hal yang berhubungan atau mempunyai  korelasi  dengan manusia  luhur  dan mulia yaitu Nabi  Muhammad Rasulallah  SAW.
Lebih kurang  15 abad sudah  peradaban manusia yang kita  cintai  yaitu Rasulallah  SAW melakukan  perjuangan  penyampaian ajaran kebenaran  dari  Allah SWT. Yaitu  Diinul  Islam.
Perjuangan  dakwah 22 tahun. 2 bulan 22  hari Rasulallah  yang mulia mengemban risalah kebenaran dan penutup peradaban manusia dalam proses  menemukan agamanya hingga akhir zaman. Dengan keagungan alqur’an, 6666  ayat, 114  surat Rasulallah telah berhasil memproteksi (memperbaiki)  perjalanan peradaban manusia sehingga  di finalkan dengan  alqur’an surat almaidah ayat 3.
   ……..الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ فَإِنَّ اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
……… Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa [398] karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( Qs  Almaidah  Ayat  3 )

Hadirin sidang  jum,at…..
Sebagai ummat yang selalu  berupaya  menjadikan kehidupan dunia  ini mengalami  pertumbuhan  nilai nilai relius dan agamis, seyogyanya  kita  harus  terus  mengkaji dan menelaah berbagai hal yang  berhubungan dengan substansi-substansi  proses  keibadahan dalam agama  kita. Kita dianjurkan untuk bergembira atas rahmat dan karunia Allah SWT kepada kita. Termasuk atas kelahiran Nabi Muhammad SAW yang membawa rahmat kepada alam semesta. Allah SWT berfirman:
قُلْ بِفَضْلِ اللّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُواْ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ
Katakanlah: ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.’ ” (QS.Yunus:58).
Prof DR.HM  Quraish Shihab dalam Tafsir  AlMisbah Juz  ke 6 halaman,104 menuliskan tentang kandungan ayat ini :
“Hendaklah mereka  bergembira dengan karunia  Allah  yakni  Alqur’an dan  dengan Rahmat-Nya yakni Tuntunan Islam “ beliau  melanjutkan “ Kata  bifadlin dengan birrohmah itu  untuk  mengisyaratkan  bahwa  masing masing  hendaknya  di sambut dengan kegembiraan  tersendiri, baik karunia  maupun rahmat-Nya.”.
Beliau  menambahkan,  Ada  juga  yang memahami bahwa “ karunia  dalam arti syurga “  dan Rahmat  dalam arti  keterbebasan dari  api neraka “  dapat  juga  di katakan jika  Fadhl/karunia  itu adalah karunia  yang  bersifat Umum  dan Rahmat adalah aneka  anugrah-Nya  kepada  kaum Mukminin.
Ayat  ini  juga  mengemukakan, tentang  datangnya  harta  benda yang banyak  ke Madinah dari Irak,  pada  masa  Umar Ibn Khottb, seseorang  berkata “  Demi Allah ini  adalah karunia  dan Rahmat  Allah “ Syaidina  Ummar  berkata  “ Anda  keliru “  Bukan  ini  yang di maksud  dengan rahmat  Allah.
Demikian  Prof Dr  Quraish Shihab menuliskan.  Hal ini  juga terdapat dalam Tafsir  Ibn Katsir.
Dalam ayat  yang menjadi kekuatan ummat  kepada Rasulallah SAW  tentang Rahmat.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ – الأنبياء 107
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiya’ 107)
Salah satu  dimensi atau  cara untuk  mengetahui dan mengingatkan kembali  ummat terhadap  kehidupan dan kinerja  Rasulallah SAW dalam berbagai asfek dakwahnya dan sejarahnya   dengan merenungkan  hari kelahirannya  proses dakwahnya   pada  manusia  saat  ini.
Atau  ummat islam menghadirkannya dengan nama  Peringatan Maulid  Nabi Muhammad SAW. Hal yang sangat  luar biasa  adalah Rasulallah SAW,  di turunkan  oleh Allah ke muka  bumi mempunyai  begitu  banyak hikmah  dan Rahmat.
Syaikh Dr. Yusuf Al Qaradhawi, Ketua Persatuan Ulama Internasional, mengungkapkan dalam situs beliau:“Ketika kita berbicara tentang peristiwa maulid ini, kita sedang mengingatkan umat akan nikmat pemberian yang sangat besar, nikmat keberlangsungan risalah, nikmat kelanjutan kenabian. Dan berbicara atau membicarakan nikmat sangatlah dianjurkan oleh syariat dan sangat dibutuhkan.”
Dari  sekian banyak  hal yang  perlu kita  kaji dari  lahirnya rasulallah diantaranya, rasulallah itu  sebagai Rohmat  bagi seluruh alam.
Apa  itu  rahmat ? dalam bahasa  keseharian kita, rahmat  adalah kasih  sayang   dari Allah  yang di anugrahkan kepada  penghuni  langit  dan bumi  ini.
Prof.Muhammad Syaltut ,seorang mantan Rektor Universitas Al Azhar, memberikan rumusan pengertian tentang rahmatan ini sebagai berikut: “Tiap sesuatu nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah swt. kepada hamba-Nya, baik yang bersifat umum ataupun yang bersifat khusus, semua itu adalah buah dari rahmat Allah swt. Apakah itu berupa kesehatan, harta benda, istri yang cantik, anak-anak yang sholeh/sholihah, ilmu yang bermanfaat dan sebagainya”.
Imam Al Baidlowi (w. 685 H) dalam tafsirnya menjelaskan[1] bahwa diutusnya nabi Muhammad saw sebagai rahmat (kasih sayang Allah) bagi semesta alam adalah karena risalah yang dibawa Rasulullah merupakan sebab kebahagiaan mereka, sekaligus sebab kemaslahatan kehidupan mereka, dunia dan akhirat. Adapun orang kafir juga memperoleh rahmat, yakni secara tidak langsung mereka mengikuti sebagian ajaran-ajaran agama Islam, sehingga mereka memperoleh kebahagiaan hidup di dunia[2].
Ibnu Abbas radliyallahu `anhu berkata tentang ayat ini: “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka Allah tuliskan baginya rahmat di dunia dan akhirat. Adapun orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, maka mereka pun mendapat rahmat dengan datangnya Rasul yaitu keselamatan dari adzab di dunia, seperti ditenggelamkannya ke dalam bumi atau dihujani dengan batu.” (Tafsir Ibnu Katsir 3/222)
Muhammad bin Ahmad Al Qurthubi dalam Tafsir Al Qurthubi “Said bin Jubair berkata: dari Ibnu Abbas, beliau berkata:
كان محمد صلى الله عليه وسلم رحمة لجميع الناس فمن آمن به وصدق به سعد , ومن لم يؤمن به سلم مما لحق الأمم من الخسف والغرق
Muhammad Shollallohu ‘alaihi Wa sallam adalah rahmat bagi seluruh manusia. Bagi yang beriman dan membenarkan ajaran beliau, akan mendapat kebahagiaan. Bagi yang tidak beriman kepada beliau, diselamatkan dari bencana yang menimpa umat terdahulu berupa ditenggelamkan ke dalam bumi atau ditenggelamkan dengan air
Mengomentari ayat ini, Imam Ibn Katsir berkata:
يخبر تعالى أن الله جعل محمدا صلى الله عليه وسلم رحمة للعالمين، أي: أرسله رحمة لهم كلهم، فمن قبل هذه الرحمة وشكر هذه النعمة، سعد في الدنيا والآخرة، ومن ردها وجحدها خسر في الدنيا والآخرة
Artinya: “Allah ta’ala mengabarkan bahwa Dia menjadikan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Maksudnya adalah, Allah mengutusnya sebagai rahmat bagi mereka seluruhnya. Barangsiapa menerima rahmat ini dan bersyukur atas nikmat ini, maka ia akan bahagia di dunia dan akhirat, dan barangsiapa yang menolak dan mengingkarinya, maka ia akan merugi di dunia dan akhirat.”
Hadirin Sidang Jum’at.,..
Setelah berkomentar seperti di atas, Imam Ibn Katsir kemudian mengutip ayat al-Qur’an yang berhubungan dengan tema ini, yaitu surah Ibrahim ayat 28 dan 29, sebagai berikut:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُواْ نِعْمَةَ اللّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّواْ قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ
Artinya: “Tidakkah engkau perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan?, Yaitu neraka Jahannam, mereka masuk ke dalamnya, dan Itulah seburuk-buruk tempat kediaman.” (  QS.Ibrahim (14) -Verse 28 )
Hadirin Sidang jum;at  Rohimakumullah
Dari penjelasan Imam Ibn Katsir di atas, bisa kita pahami bahwa diutusnya Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam –membawa diin Islam– merupakan rahmat atau kasih sayang bagi seluruh alam. Namun, manusia menyikapi hadirnya rahmat ini dengan dua sikap.
Pertama, yang menerima rahmat ini dan mensyukuri kehadirannya. Orang-orang yang menerima rahmat ini adalah orang-orang yang menjadikan Islam –yang dibawa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam– sebagai diin mereka, mereka akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat
Kedua, yang menolak dan yang mengingkari, yaitu orang-orang yang menolak seruan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk hanya berpegang pada diin Islam, mereka akan merugi di dunia dan di akhirat.
Berdasarkan penafsiran para ulama ahli tafsir yang terpercaya, beberapa faedah yang dapat kita ambil dari ayat ini adalah:
1.   Di utusnya Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi Wa sallam sebagai Rosul Alloh adalah bentuk kasih sayang Alloh kepada seluruh manusia;
2.   Hukum-hukum syariat dan aturan-aturan dalam Islam adalah bentuk kasih sayang Alloh Ta’ala kepada makhluk-Nya;
3.   Secara umum, orang kafir mendapat rahmat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi Wa sallam berupa dihindari dari adzab yang menimpa umat-umat terdahulu yang menentang Alloh. Sehingga setelah diutusnya Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi Wa sallam, tidak akan ada kaum kafir yang diazab dengan cara ditenggelamkan seluruhnya atau dibenamkan ke dalam bumi seluruhnya atau diubah menjadi binatang seluruhnya;
4.   Sebagian ulama berpendapat, rahmat dalam ayat ini diberikan juga kepada orang kafir namun mereka menolaknya. Sehingga hanya orang mu’min saja yang mendapatkannya;
Bentuk-bentuk Rahmat Islam
Pertama, manhaj (ajaran).
Di antara rahmat Allah yang luas adalah manhaj atau ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw berupa manhaj yang menjawab kebahagiaan seluruh umat manusia, jauh dari kesusahan dan menuntunnya ke puncak kesempurnaan yang hakiki. Allah SWT berfirman,
مَا أَنزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى
“Kami tidak menurunkan al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah; tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),” (QS. Thahaa: 2-3).
……..الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ فَإِنَّ اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
……… Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa [398] karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( Qs  Almaidah  Ayat  3 )
Kedua, al-Qur’an.
Dengan 30  Juz, 114  surat  dan 6666 ayat, Al-Qur’an telah meletakkan dasar-dasar atau pokok-pokok ajaran yang abadi dan permanen bagi kehidupan manusia yang selalu dinamis. Kitab suci terakhir ini memberikan kesempatan bagi manusia untuk beristimbath (mengambil kesimpulan) terhadap hukum-hukum yang bersifat furu’iyah. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dari tuntutan dinamika kehidupannya.
Ketiga, penyempurna kehidupan manusia
Di antara rahmat Islam adalah keberadaannya sebagai penyempurna kebutuhan manusia dalam tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini. Rahmat Islam adalah meningkatkan dan melengkapi kebutuhan manusia agar menjadi lebih sempurna, bukan membatasi potensi manusia. Islam tidak pernah mematikan potensi manusia, Islam juga tidak pernah mengharamkan manusia untuk menikmati hasil karyanya dalam bentuk kebaikan-kebaikan dunia.
…….وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,” (QS al-Baqarah: 216). Al Baqarah (2) -Verse 216-
Hadirin  Sidang  Jum’at
Argumentatif ummat  dalam merayakan hari kelahiran  nabi Muhammad SAW, sebenarnya  sangat realible atau  mendasar jika  kita  pelajari dari kejadian para  nabi orang-orang yang hidup zaman rasulallah SAW, seperti :
Pertama, bahwa Allah swt memberkati dan mengagungkan hari dan tanah kelahiran para nabi.
Hal ini berdasar pada kisahkan dalam sebuah hadits yang dinukil oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari jilid VII bahwa ketika dalam perjalanan Mi’raj, Rasulullah saw diperintahkan Jibril shalat dua rekaat di Bethlehem. Setelah Rasulullah saw. selesai shalat, Jibril lalu bertanya “apakah kamu tahu di mana kamu shalat saat itu? Rasulullah saw menjawab “tidak” dan jibril berkata lagi “kamu shalat di Bethlehem tempat kelahiran Nabi Isa”. Demikian potongan hadits tersebut:
ثم قال لي انزل فصل فنزلت وصليت فقال لي اتدري اين صليت ؟ فقلت لا، قال صليت في بيت لحم بناحية بيت المقدس، حيث ولد عيسى بن مريم عليه السلام ثم ركبت فمضينا
Hadits di atas membuktikan betapa Allah dan Rasul-Nya menghormati tanah kelahiran Nabi Isa as sebagai Nabi Allah swt. Sekaligus juga menunjukan kesadaran beliau akan arti sebuah sejarah bagi kehidupan umat manusia. 
Alasan kedua pentingnya memperingati maulid Nabi adalah bertolak dari kisah Abu Lahab, paman Rasulullah saw yang memerdekakan budaknya bernama Tsuwaibah al-Aslamiyyah pada hari kelahiran Rasulullah saw. Begitu girangnya Abu Lahab atas kelahiran keponakannya yang bernama Muhammad saw, sehingga ia memerdekakan Tsuwaibah al-Aslamiyyah yang sekaligus berlaku sebagai orang pertama yang menyusui Muhammad saw. 
Walaupun dalam Surat al-Lahab, Allah swt telah memfonisnya sebagai orang yang celaka di dalam neraka, tetapi berkat rasa girangannya semasa hidup atas kelahiran Muhammad saw, ia pun mendapatkan syafaat setiap hari senin dengan merasakan kesejukan. Begitulah di ceritakan oleh Ibnu Katsir dalam kitabnya Bidayah wan Nihayah halaman 272-273. 
Artinya :  Urwah  berkata, Tsuawaibah adalah  budak perempuan yang telah di merdekakan  oleh Abu Lahab, Konon Abu  Lahab memerdekakannya, lantas  ia  menyusui Nabi Muhammad SAW, Maka  ketika  Abu Lahab telah meninggal dunia,di  ringankan siksanya  karena  membebaskan budaknya yang bernama  “ Tsuwaibah. ( HR Bukhori )
Hadirin  sidang  Jum’at
Kesimpilan dari khutbah  jum’at ini,  mari kita  renungkan kembali  langkah langkah agamis  kita,  seberapa  kita  mengikuti  akhlaq  rasulallah selama ini.
وَقُل رَّبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَل لِّي مِن لَّدُنكَ سُلْطَانًا نَّصِيرًا

Tidak ada komentar:

Posting Komentar